(22) Rahasianya

105K 7.8K 36
                                    

Duar! Haha aku kembali, ternyata disini ada sinyal, walau sedikit. Jadi yah, aku up!

Oh iya, tandain kalau ada typo ya!

Selamat membaca ~

"ya sayang, dia abang kamu. Gavin."

Syura menatap Gavin rumit, lalu tiba-tiba Galaxy pergi dari sana, entahlah anak itu mau kemana, Syura juga tidak peduli. Tak lama, Mami, dan Papi nya juga pergi istirahat dikamar karna lelah dalam berkerja.

Tersisa lah mereka berdua. Syura yang menatap malas Gavin, sedangkan Gavin yang menatap datar Syura. Para pekerjaan yang lewat hanya bisa diam menatap aneh kedua saudara itu.

"Kamu benar amnesia, Syura?" Gavin memulai percakapan.

Syura menatap Gavin malas. "Ya, pikir sendiri," jawabnya judes.

Gavin mengangguk, dari sifat adek bungsu nya ini sudah jelas bahwa ia hilang ingatan. Karna Syura yang ia kenal pasti akan menatapnya dengan binar, menempel padanya, dan berkata lembut. Tapi sekarang? Itu semua hilang sekejap.

"Lo abang gue?" Tanya Syura. Ayolah ia masih tak percaya orang didepannya ini adalah abang pertama nya. Lihatlah tubuh itu, sangat bagus dan kekar, rahang yang tegas, mata yang tajam, setajam elang, dan pastinya tampan.

"Hm."

"Oh."

"Lo dari negara mana?" Tanya Syura.

Gavin menatap tajam Syura, sungguh kosa kata anak ini sangat tidak sopan, memanggil nya tanpa embel-embel 'Abang'. Tapi Syura? Ia hanya memilih abai. Toh bukan abang kandungnya.

"Amerika."

"Oh."

"Hm."

Ya, sekarang berasa akan turun salju saja disini. Para maid dan bodyguard yang melihat mereka seperti merasakan aura dingin yang luar biasa dari kedua nya. Karna Syura malas menghadapi kutub itu, jadinya dia pergi kekamar tanpa permisi kepada Gavin. Gavin yang melihat itu menatap rumit Syura.

"Dia benar-benar berubah," gumamnya.

***
Pagi ini adalah jam pelajaran matematika, pelajaran yang paling tidak disukai oleh murid-murid, termasuk Syura. Ia menatap malas guru yang sedang menerangkan disana.

Ahh, sebuah ide masuk kedalam kepalanya. "Buk," panggil nya.

Guru itu menoleh, "ada apa, Syura?"

"Toilet." setelah mendengar itu guru itu mengangguk dan mempersilakan Syura pergi. Murid-murid melongo, biasanya guru itu tidak akan menyuruh siapa pun keluar jam pelajaran nya, apapun alasannya. Sedangkan Syura? Dia pergi begitu mudah?!

Ingatlah dia murid VIP sekarang. Amanda dan Ananda memandang cengo ke arah Syura yang sedang tersenyum tipis kearah mereka berdua. Dan saat pergi ia tak lupa untuk melambaikan tangan nya.

Kemana tu anak? Batin Amanda bingung.

***
Ditempat lain, seorang pemuda sedang berdiri didepan kaca yang sangat besar, di kaca tersebut dapat terlihat gedung-gedung yang tinggi. Disana raut wajahnya datar, tatapannya kosong.

Ada yang mengetuk pintu, pemuda itu tidak melirik sedikit pun. Orang itu pun masuk. "Permisi tuan," katanya.

"Ada apa?"

Orang itu membungkuk. "Kami sudah menemukan keberadaan, nona Queen, tuan."

Pemuda itu berbalik, dan berhadapan dengan orang suruhannya itu. "Dimana?" Tanyanya.

"Indonesia, tuan."

"Siapkan semuanya, kita kesana sekarang!" Perintah nya. Orang itu membungkuk pamit, dan keluar.

