Pertemuan

30 22 8
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Jam 2 siang. Sheira mendapat kabar dari ayahnya bahwa ia tak bisa menjemput Sheira hari itu. Sheira menghela napas. Baterai teleponnya juga habis sehingga ia tak bisa memesan taksi online.

Rumah Sheira tak terlalu jauh dari sekolah. Sheira memutuskan untuk jalan kaki saja. Toh, ia dengar ada sebuah jalan pintas yang bisa ia lewati.

Sheira menapaki trotoar. Berjalan pulang. Dia tiba di sebuah jalan gang yang katanya adalah jalan pintas menuju rumahnya. Namun, Sheira tak pernah melewati tempat itu. Ia biasanya di jemput ayahnya atau ojek omline.

Sheira merasa ada yang aneh. Ia sedikit ragu untuk melewatinya. Tapi, ia sudah sangat lelah dan ingin segera pulang. Sheira pun melangkah memasuki gang itu.

Kok perasaan gue gak enak ya?

Sheira mendengar suara - suara aneh di sekitarnya. Sheira mengedarkan pandangannya. Mencari asal suara itu. Saat Sheira hendak melanjutkan langkahnya, tiba - tiba dua orang preman menghadangnya.

"Wah, tumben banget ada yang berani lewat sini. Cewe pula. Punya berapa nyawa neng?" ucap salah satu preman dengan kumis tebal.

"Heh, karena lo udah lewat sini, lo harus kasih semua uang lo ke kita sekarang juga." paksa preman yang lain.

Sheira merasa takut, tapi ia tak boleh mengalah. Sheira berusaha melawan. Meski hanya adu mulut saja.

"Jangan harap gue bakal ngasih sepeser pun uang ke kalian!" balas Sheira dengan nada tinggi.

"Berani banget lo, ya! Masih anak sekolah mau sok - sok an. Kalo lo ga kasih uang lo, gue bakal buat lo pulang dalam keadaan lebam!" ancam si preman berkumis.

Kedua preman itu hendak menyerang ke arah Sheira. Ketika si preman berkumis itu mengarahkan kepalan ke arah Sheira, ia di kagetkan dengan kehadiran seseorang yang tiba - tiba menahan tangan preman itu.

"ZIO!" teriak Sheira. Zio tak menggubris. Dia terus melawan preman - preman itu.

"Lo pada kalo mau berantem jangan sama cewe! Lo harusnya cari lawan yang sepadan!" gertak Zio di tengah perkelahian.

Sheira hanya bisa mematung dengan perasaan khawatir. Zio melirik ke arah Sheira.

"CEPAT LARI! KELUAR DARI GANG INI!" teriak Zio ke arah Sheira.

"Tapi..."

"CEPETAN!"

Meskipun perasaannya panik, Sheira berlari keluar dari gang kecil itu dan menunggu Zio di halte bus terdekat. Sheira merasa cemas dengan Zio. Zio masih berkelahi dengan preman itu sampai sekitar dua puluh menit kemudian.

Kekhawatiran Sheira berkurang ketika melihat Zio keluar dari gang kecil itu. Walaupun tampilan Zio tampak berantakan. Seragamnya kotor dan beberapa luka tertera di wajahnya. Zio berjalan ke arah Sheira.

"Lo belum sempat di apa - apain sama mereka, kan?" tanya Zio dengan nada sedikit marah.

"Belum. Ma... makasih." jawab Sheira gugup.

"Lain kali ga usah nekat!" hardik Zio membuat Sheira tertunduk.

Zio mengeluarkan ponsel dari sakunya. Membuka aplikasi transportasi online. Memasukkan alamat tempat mereka berada dan menunggunya datang.

"Gue udah pesan ojol buat lo." ujar Zio menunjukkan layar ponselnya.

"Luka lo ga mau di obatin?" tanya Sheira hati - hati.

"Ga perlu."

Namun, Zio hanya berdiri disana dan tak melakukan apa - apa. Sedangkan Sheira yang di sampingnya merasa kikuk dan tak nyaman.

"Lo ngapain masih disini?" tanya Sheira.

"Gue nunggu sampe ojol lo dateng. Baru gue balik." jawab Zio cuek.

"Gue ga nyaman bareng sama orang yang ga gue kenal." gumam Sheira.

Zio menoleh ke arah Sheira. Sheira ikut memandangi Zio. Ia bisa melihat ada luka di badannya setelah perkelahian barusan. Hanya saja debu dan kotoran terdapat di beberapa bagian seragamnya.

"Kalo gitu, nama gue Zio, Elzio Pramesta Biru. Nama lo?"

"Eh?"

"Katanya lo ga nyaman sama orang yang ga lo kenal. Berarti kita harus kenalan, kan?"

"Ah, iya, nama gue Sheira Valencia Tiffany. Panggil aja Sheira. " jawab Sheira berusaha membuat nadanya terdengar se netral mungkin.

"Jadi.. lo mau balas uluran tangan gue apa, ngga? Tangan gue pegel jujur." ujar Zio membuat Sheira kaget dan menjabat tangan Zio erat, terlalu erat hingga pemilikmya kaget.

Beberapa menit berlalu sangat lama. Sheira mulai tidak sabaran menunggu ojolnya datang. Harapan Sheira terkabul. Sebuah sepeda motor datang dan berhenti di depannya. Berbarengan dengan Zio yang mulai memakai helm nya dan bersiap pergi.

*Dasar cewe aneh. Nekat bahaya in diri sendiri. Ingat kata gue, jadi cewe jangan naif." nasehat Zio yang lebih terdengar swperti hinaan bagi Sheira.

Namun, Sheira tak ingin membalasnya. Meski sedikit sakit hati, ia harus kembali berterima kasih karena Zio telah menolongnya lagi. Selain itu motor Zio telah pergi meninggalkannya terlebih dahulu.

Akhirnya Sheira pulang dengan ojol yang di pesankan oleh Zio. Seperti yang sudah ia duga, mamanya sudah menunggu di depan pintu.

"Sheira? Kok pulang terlambat, nak?" tanya Gina kepada anaknya.

"Tadi Sheira masih ada tugas piket, ma. Jadi agak telat pulangnya." bohong Sheira.

"Ya udah, kamu masuk gih. Ganti baju terus makan siang." ucap Gina sambil membawa Sheira masuk ke rumah.

Sheira memasuki kamar. Langsung merebahkan diri di kasur. Terdengar sebuah dering notifikasi dari ponselnya. Ternyata salah satu sahabatnya, Azriel, memberinya beberapa pesan.

 Ternyata salah satu sahabatnya, Azriel, memberinya beberapa pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheira tersenyum. Azriel adalah sahabatnya sejak pertama kali.masuk ke SMA Mandala. Dan hari ini mereka akan menghabiskan waktu bersama di tempat mereka biasa melakukannya. Studio musik.

***

Sheira Valencia Tiffany

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheira Valencia Tiffany

Wah, bagaimana Azriel bisa mengenal Sheira? Dan apakah Zio mengetahui Sheira sebagai sahabat Azriel? Apa yang akan mereka lakukan di studio? Ayo terus ikuti ceritanya. Author ga nagih apa - apa kok. Cukup bintang sama komen nya.

See u next chapter👋🏻👋🏻

ElzioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang