Matahari mulai mengintip. Langit cerah tak berawan. Sheira terbangun dan menjalani hari nya kembali bersekolah. Sheira berdandan rapi pagi itu.
Sheira turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama orang tuanya. Disana hanya ada mereka bertiga. Ya, Sheira adalah anak tunggal.
"Ma," sapa Sheira kepada Gina.
"Eh, anak mama udah cantik banget, nih." balas Gina memerhatikan penampilan anaknya dari atas sampai bawah. Sheira terkekeh.
Sheira duduk di antara orang tuanya. Mereka harus sarapan bersama setiap pagi kecuali salah satu dari Haris atau Sheira terlambat.
"Shei, nanti kamu mau minta apa sebagai hadiah ulang tahun?" tanya Haris tiba - tiba.
Sheira berpikir sebentar. Tampak bingung karena Ayahnya menanyakan tentang itu secara mendadak sehingga Sheira belum sempat memikirkannya.
"Ga tau, pa, Sheira belum sempat mikir." jawab Sheira.
"Ya udah, pikirin nya nanti. Kalo udah nemu kasih tau papa, ya." balas Haris Sheira mengangguk.
Seperti biasa, Haris akan mengantarkan Sheira ke sekolah. Haris kembali berkata bahwa ia tak bisa menjemput Sheira.
"Yah, papa ga bisa jemput aku lagi?" tanya Sheira.
"Iya, sayang. Maaf ya, akhir - akhir ini papa makin sibuk." jawab Haris sambil mengelus kepala Sheira sebelum ia keluar dari mobil.
Sheira berjalan memasuki gerbang sekolah. Gerbang yang ia lihat tak akan berubah sampai ia lulus. Di sana ia langsung bertemu dengan kedua sahabatnya, Callista dan Aya.
"Tumben amat lo datang pagi." sapa Sheira begitu sampai di depan Callista.
"Nyokap gue bangunin gue tadi pagi. Makanya gue bisa berangkat awal." jawab Callista.
Mereka berjalan beriringan ke kelas XI Bahasa 1. Sheira meletakkan tas di kursinya. Saat itu lah matanya langsung bertatapan dengan mata biru milik Zio. Mereka hanya saling berhadapan. Namun, tak ada salah satu pun dari mereka yang berminat menyapa satu sama lain. Bahkan Sheira lekas memalingkan mukanya. Ia sudah melemparkan tatapan tak sukanya.
Sheira memilih tidak kemana - mana dan diam di kelas. Callista dan Aya menghampirinya. Mereka duduk di sebelah Sheira.
"Lo mau ngapain?" tanya Sheira pada kedua temannya.
"Gitu amat, Shei. Kita kesini mau ngobrol." jawab Callista
"Yakin? Bukannya mau nge gosip?" gelak Aya.
Mereka mulai membicarakan hal - hal tidak penting. Mulai dari idola mereka, lagu hingga aktor film tampan dan berharap suatu saat dapat menikahi salah satu dari mereka.
"Eh, lo tau ga, band The Second Chance resmi jadi band sekolah kita." ujar Callista nembuka pembicaraan.
"Iya. Gila! Baru kali ini sekolah kita benar - benar serius meresmikan band." imbuh Aya dengan heboh.
"Gitaris nya Azriel, kan?"
Aya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sheira. Mereka mulai mengobrol banyak tentang band itu.
"Azriel itu sahabat gue." ucap Sheira membuat kedua temannya kaget.
Yang mereka tidak sadari adalah ada orang yang menguping pembicaraan mereka. Tentu saja siapa lagi kalau bukan Zio. Zio berpura - pura acuh. Namun, sebenarnya telinganya sedang menyerap semua pembicaraan mereka. Sekarang ia tahu bahwa Sheira bersahabat dengan Azriel, adik tirinya.
Jangan - jangan kemarin Azriel jalan bareng Sheira? Zio bertanya - tanya dalam hati.
Pembicaraan mereka di hentikan dengan kedatangan seorang guru kw kelas mereka. Tiba - tiba saja Zio memikirkan banyak hal. Tentang orang yang duduk di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzio
Teen FictionSerentetan kasus perkelahian menbuat Zio di keluarkan dari sekolah dan pindah satu sekolah dengan Azriel, adik angkat yang tak pernah Ia akui. Namun, hari - hari berjalan tak seperti hari biasa bagi Zio sejak saat itu. Memiliki julukan 'Nightmare'...