"Mengapa orang-orang penuh dengan pemikiran Kontradiksi?"
Kim Dokja terjebak dalam rengguhan seluruh perasaan implusif yang melahapnya secara perlahan, terbujuk biusan pandangan mata yang menyentuh semua perasaan yang ia pendam dalam inti terdalam dari dirinya. Terkuak, tersobek secara memalukan.
Yoo Joonghyuk menatapku seperti bintang.
Musim panas yang menyambut permukaan tanah yang telah dipijaknya saat siang, dan jutaan bintang yang menyapanya saat malam. Momen yang kesekian kalinya telah terlihat menjadi semakin jelas keindahannya.
Kesadaran akan semua hal yang Kim Dokja tau tak akan lagi menjadi kesadaran tunggal, semua kesendiriannya akan menjadi dua arah. Bukan hanya menggenggam tangannya sendiri, menenangkan lontaran pertanyaan semesta dalam diam.
Permulaan dari perjalanan yang bukan lagi dijalankan dengan keinginan semata untuk bertahan hidup, landasan terjal penuh kesendirian itu. Bukan lagi. Seseorang akan memegang tangan Dokja, seseorang akan memeluknya, seseorang akan tersenyum untuknya.
Malam itu mereka berdua melebur merasakan perasaan sebanyak yang mereka mau, sebuah euphoria yang menyentuh dari telapak kaki sampai benang-benang simfoni pemikiran mereka. Tidak lagi memperdulikan jawabannya, atau sudah menemukan apa maksudnya.
Cumbuan, demi cumbuan merambat menjadi sentuhan sensual. Selayaknya tempo lambat lagu-lagu romantis, gerakan mereka membuat ruangan memanas. Sebenarnya keduanya tahu, yang panas adalah kedua temperatur mereka, dan bukan suhu ruangan yang sudah menyentuh delapan belas derajat.
Suhu menusuk ruangan tak membantu meringankan perasaan haus yang tak pernah ada sebelumnya, sebuah keasingan yang merentet selalu menuntut untuk menambah semua destruksi untuk menghancurkan kesadaran mereka.
Entah sejak kapan pula kain-kain yang menempel pada badan mereka sudah beralih di lantai apartemen Yoo Joonghyuk, desahan manis keduanya memenuhi ruangan kecil tersebut.
Markah kemerahan yang tercetak pada leher pucat Kim Dokja membuat Yoo Joonghyuk menarik sedikit senyumnya secara sadar. Penciptaan cinta dengan cara paling kuno yang benar-benar panas.
Mereka melakukannya sampai pagi, tanda yang mulanya hanya satu menjadi beberapa puluh, mata sembab Kim Dokja, atau bibir mereka yang jelas-jelas sedikit membengkak karena terlalu banyak mengecap rasa satu sama lain.
Aroma percintaan memenuhi ruangan.
"Kim Dokja, aku mencintaimu." Diakhir pelepasan mereka, Yoo Joonghyuk menatap Kim Dokja secara lurus, dan serius membuat pembaca itu menutup wajahnya, dan mengumpat pelan.
•••
"Bagaimana dengan ibumu?" Kim Dokja yang sedang memindahkan barang-barang miliknya ke apartemen Yoo Joonghyuk tersenyum pelan.
"Beliau bilang untuk melakukan apapun yang membuatku bahagia." Perkataan yang tersebut membuat dada Yoo Joonghyuk menghangat.
"Lalu, bagaimana dengan pekerjaan barumu? Apa penulisnya baik?"
Kim Dokja menemukan pekerjaan baru sebagai editor di salah satu penerbit buku yang ia tahu, wajah riangnya terlihat tak dibuat-buat karena pekerjaan ini berkaitan dengan hal yang ia sukai. Membaca.
"Aku, dan Han Sooyoung sudah resmi memulai project baru. Ugh, walau dia agak menjengkelkan dan delisional." Tawa renyah terdengar dari seberang ruangan.
Kim Dokja mendekat kearah Yoo Joonghyuk karena tergoda akan bau masakan yang terbawa oleh angin dari jendela samping dapur, "Masak apa?"
"Omurice." Wajah bersinar Kim Dokja membuat lelaki yang memotong daun bawang itu ingin menggodanya.
"Dengan tomat."
"Joonghyuk-ah!"
"Bercanda." Wajah marah Kim Dokja membuahkan satu kecupan dipipi oleh kekasihnya.
Entah berapa banyak badai yang akan datang, atau berapa banyak batu yang akan berada dibawah kakiku, tanganmu akan menjadi kehangatan paling aku sukai. Biarlah dengan semua adiksi yang tercipta seiring waktu, biarlah ketergantungan ini bertumbuh sampai aku mati.
Kau adalah bintang favoritku, konstelasi paling indah yang tergambar pada malam, bahkan melebihi jutaan bintang. Fraksi gelombang yang bergetar hanya untuk mendengar nama, dan suaramu.
Entah berapa miliar kali lagi dimasa depan aku akan mengungkapkan semua perasaanku ini, dengan ribuan cara, dengan jutaan kata-kata.
Let's embrace love, let's feel what we felt until we can't anymore. You will always be the heat, the lyrics of my life chord. These that we maybe never see again in another trillion universe of our life.
The End.
Oof, it's done.
All hail to spotify, and every song that i listen in loop to make this short series. Hope you like it tho.
Kim dokja and yoo joonghyuk is actually fill my void, they're like the brightest star and i was the void they illuminates. Shoot, their chemistry just make me want to write more and more and more. Then boom, this series made! Thank you y'all for reading!
Playlist for this story?
Or
https://open.spotify.com/playlist/2GDAfdVeGk2KGEqNB0VDX0?si=ZbiJtZ7jTlGh0Oz254eAqQ
Support Rube?
https://trakteer.id/rubecurrantRube out-!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukira Realita [JoongDok]
FanfictionKehidupan sistematis Yoo Joonghyuk yang dikacaukan oleh suatu realita asing seperti virus yang dengan cepat menggandakan diri dan menyebar menyerang seluruh fungsional kehidupannya. Tak lain, tak bukan-Kim Dokja. Tidak ada hubungannya dengan canonic...