Pemuda itu menatap gedung tinggi dihadapannya. "Akhirnya, kakak akan segera menemukan mu, Queen."

***
Ditoilet, Syura masuk dan duduk di wc sambil bermain ponsel. Kalau kalian pikir toilet disini kotor dan bau. Maka kalian salah, ingat ini sekolah elit. Haha...

Selang berapa menit, ada yang membuka pintu toilet cukup kencang. Syura yang mendengar itu langsung mematikan ponselnya, dan mendengarkan siapa itu.

"Sial! Kenapa harus kayak gini?!" Ucap orang itu, sepertinya dia sedang kesal? Dan itu suara seorang gadis yang ia kenal. Syura menyeringai, itu Diva.

"Syura, Syura, Syura! Kenapa harus dia?!! Gue benci sial!" Ucapnya. Syura yang mendengar nama nya disebut sebut pun tersenyum meremehkan dibalik pintu itu.

Diva mengoleskan lip blam di bibirnya. "Gue bakal pastiin lo hancur, Syura."

"Oh, iya kah?" Diva berbalik terkejut ketika melihat Syura yang sudah berdiri dengan sekedap dada disana, sambil memandang remeh kearah nya.

"L-lo ...?"

Syura mengangkat sebelah bibirnya, sehingga membentuk seringai. "Kenapa terkejut, hm?"

"Lo! Bagaimana bisa?!"

"Ya, gak ada urusannya sama lo sih..ini tempat umum."

Diva mengepal kan tangannya, lalu tertawa. "Lo udah denger semuanya?" Ia menatap Syura remeh, "bagus deh, kalau gitu," lanjutnya.

Syura menatap malas Diva, tapi sebelum itu ia menyeringai, ini akan seru. "Ya, gue udah lama tau kok."

"Bagus, lo jauh jauh dari mereka! Mereka cuman punya gue! Ingat itu."

"Mereka?" Beo Syura.

Diva ingin menjawab tapi sudah di potong oleh Syura. "Ahhh, gue tau. Axelle dan yang lainnya kan? Lo tenang aja, gue gak minat sama bekas."

Diva menggeram marah. "Bangsat! dasar jalang sialan!" Umpatnya.

Sekarang Syura yang tertawa, cukup keras sehingga menggema disana. "Lo lucu deh, bukan nya lo ya yang jalang murahan, cih."

"Maksud lo apa hah?"

"Diva, Diva. Ternyata lo itu cocok ya kalau main di film azab."

Emosi Diva naik ke ubun-ubun tangan nya terkepal kuat. Syura bisa melihat itu, entahlah ia sangat senang melihat nya.

"Dasar, pembunuh."

Syura menatap tajam Diva, entah kenapa rasanya tidak terima saja, padahal bukan ia pelakunya. Tapi kemudian ia tertawa terbahak bahak, yang membuat Diva bingung dibuatnya. "Bwahahaha, ngakak gue."

"Lo?!"

Tawa Syura berhenti, dan menatap tajam Diva. "Lo lagi nyindir diri lo sendiri, Diva?" Katanya dengan nada rendah.

Diva terkejut. "L-lo? Maksud lo a-apa hah?!"

Syura maju kedepan, Diva yang melihat itu was-was dibuatnya. Dia mundur berapa langkah. Syura sudah sampai didepannya dengan tatapan datar khasnya. "Gue tau semua nya Diva Akiya Lewis," bisiknya.

Diva mematung. Tubuhnya kaku seketika.

Dan Syura memandang rendah kearahnya. Ia yakin gadis dihadapannya ini sedang syok berat, karna ia mengetahui rahasia gadis itu, Diva.

Diva mundur dan terduduk di lantai. Pandangan syok. Syura yang melihat itu menatap dengan seringai di wajahnya.

"Kenapa? Terkejut gue bisa tau rahasia keluarga lo, Diva." Diva diam, masih dalam keadaan kaku, tubuhnya menegang.

"Jangan main-main sama gue Diva. Lo tau? Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga."

Tbc
***

Dia SAFARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang