Anastasia tidak bercanda dengan kata-katanya, dia benar-benar mengajak Whistle untuk pergi ke kantor milik ayahnya!
Blaire adalah keluarga pebisnis yang terkenal di dataran San Luximus. Mereka terkenal dengan bisnis turun-temurunnya yang mencakup beberapa cabang seperti; pertambangan, properti, restoran dan alkohol.
Cabang-cabang bisnis itu sudah memiliki kantor pusatnya masing-masing yang terdiri di beberapa kota besar di San Luximus. Dan sekarang, Whistle akan pergi ke kantor pusatnya! Kantor di mana cabang-cabang bisnis itu bernaung! Kantor yang menjadi kepala dari segala cabang bisnis keluarga Blaire!
"Whistle ...?"
Jujur saja Whistle merasa agak gugup; ini adalah pertemuan dengan skala paling besar dari yang pernah Whistle hadapi sebelumnya. Belum lagi dia akan bertemu dengan orang penting yang lebih banyak dari hari pernikahannya.
"Apa kau merasa gugup?"
Whistle tidak menjawab pertanyaan yang diberikan Anastasia, sebab saat ini pikirannya memang tertuju pada bayangan bertemu orang berjas rapi yang lebih banyak. Ketika membayangkan itu, Whistle jadi teringat dengan suasana tegang dan beban yang seolah akan meruntuhkan pundaknya, serta tatapan menghakimi dari orang-orang serta bisikan mereka yang menggunjingkan latar belakang Whistle.
Jadi merepotkan kalau harus tetap diam dan menahan diri, kan? Apalagi Whistle akui dia bukan orang yang cukup bagus dalam mengatasi suatu emosi.
"Aku sedikit gugup."
"Apa hal yang kau khawatirkan ...?"
Whistle terdiam; menatap Anastasia yang duduk di sampingnya dengan raut tanpa ekspresi. Jujur saja Whistle ingin sekali Anastasia merasakan ada di posisinya agar bisa mengerti kecemasan yang menghampiri orang-orang seperti dirinya.
"Tatapan orang-orang ...?"
Juga dengan tawa yang dengan mudahnya gadis itu tunjukkan di depan Whistle, bagaimana cara dia menganggap apa yang Whistle rasakan adalah hal yang mudah.
"Jangan cemas, Whistle, mereka tidak akan menatapmu dengan tajam. Aku ada di sini."
Haha ... Whistle dalam diam tertawa. Jelas saja semua akan baik-baik saja jika Anastasia ada di dekatnya; gadis itu adalah anak dari pemimpin orang-orang yang akan Whistle temui. Pantas saja jika dia tidak memiliki suatu kecemasan. Justru akan aneh kalau Anastasia merasa minder di hadapan orang-orang yang tak berani mengangkat kepala karena kekuasaannya.
"Kau terlihat tidak memiliki rasa gugup sedikitpun, Anastasia. Bukankah ini kali pertamamu bertemu dengan orang-orang yang biasanya bekerja untuk ayahmu?" Whistle bertanya, lalu Anastasia terdiam beberapa detik setelahnya.
Gadis itu seolah sedang mencari kata-kata yang tepat, sebelum ia menjawab Whistle dengan, "Aku sudah banyak berlatih." Jawaban itu membuat Whistle sedikit bingung.
"Berlatih?"
"Iya. Aku berlatih selama ini untuk menghadapi hari seperti ini. Aku pikir aku tidak akan sempat, haha." Whistle tidak menjawab. Ia mengerti apa yang Anastasia maksudkan dengan 'tidak sempat' itu berhubungan dengan penyakit kronis yang sedang dideritanya. Tak lama, Anastasia bersuara lagi. "Whistle ... sebenarnya aku sedikit gugup juga."
Whistle menanggapinya dengan simpel. "Tidak masalah, itu wajar."
"Kau benar ... meskipun aku sudah banyak berlatih di depan cermin; mempersiapkan diri untuk hari ini, rasanya masih sedikit canggung mengingat tempat seperti ini bukanlah tempat yang biasa aku lihat dan aku tidak tahu apakah aku bisa menjadi pemimpin yang benar seperti ayahku."
Whistle tidak bereaksi dengan ekspresif, ia masih duduk tenang di tempatnya sembari sesekali melihat ke jalanan di luar mobil yang sedang melaju itu. Dia akan membiarkan Anastasia berbicara, dan dia akan menanggapi seadanya.
"Whistle, menurutmu apakah mereka akan membantuku?" Tiba-tiba Anastasia bertanya demikian, membuat Whistle mengalihkan perhatian ke arah gadis itu. "Menurutmu apakah mereka yang biasanya bekerja untuk ayahku, akan membantuku juga seperti mereka membantu ayahku?"
"I-iya ... tentu saja harus begitu, kan? Kau itu pemimpin baru mereka."
"Kau benar juga ... meski aku lemah dan belum banyak pengalaman, bagaimana pun aku adalah pemimpin mereka, ya?"
"Kau ternyata secemas ini juga dengan posisimu."
Anastasia tertawa kikuk. "Ternyata aku hanya membodohi diriku saja, ya, dengan bersikap sok tenang di hadapanmu?" tanya Anastasia, tetapi Whistle tidak menjawabnya. "Aku pikir akhirnya aku bisa melihat wajah orang-orang yang akan bekerja untuk keluarga Blaire, dan melihat perubahan setelah kepemimpinan dipindahtangankan."
"Sebelumnya, siapa yang mengurus bisnismu?" tanya Whistle, akhirnya menemukan hal menarik untuk dibicarakan.
"Aku sudah mulai mengurus bisnis sejak ayah dan ibuku meninggal," jawab Anastasia dan seketika membuat Whistle sedikit terkejut.
"Benarkah?" tanya Whistle.
Anastasia mengangguk. "Sejak ayah dan ibu meninggal, ahli waris secara otomatis menjadi milikku. Aku menjadi satu-satunya Blaire yang tersisa dan harus mengurus keluarga beserta bisnis-bisnisnya. Kau tahu ...? Di hari pemakaman ayah dan ibu, aku bahkan tidak bisa menangis. Ketimbang meluapkan rasa sedih dan kehilanganku, aku lebih susah untuk mengungkapkan betapa terkejutnya aku saat melihat orang-orang yang terus membicarakan bagaimana nasib mereka setelah pemimpinnya pergi. Mereka kebingungan ... seakan hidup mereka terancam bersama dengan kepergian orang tuaku."
Whistle menahan rasa syoknya mendengar penuturan Anastasia. Yang Whistle ketahui, Anastasia kehilangan orang tuanya ketika gadis itu masih sangat kecil. Itu bahkan usia di mana manusia belum mengerti apa itu memimpin, dan Anastasia mau tidak mau harus menggantikan posisi orang tuanya untuk memimpin keluarga Blaire dan bisnis yang dilakoni—dan itu bukanlah hal yang berskala kecil!
"Tapi bibi Brigitte selalu ada di sampingku. Dia melindungiku sampai aku mencapai usia yang dewasa untuk memimpin. Sejak dulu pun aku masih memegang posisi tertinggi dalam bisnis dan kepemimpinan keluarga, tapi tanpa bimbingan bibi ... aku tidak akan bisa mencapai titik sekarang."
"Kelihatannya nyonya Varloen berperan sangat besar dalam hidupmu, ya?"
"Tentu saja! Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika selama ini aku hidup tanpa bibi. Aku sempat berpikir jika andai saja bibi adalah ibuku ... ah, tidak—andai saja aku tidak pernah kehilangan ibuku ...."
Whistle hanya diam; memperhatikan raut Anastasia yang berubah jadi sendu ketika membicarakan tentang ibunya yang sudah tiada.
Jujur saja, Whistle tidak merasa bersimpati sama sekali. Itu mungkin karena dia tidak pernah merasakan bagaimana punya ibu dan ayah, jadi Whistle pun tak tahu bagaimana rasanya ketika kehilangan mereka. Berbeda dengan Anastasia yang hidup dengan baik dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya.
Tapi yang Whistle pikirkan, mungkin ia sedikit memahami bagaimana perasaan Anastasia saat itu; saat ketika gadis itu benar-benar sendiri, bahkan tidak ada yang menangisi nasibnya yang ditinggalkan sebatang kara. Bahkan meski ada orang lain yang bersikap seolah sangat menyayanginya, tidak ada yang bisa menggantikan posisi orang tuanya.
Setelah diam beberapa saat, Anastasia berkata lagi. "Tapi sekarang itu bukan masalah lagi, Whistle." Ucapan Anastasia membuat Whistle kembali menoleh ke arahnya. "Aku tidak merasa ragu lagi untuk berdiri di depan mereka, karena sekarang aku tidak sendiri lagi. Kau ada di sampingku."
Whistle sedikit terkejut ketika tangan Anastasia menggenggam miliknya, di saat mobil sudah memasuki area sebuah gedung yang besar yang tinggi dengan nama keluarga Anastasia terpampang jelas di bagian depannya.
Anastasia tersenyum, sejenak membuat Whistle tak berkutik sebab ia memikirkan betapa Anastasia terlihat begitu lega hanya karena memiliki Whistle di sampingnya. Ini konyol ... dan agak aneh.
Tapi Whistle tetap membalas genggaman tangan Anastasia dan mendekat ketika gadis itu ingin membisikkan sesuatu padanya, "Tolong lindungi aku dari beberapa wartawan, aku mungkin akan kesusahan dengan banyak orang yang mengerumuniku."
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISTLE : Park Seonghwa
RomanceAnastasia Blaire tidak pernah menganggap kehadiran seseorang seperti hal yang sangat berharga dalam hidupnya, mereka semua seperti mobil yang hanya berlalu-lalang di hadapannya dan pergi tanpa kembali lagi. Tapi itu seakan tak lagi berlaku ketika ia...