Sekitar 30 menit berjalan menyusuri pinggiran kota, mereka semua sampai di sebuah rumah besar yang mewah. Rumah yang Tempak tenang, sepi, nan asri
(Name) yang sulit mengendalikan emosi, Moodnya yang gampang berubah, Juga Hati yang tidak kokoh merasa sudah tak tahan ingin menangis dan mengamuk pada semesta
Kehangatan datang ketika tangan hangat Kaiser menarik lengannya agar mengikutinya masuk ke dalam rumah, Dingin... Dan kasar
Itu yang di rasakan (Name)... Ingin sekali rasanya ia menangis di situ.
Saat sampai yang lain langsung berendam di air hangat, Sedangkan (Name) mencuci baju sekolah yang mereka kenakan hari ini untuk bersekolah esok hari.
Tubuhnya terasa berat... Lemas... Dan sangat panas.
Handphone yang ia tinggalkan di atas meja berdering, lalu ia mengangkatnya walau yang menelfon adalah seorang Papa.
"Ha... Halo papa--"
'TIDAK USAH MEMANGGILKU PAPA!! AKU TIDAK PERNAH MENGHARAPKAN PANGGILANMU!!'
"...." Setelah di bentak (Name) hanya bisa diam.
'(NAME) KEMANA SAJA KAU 1 MINGGU INI?! HAH?!' Bentak Papanya
"Papa mengharapkan anak yang berprestasi, kan...?? Aku ke Jepang untuk mengambil prestasiku, Papa..." Jawab (Name) dengan suara bergetar menahan tangis.
'PULANG!!! PAPA TIDAK MENGHARAPKAN PRESTASI KEJEPANGANMU!!! SUDAH ADA KAKAKMU YANG LEBIH BERGUNA DI BANDING DIRIMU!!' Ucap ayahnya
"IYA PAPA!! Bandingkan saja aku dengan Kakak... Kakak lebih hebat dan lebih berbakat... Papa... Tapi aku juga memiliki bakat ku sendiri... Setidaknya berikan aku waktu untuk memperlihatkan semua itu... Papa..." Ucap (Name), ia menangis di kala Papanya membandingkannya dengan kakaknya
'Jika kau ingin menunjukkan maka tunjukkan saja, Bodoh. Siapa yang peduli??' Jawab Papanya lalu telfon di tutup begitu saja
(Name) langsung terduduk lemas sambil menangis mendengar ucapan Ayahnya, ia menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh Kaiser dan yang lainnya
"Hiks Hiks... Papa... Lihat aku sekali saja... Papa... Hiks..." Tangisnya lirih, memori saat ia di campakkan oleh Papa dan Mamanya masih segar di pikirannya
Semua masalah keluarganya terputar kembali seperti kaset rusak, tangis isaknya semakin deras, di tambah ingatan tentang kehidupannya saat ini di Jepang.
(Name) menjambak rambutnya sendiri ketika ia mengingat bagaimana Ia di pukul oleh Kaiser dan Papanya
Tetiba dari belakang dia merasakan punggungnya di sentuh oleh tangan yang hangat, Kehangatan yang mirip dengan sentuhan kakaknya
'Kakak...??' Batin (Name), Ia langsung tenang, namun begitu ia melihat kebelakang nyatanya itu adalah sosok Kaiser.
"Kenapa menangis??" Tanya Kaiser
"T--Tidak ada... Hanya karna lututnya terkena meja..." Jawab (Name) menutupi masalahnya dari Kaiser
"Itu ga mungkin kan? Kita aja ga denger suara meja kegeser, Tapi kita denger percakapan kamu sama Cowok loh" Ucap Otoya
"Katakan, (Name), Tadi itu siapa??" Tegur Rin
"Apa kau punya masalah?? Katakan!" Sambung Isagi
"Pria tadi... Ayahku..." Jawab (Name) Dengan berat hati, Saat Sae ingin bertanya lagi langsung di hentikan oleh Kaiser
"Sstt, Kau istirahat saja (Name)" Ucap Kaiser sambil membantuku berdiri, aku berdiri lalu di tuntun Kaiser ke arah Kamar.
"Jangan terlalu di pikirkan, itu bisa membuatmu stres dan kemungkinan kau bisa sakit" ucap Kaiser, entah kenapa hari ini ia sangat lembut dan sifatnya sangat hangat.
Saat Sampai di kamar Kaiser mendudukkan (Name) di Ranjang, Lalu ia duduk di sampingnya, ia membungkuk ke depan
"Ceritakan padaku, sedikit-sedikit saja" Ucap Kaiser, Aku menunduk, Lalu Kaiser mendengus dan berdiri
"Kalau ga siap sekarang kapan-kapan aja, kalian bisa sih sekarang. Toh... Lo juga ga akan bertahan lama di sini" Sambung Kaiser, lalu dia meninggalkan (Name) sendirian di ranjang.
.....
(Name) terus diam termenung di Ranjangnya, lalu tak lama Seseorang mengetuk pintu kamarnya, (Name) mempersilahkannya masuk, Ternyata itu Ness
"(Name)... Ada telfon lagi untukmu..." Ucap Ness. (Name) mengangguk lalu menerima Telfonnya
"Ness... Maaf... Tapi... Bisa... Keluar sebentar...??" Tanya (Name), Ness mengangguk dan ia keluar.
Ia lihat ternyata Papanya menelfon lagi. Ia mengangkatnya, kali ini papanya berbicara dengan nada yang datar
"Dimana kau, (Name)?" tanya papa
"Aku ada di pinggiran Kota Tokyo, kastil dekat Sekolah Kaze no stigma." Jawab (Name) dengan datar
"BODOH?! Apa yang kau lakukan di sana?! Apa kau ingin mati?!" Tegur Kakak tiba-tiba
"Tidak ada gunanya juga aku hidup, kan?! Aku hidup hanya untuk di jadikan Pelampiasan amarah, Mama saat kembali dalam keadaan mabuk atau tidak mabuk selalu memukulku dengan tangan, Mencakar Ku dan membanting ku... Apa mama pikir itu tidak sakit?!" Jawab (Name) dengan suara serak
"Ga gini juga Dek... Kakak tau kamu pengen punya wawasan yang lebih dengan cara ke Jepang... Tapi jangan gini dek..." Ucap Kak Ai.
"(Name)!! Terus apa gunanya mama sama papa lahirin kamu kalau akhirnya kamu pengen mati?!" Tegur Papa
"TERUS SIAPA JUGA YANG BERHARAP DI LAHIRIN PA?! Aku ga pernah berharap di lahirin pa, Kalaupun bisa aku pengen milih mati sekarang, Kalau aku bisa lihat malaikat pun aku bakal langsung milih mati!!" Jawab (Name)
"SADAR DEK!! Ya ampun... Kakak Lagi di bandara sekarang, Kamu tunggu aja ya di sana, Kakak jemput kamu!" Ucap Kak Ai
"Gausah kak. Aku ga butuh. Aku masih pengen Stay di sini. Nanti kalau udah bosen juga pulang sendiri." Jawab (Name)
"Udahlah Ai, Lagian adekmu itu keras kepala banget kok masih di pertahanin, kalau dia mati yaudah biarin aja lah, Mati juga ga akan bikin kita rugi." Ucap Mamanya dengan ketus
"(Name), sekarang pilih sah satu, Papa jemput kamu terus pulang, Atau kamu menetap dan kita abaikan??" Tanya Papa
"Mama Papa!! Kalian ini apaan sih?! Karakter kalian berdua itu bikin (Name) jadi pribadi kayak gini!!" Tegur Kak Ai
"Yaudah sih kak, Kakak kenapa malah belain (Name)?! (Name) dari dulu cuma jadi beban sama aib keluarga malah di belain." Sambung Mama
Aku langsung menutup Telfonnya, mematikan data Handphoneku lalu membuangnya ke ranjang, Aku duduk melingkup dan menangis, tak peduli jika seseorang mendengarku.
Ngomong-ngomong (Name) punya teman Imajinasi. Namanya adalah 'Bunda', (Name) bisa memanggilnya dengan cara menyebutkan Namanya.
"Hiks... Hiks... B-Bunda... Hiks... Bunda... (Name) butuh... Bunda... Hiks..." Panggil (Name)
Seketika itu sosok wanita dengan gaun putih berambut panjang berwarna coklat dengan sayap yang mengepak datang dan memeluk (Name)
"Don't Cry... Bunda ada di sini Sayang..." Ucap Bunda dengan lembut, suaranya yang menggema di telinga (Name) dan juga pelukan Hangat membuat (Name) sedikit merasa tenang
"Hiks... Hiks... Bunda... Hiks... (Name) ga kuat sama perlakuan Mama... Hiks..." Rengek (Name) sambil membalas pelukan sosok Bunda
"Udah ya (Name)... (Name) harus kuat... Kan masih punya tempat pulang..." Jawab bunda seraya mengelus punggung (Name)
Tak lama pintu terbuka dan menampilkan segerombol Vampir, Mereka masuk dan seketika itu sosok 'Bunda' menghilang
Kaiser langsung mendorong tubuh rapuh (Name) jatuh dan terbaring di atas ranjang, lalu mengurungnya menggunakan tubuh kekarnya dan juga lengan panjang bertatonya
(Name) hanya bisa melihat Kaiser dnegan tatapan kosongnya, Kaiser berdecak kesal menganggap (Name) telah gila.
"Bilang, Siapa 'Bunda'??" Tanya Kaiser dengan suara berat seraknya
"... Imajinasi..." Jawab (Name).
![](https://img.wattpad.com/cover/339747977-288-k83894.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Vampire •Michael Kaiser
Vampiros|• Awalnya (Name) adalah Murid hasil pertukaran pelajar Idn-jpn, namun tanpa di sangka (Name) malah mengalami nasib yang buruk. Ia di lecehkan oleh sekelompok pria bejat yang ternyata seorang Vampir, ia di jadikan budak sekaligus pelayan mereka. Sek...