Kantin

50 32 64
                                    

Di saat yang bersamaan, Sheira juga mendatangi kantin. Matanya mencari - cari sahabatnya, Aya.

Sheira menangkap sosok Aya disana. Tepatnya di meja makan tempat beberapa cowo sedang berkumpul. Sheira sedikit merutuki Aya. Sheira berjalan menuju tempat Aya berada.

"Halo, Ay. " sapa Sheira.

"Eh, Shei."

Sheira langsung mengambil tempat di samping Aya. Tak lama kemudian minuman dan makanan yang di pesan oleh Sheira akhirnya datang. Aya melotot melihat makanan yang di bawa pelayan kantin.

"Buset. Tumben lo pesen makanan banyak bener." ucap Aya melirik.ke arah Sheira.

"Tadi pagi gue ga sempet sarapan. Lapar banget." jawab Sheira acuh.

"Eh lo tau gak, sih?" Aya membuka percakapan.

"Ngga."

"Lah,"

"Kan lo belun ngasih tau bego." ketus Sheira.

"Hehe.. jadi katanya di kelas lo ada murid baru?"

"Iya. Namanya Zio. Ngapa?"

"Dia tuh pindah kesini gara - gara selalu buat masalah di sekolahnya. Terus kan pamannya itu kepala sekolah ini." jelas Aya sambil menyendok kuah bakso.

"Hm... lo tau darimana?"

"Dari Anan lah, kan dia itu temennya Anan."

"Oh iya? Biasanya lo berantem sama dia. Tumben amat akur." ujar Sheira keheranan.

"Yee.. mau gimana pun dia kembaran gue walau gue kadang ga nerima dia hadir di bumi." jawab Aya tergelak.

Tanpa mereka sadari orang yang mereka bicarakan ada di samping mereka. Raka mengajak Zio duduk di meja sebelah Sheira. Awalnya Zio mengiyakan saja. Dia pikir tak ada yang aneh.

Di bangku itu juga sudah ada beberapa orang, yaitu Narel dan Anan. Zio cukup terkejut karena Anan, Albi dan Narel mengenal Raka.

"Halo, guys." sapa Raka pada Narel dan Anan.

"Sok asik lo."

"Yaelah baru juga datang gue. Gue bawa Zio sesuai yang lo suruh." ucap Raka.

"Apa - apaan, nih? Lo nyuruh apaan, Rel?" curiga Zio.

"Ngga apa - apa, sih. Gue ngasih tau Raka buat nemenin lo keliling sekolah karena kita ga sekelas." jawab Narel menyeruput es teh.

"Lagian, gue liat lo kaya orang bego di samping papan informasi. Planga - plongo ga jelas." imbuh Raka.

"Terus gue baru dapat informasi dari Kai kalau Raka bakal jadi salah satu anggota dari Andalas." Anan yang tadinya hanya tergelak mulai ikut bersuara.

Zio melirik ke arah Raka. Penampilan Raka memang terbilang seperti cowo culun. Di dukung dengan kacamata yang bertengger di atas hidungnya.

"Lo? Jadi anggota Andalas? HAHAHA. " tawa Zio dengan keras. Membuat Raka sebal.

"Dih, gini - gini gue ini spek intel. Gue bisa meretas jaringan internet dan membobol CCTV." balas Raka tak mau dirinya di olok - olok.

"Iya, Zi, dia itu di terima di Andalas karena dia bisa jadi sumber informasi terpercaya. Dan itu penting banget buat geng kita." imbuh Anan merasa kasihan pada Raka.

Zio menghentikan tawanya perlahan. Juga karena ia sadar orang - orang di sekitarnya melirik ke arah meja tempatnya berada. Zio tak suka menarik perhatian orang.

Salah satu orang yang merasa tergganggu adalah dua cewe yang berada di samping mereka. Ya, mereka adalah Sheira dan Aya.

"Duh, lo ngapa milih duduk disini, sih? Berisik banget tau!" gerutu Sheira dengan setengah berbisik.

"Lo ga liat? Bangku kantin penuh semua. Sisa disini. Lo kalo mau duduk di lantai juga ga apa - apa." balas Aya.

Setelah menghabiskan makanan, mereka mengobrol sebentar. Namun, Aya teringat sesuatu.

*Eh, Shei, gue inget sesuatu. Gue ada janji buat ketemu sama Bu Wati di perpustakaan jam istirahat. Gue bisa kena amuk kalo ngelanggar." kaget Aya melirik jam tangan di pergelangan Sheira.

Aya memanggil pelayan kantin. Merogoh uang di kantongnya. Lalu memberikannya pada pelayan kantin seolah tak perlu menghitungnya.

Aya segera bangkit dan pergi meninggalkan Sheira bsgitu saja. Pelayan yang melihat makanan Sheira juga sudah habis menagih uang bayaran untuk makanannya.

Sheira mencari uangnya di saku baju dan celananya. Merasa heran karena tak ada uang sepeser pun di sana. Sheira merasa bingung karena ia merasa ia membawa uang saku hari ini.

Mampus gue. Uang gue ketinggalan di tas gumam Sheira.

"Anu... uang saya ketinggalan di tas. Boleh saya izin ambil dulu?" tanya Sheira sedikit merasa bingung.

Pelayan itu memberinya pandangan tak bersahabat. Sheira merutuk. Dia tak bisa meminta tolong pada Aya karena Aya sudah pergi duluan.

"Biar gue aja yang bayar makanan dia." ucap seorang cowo saat Sheira hendak bangkit untuk kembali ke kelasnya dan mengambil uang.

"Oh iya, sekalian kembaliannya ambil aja." imbuh cowo itu. Pelayan kantin pergi dengan membawa piring kotor dan menggenggam uang kertas berwarna biru.

Sheira menoleh untuk melihat orang yang telah membayar makanannya. Sheira cukup terkejut saat tahu bahwa yang melakukannya adalah Zio, murid baru di kelasnya.

"Eh... makasih. Ntar uang lo gue ganti di kelas, ya?" ucap Sheir kikuk sekaligus merasa tak enak.

"Ga usah. Lain kali kalo sekolah bawa uang. Gembel." ketus Zio lalu pergi meninggalkan Sheira.

Sheira mendengus. Awalnya ia merasa tak enak sekarang malah sebal akan kata - kata Zio yang seolah merendahkannya. Tapi, untuk kali ini dia berterima kasih karena kalau tak ada Zio mungkin pelayan kantin akam memarahinya.

Sheira kembali ke kelasnya. Dan mendapati Zio sudah ada disana terlebih dahulu. Bahkan tak menyapa Sheira yang duduk di depan bangkunya. Dan tingkahnya seolah tak ada apa - aoa di kantin barusan.

***


Albi Zhavier Pravda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Albi Zhavier Pravda

Halo halo ! Gimana nih kabarnya? Yang masih puasa harus semangat dong! Ada yang masih mau stay sama Zio di next chapter? Ayo vote sama komen nya, ya !

See you in the next chapter 👋🏻👋🏻

ElzioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang