1

1.1K 54 1
                                    

Seorang gadis kecil tengah berlari menuruni tangga. Tangan kanannya memegang sebuah ponsel dan tangan kirinya yang berpegangan pada pegangan tangga.

"MAMA MAMA MAMA!! ADA CEWEK YANG NGANGKAT TELFON PAPA."

Sandra yang tengah memasak langsung mematikan kompornya. Suaminya? Cewek? Mengangkat telfon? Mencoba untuk tenang, Sandra mengambil ponsel dari sang anak dan mencoba menelfon suaminya. Lama menunggu, yang muncul hanyalah suara operator. Sandra memandang Ara.

"Cewek yang ngangkat telfon Papa bilang apa, hm?" Tanya Sandra sambil mengelus kepala Ara.

"Itu tadi tantenya bilang kalau Papa lagi sibuk."

"Itu operator Ya Allah, Ara sayangg."

"Ish, bukan opelatol, Maa."

Sandra mengerutkan kening. Jika bukan operator, lalu siapakah yang mengangkat tefon. Tidak mungkin sekretaris suaminya, karna sekretaris suaminya adalah laki-laki. Mencoba untuk berfikir positif, Sandra kembali bertanya kepada putrinya.

"Tante nya bilang apa memang?"

"Pak Alsen sedang sibuk kalena meeting." Ucapnya dengan tersenyum lebar.

Kali ini Sandra tak bisa untuk berfikir positif. Sudah jelas suaminya sedang bersama dengan wanita lain. Berulang kali Sandra menelfon dan memvidio call suaminya, namun tak kunjung diangkat. Pada panggilan terakhir, akhirnya panggilan tersebut diangkat.

"Kamu dimana Mas?! Ara bilang yang ngangkat telfon kamu cewek. Ditelfon nggak diangkat, jangan-jamgan bener yang dibilang sama Ara. Awas aja kamu Mas!"

Terdengar suara ribut dari seberang sana. Namun Sandra mendengar suara yang tak asing. Seperti suara wanita, namun terdengar tegas. Sandra memandang Ara dengan datar. Kemudian Sandra tersenyum manis, sangat manis.

"Mama baru tau kalau Nenek itu kamu anggap cewek asing."

Hari ini adalah hari pertama bagi Triplets untuk bersekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari pertama bagi Triplets untuk bersekolah. Baik Ara, Arka maupun Arsha sudah sangat heboh. Lemari yang awalnya tersusun rapi, kini bagaikan diterpa badai.

"MAMAA, SABUK NYA ARKA ILANGG."

"KAOS KAKI ARSHA DIMANA, MA?!"

"HUAAA DASI ALA NGGAK KETEMU."

"ITU APA YANG DIIKET DI KEPALA KAMU, HAH?!"

"Oh iya Ma, hehe."

Sandra langsung memasangkan dasi Ara dengan benar, mencari kaos kaki Arsha dan sabuk Arka yang hilang. Pagi-pagi dirinya sudah dibuat pusing oleh kelakuan anak-anaknya ini.

Setelah keributan pagi tadi, kini keluarga kecil Geordino telah sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi dengan warna layaknya pelangi. Lagi dan lagi ketiga bocah kembar ini tidak mau akur.

"Ala mau tulun duluan, Ala kan kakak."

"Tapi badan kamu kecil dari kita, Bantet."

"ALA NGGAK BANTET YAA."

"Kak Ara awas iih, Arsha mau turun tau."

"Nggak boleh!! Yang duluan itu halus Ala."

Arsen yang jengah terhadap anak-anaknya langsung turun dan membuka pintu penumpang agar si kembar turun. Bukannya langsung turun, si kembar malah semakin rusuh berebutan untuk turun duluan.

"DIEEMMM!!"

Teriakan Sandra membuat suasana menjadi hening. Bahkan beberapa wali murid yang mengantarkan anaknya ke sekolah langsung melihat ke arah mobil yang keluarga Geordino kendarai.

Dengan tersenyum canggung, Arsen menggendong anaknya dan menurunkannya satu persatu. Ara yang terakhir turun dari mobil merasa kesal. Seharusnya ia dulu yang diturunkan.

Setelah diberi uang sangu dan wejangan dari orang tuanya, si kembar pun memasuki halaman sekolah yang sudah ramai oleh siswa-siswi baru.

"Aku nggak yakin sama sekolah ini, Mas." Ucap Sandra.

"Aku juga ngerasa gitu."

Arsen dan Sandra tetdiam menatap pintu gerbang TK.

Arsen dan Sandra tetdiam menatap pintu gerbang TK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ArkashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang