1O : Pagi Pertama Menantu Blaire

32 4 0
                                    

Whistle memulai pagi pertamanya di kediaman Blaire dengan ketukan pintu yang mengganggu  lelap.

Lelaki itu bernapas berat sebelum membangunkan diri, duduk di pinggiran kasurnya dengan wajah suntuk sembari mengumpulkan kesadaran.

"Ah, ini menyebalkan," gumam Whistle. Ia melihat ke arah jam kecil yang ada di meja nakasnya, menunjukkan pukul tujuh pagi. Ini adalah jam terpagi Whistle untuk bangun seumur hidupnya! Apalagi dengan kasur lebar dan empuk itu, rasanya Whistle tidak rela untuk bangun sepagi ini.

Tapi apa yang bisa dia perbuat? Ketimbang dibangunkan sepagi ini, Whistle akan lebih kesal jika ia tidak jadi mendapatkan uang yang sudah ada di depan matanya.

Karena itu Whistle kini berjalan ke arah pintu, dan membuka kuncinya untuk melihat siapa yang sejak tadi mengetuk pintu kamarnya berulang kali.

"Selamat pagi, Tuan Whistle."

Dan itu adalah Baron Ellon yang sudah berdiri di depan pintunya sembari membawa tiga pelayan wanita di belakangnya.

Whistle menyambut kehadiran Baron dengan raut tak bersahabat, tapi itu seolah tidak menjadi masalah bagi Baron dan lelaki itu langsung masuk ke kamar Whistle padahal Whistle belum mendengar permisinya apalagi memberikan izin.

"Lakukan tugas kalian," ujar Baron, pada ketiga pelayan yang dibawanya.

Tiga pelayan wanita itu langsung bergerak cepat melakukan tugas mereka; membuka tirai besar yang menutup jendela kamar Whistle, membuka lemari dan mengeluarkan beberapa pakaian resmi dari sana dan yang satu lagi malah berdiri di depan Whistle—berusaha untuk menyentuh tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan!?" Whistle spontan menjauh dari pelayan yang menatapnya dengan bingung dan terkejut itu. Aneh sekali, seharusnya Whistle yang berhak untuk terkejut di sini.

Pelayan itu melihat ke arah Baron, seolah melaporkan apa yang Whistle lakukan.

Mengerti maksud bawahannya, Baron pun mendekati Whistle. "Maaf jika sudah membuatmu terkejut, Tuan Whistle, tapi pelayan ini hanya ingin membantumu untuk bersiap. Ini sudah sangat siang untuk bersiap."

Whistle hanya berdiri saja, tapi rautnya berbicara; mengungkapkan isi hatinya. Dia yang masih bingung, kesal dan juga heran ketika Baron menyebut jika sekarang sudah sangat siang untuk bersiap.

Apa setiap orang kaya bangun di pagi buta?

Whistle tidak mengerti.

"Apa dia akan membantuku untuk melepas pakaianku?" tanya Whistle pada Baron.

"Iya, Tuan, para pelayan ini hanya membantu agar Anda bisa bersiap dengan cepat."

"Tapi tidak dengan menyentuh tubuhku tanpa permisi, kan? Bahkan kau tidak bisa bertindak seenak hatimu pada tubuh orang yang sudah mati," ujar Whistle, menyindir Baron dengan kalimat yang amat sarkas yang cukup untuk menyulut emosi.

Akan tetapi Baron masih bersikap tenang, kendati sorot matanya yang tajam seolah akan membuat sebuah lubang di wajah Whistle jika ia bertahan lebih lama dari ini. Akan tetapi, Baron tersenyum pada Whistle; seolah menunjukkan jika dirinya menerima perasaan kesal Whistle dengan baik.

"Gloria," panggil Baron pada pelayan tadi yang rupanya bernama Gloria.

Pelayan wanita yang berusia muda itu menghampiri Baron dengan kepala tertunduk. "Iya, Kepala Pelayan."

"Minta maaflah dengan baik pada Tuan Whistle; nasib pekerjaanmu ada di telapak tangannya."

Mendengar itu, mata Whistle terbuka lebar; rasa kantuknya hilang ketika setelah Baron berkata demikian, Gloria langsung bersujud tepat di depan kaki Whistle dengan rasa takut dan tunduk.

WHISTLE : Park SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang