Gue adalah seorang pegawai swasta di sebuah perusahaan multinasional di Jawa Timur. Setiap hari berangkat dan pulang kerja gue dan teman-teman yang lain menggunakan fasilitas jemputan yang disediakan oleh perusahaan. Dari semua teman-teman gue tersebut, gue adalah yang paling muda dan satu-satunya yang belum menikah. Terus terang gue emang gak punya pacar karena gue adalah seorang gay. Sudah banyak teman-teman satu kantor yang menanyakan kapan gue nikah namun tentu aja gue gak bisa jawab terus terang.
Salah satu teman satu jemputan gue adalah seorang lelaki berusia sekitar 43 tahun. Namanya Pak Suhan. Dia orangnya baek, kebapakan, apalagi memperlakukan gue seperti anaknya sendiri. Dialah yang paling dekat sama gue. Setiap ada waktu luang kami sering jalan-jalan berdua, entah itu sepulang kerja atau malam minggu. Setiap gue ada keperluan dia selalu menolong.
Seperti yang gue bilang, dia itu sangat dekat sama gue. Bahkan gue juga dekat sama istri dan anak-anaknya. Gue sudah sangat terbuka sama pak Suhan, bahkan ke persoalan dan keadaan keluarga kami masing-masing sudah saling cerita. singkatnya, kami sering curhat satu sama lain. Karena kami sudah sangat dekat, maka secara naluriah muncul rasa sayang gue sama Pak Suhan, namun masih sebatas rasa sayang seperti ke ayah sendiri, apalagi karena gue enggak begitu dekat dengan ayah kandung gue sehingga keberadaan Pak Suhan bisa jadi pengganti. Begitu pula Pak Suhan ke gue. Walaupun dari segi pekerjaan jenjang kami sangat jauh gue setingkat manajer sedangkan dia supervisor, namun beda departemen), hal itu tidak menghalangi keakraban kami di luar kerjaan.
Pak Suhan di perusahaan gue bertanggung jawab di kendaraan dan mekanik. Selain bekerja di perusahaan gue, dia juga punya bengkel pribadi di rumahnya. Dia selalu bekerja hari Sabtu dan Minggu di bengkelnya tersebut. Memang dia seorang pekerja keras, hingga kadang-kadang lupa waktu. Tapi itulah yang membuat gue semakin salut dan sayang dengannya, karena dia sangat bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Kadang-kadang gue merasa iri dan cemburu dengan istrinya. Gue suka menghayal betapa bahagianya mempunyai suami seperti Pak Suhan.
Dari segi fisik, memang Pak Suhan cukup menarik. Walaupun sudah berusia 43 tahun, dia masih kelihatan gagah. Tubuhnya tegap karena terlatih dengan pekerjaannya sebagai seorang mekanik mobil. Wajahnya gue rasa sangat ganteng dan jantan, dengan kumis dan janggutnya yang sexy dan memberi kesan wibawa di dirinya. Walaupun rambutnya yang tebal tapi dicukur pendek itu sudah mulai memutih, namun malah semakin menambah kegagahannya. Dadanya bidang. Lengannya terlihat kekar dan berbulu. Warna kulitnya sawo matang namun bersih walaupun di sekitar tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut. Yang gak kalah sexy adalah bagian belakang atau bokongnya yang kelihatan padat, keras berisi, bikin gue gemas. Matanya terlihat tajam dengan alis matanya yang cukup tebal, namun pancaran matanya berubah teduh ketika kami saling bertatapan. Apalagi kalau dia melihat gue pulang kerja dengan wajah yang sangat lelah, dengan tidak sungkan-sungkan dia menunjukan perhatiannya dengan memijit-mijit punggung dan tangan gue sepanjang perjalanan pulang.
Terkadang gue mulai bertanya-tanya, apakah perasaannya ke gua hanya sekedar sayang seperti ke anaknya sendiri atau ada perasaan yang lebih dari itu. Dia pernah memuji gue kalo tampang gue cakep, kadang-kadang sambil bercanda di depan teman-teman yang lain, namun pernah juga dia mengatakan ucapan itu di kamar gue dengan lembut, kemudian memeluk gue
dengan penuh kehangatan. Dipeluk dengan penuh perasaan seperti itu tentu aja membuat jantung gue jadi berdegup kencang. Perlakuannya itulah yang menimbulkan perasaan lebih jauh terhadap pak Suhan. Diam-diam gue semakin mencintainya, seperti seorang lelaki mencintai
seorang wanita pujaannya. Namun perasaan itu gue pendam jauh-jauh karena memang gak mungkin gue ungkapkan ke dia. Namun gue merasa sangat menderita. Kadang-kadang gue suka menangis di malam hari, karena sangat merindukan Pak Suhan menemani gue di malam hari.
Pak Suhan suka dateng ke kamar kost gue sore-sore dan kami saling curhat di sana. Kami biasanya berbaring di tempat tidur sambil nonton TV, tapi karena tempat tidurnya dirancang untuk satu orang jadinya kami berbaring saling berdempetan. Lalu gue suka merebahkan kepala gue ke dadanya yang bidang dan meresapi kehangatan di sana. Lalu Pak Suhan suka memeluk gue, yang terus terang, membuat gue terangsang karena kehangatan dekapannya itu. Gua suka bertanya-tanya dalam hati apakah Pak Suhan juga merasakan yang sama sewaktu di memeluk gue.
Suatu malam, seperti biasanya kami berbaring di kamar gue. Dia mulai cerita mengenai keadaan keluarganya yang paling pribadi, yaitu masalah sex. Istrinya sekarang sudah jarang mau melayaninya lagi di tempat tidur.
"Memangnya kenapa Pak?" gue bertanya.
"Yah, karena terlalu capek, Dit. Namanya juga istri, sibuk sepanjang hari, ngurus anak, rumah, apalagi dia juga menjahit", jawabnya.
"Terus Bapak gimana?"
"Ya, aku sabar aja...walaupun kebutuhan untuk 'itu' suka muncul..", dia berkata pelan.
Walaupun sejujurnya gue agak cemburu kalo terlibat pembicaraan seperti ini, namun gue merasa kasihan sama Pak Suhan. Lalu gue mulai memeluknya dengan lembut.
"Yah, mau gimana lagi. Tinggal Pak Suhan yang pintar bersabar", hanya itu yang bisa gue bilang ke dia, karena gue sendiri pun bukan konsultan perkawinan. Kami terdiam beberapa saat.
Sepanjang kesunyian tersebut, gue mulai membelai lengan Pak Suhan. Dengan lembut gue raba dan belai lengan bawahnya, lalu naik ke atas kemudian turun lagi. Gue belai rambut-rambut di lengannya dan kami
saling menggenggam jemari kami. Terasa telapak tangan Pak Suhan yang besar dan kasar karena pekerjaannya itu menggenggam erat telapak tangan gue, membuat gue semakin terangsang. Lalu sambil memberanikan diri gue mulai meraba dada Pak Suhan. Kali ini gue melangkah lebih jauh. Gue juga mulai membuka kancing atas kemejanya sehingga terbuka. gue menelusupkan jari-jari gue ke dadanya. Oooh, baru kali ini gue merasakan dada Pak Suhan tanpa dilapisi baju. Terasa hangat. Gue
membelai dan meresapi kerasnya otot dada pak Suhan. Bulu-bulu dadanya gue belai, lalu kedua puting susunya gue pijit-pijit pelan. Pokoknya kali ini gue melakukan perbuatan yang pasti membuat Pak Suhan terangsang. Gue melirik ke wajah Pak Suhan. Gue lihat dia seperti menikmatinya. Matanya tertutup, dan dari nafas dan dadanya yang naik turun dengan berat, gue yakin kalo dia sedang menikmati setiap belaian yang gue berikan ke dadanya.
Gue memberanikan diri untuk membelai rambutnya yang mulai memutih itu, lalu mengecup pipi kanannya dengan lembut. Lalu dia membuka matanya. Wah, pikir gue, jangan-jangan dia marah nih. Tapi tidak. Dia malah menoleh ke arahku dengan tatapannya yang lembut. Kemudian dia berkata,
"Dit, kamu cakep...Bapak sayang sama kamu"..
Haah??! Belum lagi gue sadar dari rasa kaget gue, dia malah menggulingkan tubuhnya dan menindih gue. Tubuhnya terasa berat, namun hangat. Lalu dia mulai membelai wajah gue, lalu mengecup kening dan kedua pipi gue. Ooh, gue memejamkan mata menikmati perlakuannya itu. Gue resapi setiap belaian bibir dan kumis serta janggutnya di wajah gue. Lalu, gue merasa ada sesuatu yang basah di bibir gue. Ternyata dia mulai mengecup bibir gue dengan bibirnya. Sambil memejamkan mata, bibir kami pun saling
bertautan. Dia sungguh berpengalaman dalam berciuman. Bibir kami saling menghisap, Lidah kami pun mulai saling membelit. Nikmat sekali sensasi yang muncul. Baru kali ini gue dicium di bibir. Tapi gue mulai sadar,
"Eh, Pak...ini aneh, kita sama-sama lelaki, tapi kok saya jadi terangsang yah..gimana ini?" Tanya gue dengan nada kebingungan. Dia malah menatap gue, lalu tersenyum lagi.
"Ya gimana, Bapak sayang sama kamu...Bapak pengen diterusin". Yeess, itulah yang gue sangat harapkan, lebih dari yang lain,
"Saya juga sayang Bapak...saya ingin membahagian dan memuaskan Pak Suhan. Tapi pelan-pelan ya Pak, saya belum pernah.." Gue berbisik di telinganya.
Begitu mendengar persetujuan dari gue, mulailah Pak Suhan melanjutkan serangannya. Memang dia sedang sangat ingin melampiaskan birahinya yang selalu tak tersalurkan di rumahnya. Mendadak, Pak Suhan yang selama ini gue pandang sangat lembut dan penyayang berubah jadi begitu liar di kamar gue. Sambil menindih gue, dia mulai menggesek-gesekan seluruh tubuhnya ke tubuh gue. Kedua kakinya membelit kaki gue secara berselingan. Gue meresapi setiap gesekan tubuhnya itu. Membuat gue semakin merintih...kami saling bergulat di tempat tidur yang sempit. Pak Suhan kembali melancarkan ciuman dan cumbuan ke wajah gue. Namun kali ini sangat liar dan gencar. Gue pun gak malu kalah, juga ikut mencium dan menjilati setiap titik wajah Pak Suhan yang jantan itu. Mendadak kamar kost gue diselimuti dengan suara cumbuan, erangan dan derik tempat tidur..ooh, gue sangat menikmatinya..Pak Suhan..jangan berhenti Paak..aaah..
Kedua lengan gue memeluk punggungnya. Gue merasakan betapa kekar punggungnya itu, setiap ototnya bergerak-gerak seraya dia menggesekan tubuhnya ke tubuh gue. Lalu gue mulai menelusupkan tangan gue ke balik bajunya. Gue belai punggungnya tanpa dibatasi lagi dengan secarik kain. Aah, punggung Pak Suhan sangat gagah dan hangat. Gue membelai semakin cepat dan meremas-remas ototnya yang membuat Pak Suhan semakin mendesah..
Terus terang gue gak punya pengalaman sama sekali dalam ML, apalagi dengan sesama cowok, lagi pula malam itu Pak Suhan kelihatan sangat bernafsu, membuat gue cukup kewalahan.
"Oh, Pak...pelan-pelan... uuuf..",
Wah, ciuman Pak Suhan mulai turun ke bagian leher gue. Sambil terus menindih tubuh ke tubuh gue, lidah dan kumisnya menggesek sekujur leher gue, membuat gue kegelian namun nikmat. Telapak tangan kanannya memangku kepala gue sementara tangan kirinya membelai dan meremas dada dan perut gue. Begitu pula kedua tangan gue menggerayangi punggungnya lalu mulai membuka kancing bajunya satu persatu. Lalu gue pun mulai mulai melepasi kemejanya dari tubuhnya.
Kini Pak Suhan sudah bertelanjang dada. Dengan nafsu yang semakin memuncak gue mulai mencium mulai dari lehernya, lalu turun ke pundaknya, yang kiri dan yang kanan. Gue terus menjilati, dengan sesekali gue gigit-gigit perlahan sebagai rasa ekspresi nikmat dari cumbuan Pak Suhan di leher gue. Tangan Pak Suhan juga mulai membuka kancing baju gue, kini gue pun bertelanjang dada di hadapan Pak Suhan.
"Dit, kulitmu halus...", lalu dia mendaratkan wajahnya ke dada gue sambil memejamkan matanya dan mulai menggesekannya di seluruh kulit dada gue.
Ooh...rasanya bener-bener enak, apalagi ditambah dengan belaian kumis dan jenggotnya, gue pun mulai mendesah. Lalu Pak Suhan mulai lagi mencium dada gue, lidahnya menjilati seluruh permukaan dada gue hingga basah, lalu mulai bergerak ke sekitar puting gue, pertama yang kiri. Uuh...lidahnya yang kasar itu menjilati puncak puting dada gue dengan mesra, lalu bibirnya mulai menghisap-hisap kedua puting gue bergantian, sambil menggigit-gigit kecil. Dia bener-bener ahli dalam hal menghisap. Kedua puting gue pun semakin keras dan memerah, dan gue juga semakin terangsang karena kenikmatan yang tercipta. Tangan kiri gue teteap membelai punggung Pak Suhan, sementara tangan gue kembali membelai rambut-rambut lengan kirinya. Lalu tanpa sadar gue mulai membimbing tangan kirinya itu ke bawah, ke daerah celana dan selangkangan gue. Gue ingin merasakan remasan Pak Suhan yang jantan itu di daerah pribadi gue, gue ingin Pak Suhan memberi kenikmatan maksimal ke diri gue, dan gue bener-bener enggak tahan untuk merasakannya.
Pak Suhan pun mengerti. Sambil terus mencumbui dada dan perut gue yang semakin basah karena jilatan dan ciumannya, tangan kirinya pun mulai menjalari selangkangan gue. Penis gue sudah sangat keras di balik celana gue, dan dia pun merasakannya.
"Hmmm...ooh...Paaak..", Gue semakin merintih keenakan, sementara dia pun mengeluarkan suara-suara yang sama menggairahkannya. Dia pun mulai membuka kancing celana gue, lalu tangannya menyelusup ke dalam celana dalam gue, mencari-cari dan menangkap penis gue yang sudah sangat tegang itu. Dia lalu mengangkat wajahnya dan menatap gue sambil tersenyum.
Lalu tanpa berkata lagi dia mulai menciumi daerah di bawah pusar gue, menjilat dan menghisap... sementara tangan kirinya mulai menggenggam dan membelai penis gue. Cumubuannya semakin liar, kini dia mulai melepaskan seluruh celana gue sehingga gue kini telanjang bulat di hadapannya. Begitu melihat seluruh tubuh gue yang mulus, dia semakin gencar mencumbui gue. Kini ciuman dan jilatannya dilancarkan di daerah paha gue, kiri dan kanan. Gue semakin kenikmatan. Pinggul gue sampai terangkat naik turun, seirama dengan jilatan dan hisapan Pak Suhan di daerah paha gue, terus turun ke betis gue. Rupanya Pak Suhan ingin menikmati seluruh tubuh gue, hingga ke kaki. Dia sangat bernafsu seraya merasakan kehalusan kulit gue, sehalus kulit perempuan. Gue hanya bisa merintih dan mengerang, seraya gelombang kenikmatan menyelimuti gue. Peluh mulai menetes di seluruh tubh gue dan penis gue mulai berdenyut-denyut dan mengeluarkan cairan bening di ujungnya. Nafas gue jadi berat, kepala gue berdenyut-denyut, mata gue berkunang-kunang.
Uuf..Pak Suhan kini menyerang zakar gue...membenamkan wajahnya di sana di antara bulu kemaluan gue yang agak jarang. lalu jilatannya menjalar ke atas, ke pangkal penis. Di situ, lidahnya pun bergerak di sepanjang batang penis gue, terus ke atas hampir ke kepala penis, tapi kembali turun. Begitu dia lakukan berulang-ulang hingga basah, dan membuat gue semain histeris, bergerak menggelinjang. Kedua tangan pak Suhan kembali menggerayangi perut dan dada gue, meremas kedua buah dada gue, membelai-belai sementara mulut dan bibirnya sibuk mencumbui penis gue. Kedua tangan gue kini meremas kepala dan rambut Pak Suhan, mendorong-dorongnya seirama dengan sensasi nikmat yang dia buat di daerah selangkangan gue.
Penis gue semakin berdenyut. Pak Suhan kini mulai menjilati kepala penis gue, menghisap seluruh cairan bening yang ada di sana. Sepertinya dia menikmatinya, mungkin rasanya sama dengan cairan vagina istrinya. Hisapannya kini semakin kuat, gerakan kepalanya naik turun saking nafsunya dia menghisap penis gue.
"Oooh..Paak...uuuuh..aargh.." Gue hanya bisa merintih seraya menggelinjang, namun hisapan Pak Suhan semakin kuat. Rupanya dia bener-bener menginginkan penis gue.
"Aaah...Paak, saya..gak tahaannn.., oooh..!!" Tubuh gue menegang maksimal. Tanpa terbendung lagi, gue pun memuncratkan cairan isi penis gue ke mulut Pak Suhan...cret..croot..berkali-kali dan gue semakin menggelinjang dan meronta demi melampiaskan puncak kenikmatan ini. Mulut pak Suhan tidak kunjung lepas dari penis gue. Dia semakin kuat mengulum dan menghisap penis gue sambil menelan seluruh air mani gue. Ooh...dia begitu sayang sama gue hingga rela menelan seluruh sperma gue.
Setelah seluruh gelombang nikmat itu mereda, gue pun terkulai lemas, sementara Pak Suhan kini melepaskan kulumannya. Lalu dia kembali menindih gue. Ooh...rasa hangat itu kembali menyelubungi tubuh gue. Gue pun melingkarkan kembali kedua tangan gue di punggungnya sambil membelai dengan halus selama beberapa saat. Dia kembali mencium mulut gue dengan mesra.
"Bagaimana, enak?"
"Oh, Pak...nikmat sekali.." Lalu gue bergerak melepaskan diri dari tindihannya. Gue ingin memberi kepuasan maksimum ke Pak Suhan, gue sayang padanya.
Gue meminta Pak Suhan untuk tetap tengkurap sementara gue mulai memijati punggungnya. Kedua tangannya memangku kepalanya yang tertelungkup. Gue mulai membelai dan remas bergantian seluruh otot di daerah punggungnya. Lalu gue menindihnya dan mulai mencumbui leher dan telinganya. Ciuman gue pun turun ke pundaknya. Gue jilat dan hisap-hisap seluruh titik di pundaknya. Pak Suhan mulai bergerak-gerak gelisah.
"Hmmm...ooh...yaah.." gumaman suaranya menunjukan bahwa dia sedang menikmati pelayanan gue. Cumbuan gue semakin gencar. Bunyi ciuman dan hisapan semakin membabi buta. Sambil mencumbui pundak dan punggungnya gue menindih tubuh Pak Suhan dari belakang, dan gue juga menggesek-gesekan tubuh gue ke tubuhnya, penis gue yang mulai mengeras lagi pun menggesek bagian pantat Pak Suhan.
Puas gue mencumbui punggung Pak Suhan yang kokoh, gue pun memintanya untuk membalikan badan. Kini dia terlentang, namun kedua tangannya dilipat kebelakang memangku kepalanya. Hmm...posisi tidur demikian membuatnya sangat sexy dan menggairahkan bikin gue jadi tambah terangsang, apalagi gue melihat rambut-rambut muncul di balik ketiaknya. Hmm..gue pun kembali menidihnya, lalu gua rebahkan muka gue ke dadanya. Gue resapi lagi kehangatan yang ada di sana. Kini kedua tubuh kami saling berdempetan tanpa sehelai pembatas pun. Terasa kehangatan tubuhnya mengalir ke tubuh gue. Kulitnya dan rambut-rambut yang tumbuh di sekitar dada, puting, dan perutnya juga menggesek-gesek kulit gue, sungguh nikmat dan merangsang.
Gue mulai lagi mengecup lehernya, janggutnya, lalu turun ke lehernya lagi. Terasa nafas Pak Suhan naik-turun dengan berat, menikmati ciuman gue. Lalu gue merangkak ke arah ketiak kanannya. Gue hirup aroma jantan bercampur deodorant, bikin gue bernafsu untuk menjilatinya. Gue cium dan gue gigit-gigit kecil kedua ketiaknya, kiri dan kanan. Oooh, Pak Suhan mulai mengerang. Kepalanya bergerak-gerak ke kiri dan kanan, matanya terpejam. Mimik mukanya sungguh menunjukan bahwa dia berada dalam alam kenikmatan dari cumbuan gue. Gue berbisik di telinganya, mengungkapkan rasa sayang gue.
"Ooh...bapak sayang kamu" Pak Suhan membalas dengan lembut.
Jilatan gue kembali turun ke dadanya. Kedua putingnya gue perlakukan seperti yang dia perlakukan terhadap puting dada gue. Gua jilat, gigit-gigit,hisap, sedot hingga basah dan memerah...Pak Suhan semakin menggelinjang. Rupanya ini juga merupakan salah satu daerah sensitifnya. Yeaah, gue ingin memberi kenikmatan hebat ke pak Suhan. Kini kedua tangannya memeluk punggung gue, memijit-mijit dan membelai kehalusan kulit punggung gue sementara gue sibuk menjelajahi dada dan putingnya. Pelukannya semakin erat seraya gue memberi hisapan-hisapan di putingnya itu. Tubuh kami bergerak-gerak, saling menggesek. Belaian tangannya semakin turun, ke pantat gue. Dia menekan-nekan pantat gue, menggesek-gesekan penis gue yang kembali tegang ke selangkangannya. Terasa sekali kalo punya dia juga sudah sangat keras, walaupun masih tertutup celana. Ooh, inilah yang gue mau. Gue ingin membuka celananya..
Gue pun merangkak, cumbuan gue turun ke perutnya. Seluruh titik perutnya gue jilat dan hisap, begitu pula pusarnya. Kedua tangan gue meremas-remas dadanya. Lalu gue bangun, dan mulai membuka ikat pinggang dan kancing celananya. Dengan cepat gue buka seluruh celana panjangnya hingga kini dia hanya mengenakan celana dalam putih. Celana dalamnya itu terlihat agak basah, menunjukan bahwa precumnya sudah keluar. Namun gue enggak langsung membuka, tapi gue malah beralih ke kedua pahanya. Oooh, pahanya sungguh sexy. Terlihat begitu kekar dengan ditumbuhi rambut-rambut tipis, turun sampai ke betisnya yang juga tebal. Warna kulitnya putih sehingga urat-urat pahanya terlihat. Gue mulai kembali serangan gue.
Jilatan dan ciuman, hisapan dan cumbuan gue lancarkan. Tidak ada bagian pahanya yang luput dari ciuman gue, baik yang kiri dan yang kanan. Kedua tangan Pak Suhan kini menggenggam kedua tangan gue, meremas-remas telapak dan jemari tangan gue, mengekspresikan rasa nikmatnya.
"OOoh...aaargh, Diit.." Dia mulai meracau, kepedasan, merintih dan menggeliat-geliat. Serangan gue turun ke betisnya. Kaki kanannya gue angkat, gue jilat betisnya seraya gue memijat-mijat pahanya. Hmm...jilatan gue begitu nikmat, gue lakukan bergantian dengan kaki kirinya.
Setelah puas mencumbui bagian kaki pak Suhan, kini gue menundukan kepala gue ke arah celana dalamnya. Oohh..tonjolan yang besar muncul di sana. Hmm..gue tempelkan hidung gue, meresapi aroma lelaki yang terasa. Gue jilat bagian celananya yang basah itu. Jilatan gue kini menjalar-jalar ke segala arah di celana dalamnya.
"OOOhh...diit...aargh.. enaak.." Begitu erangan Pak Suhan. Tampaknya dia sudah enggak sabar untuk gue segera membuka celana dalamnya. Gue turuti kemauannya.
Celana dalamnya gue buka perlahan. Kini dihadapan gue berbaring seorang lelaki setengah baya yang gue sayangi, tanpa sehelai pakaian pun. Terlihat penisnya yang disunat sudah sangat tegang, berdiri kokoh. Ukurannya normal, tapi terlihat gagah karena ditumbuhi urat-urat di sekeliling batangnya. Hmm...kepala penisnya yang bulat seperti jamur kini berwarna merah gelap, dan di ujungnya keluar cairan seperti benang kristal, tanda bahwa dia berada dalam keadaan terangsang berat.
Gue mulai membelai-belai rambut kemaluannya. Gue garuk-garuk. Sementara wajah gue benamkan ke daerah di bawah pangkal penisnya, tepat di atas buah zakarnya yang juga ditumbuhi bulu-bulu lebat. Oooh, aroma maskulin kembali menusuk hidung gue. Gue sangat bernafsu, mencium, menjiat dan menghisap kedua zakarnya. Gue gigit-gigit kecil lalu gue jilat lagi, ke atas hingga ke daerah pangkal penisnya. Tangan gue menggenggam batas penisnya, mulai membelai dan meremas-remas. Gue jilat sepanjang batang penisnya itu, di daerah urat-urat yang tumbuh di sana. Gue lirik ke wajah Pak Suhan. Ooh, matanya terlihat terpejam, wajahnya merah padam, nafsunya mendidih di kepalanya, peluh mengalir di keningnya. Dada yang yang juga berkeringat naik turun tidak beraturan, nafasnya sangat berat, mendengus-dengus bergelombang dengan hawa birahi mendesak-desak. Gue kembali meneruskan service untuknya.
Gue bangun dan menindih penisnya dengan penisnya. Kedua pusat kenikmatan kami pun saling bergesekan. Gue gerak-gerakan pantat gue, sementara gue rebahkan wajah gue ke wajahnya. Gue cium lembut bibirnya yang menghembuskan hawa hangat karena birahi. Gue seka keningnya yang berpeluh. Kedua tangan Pak Suhan meremas-remas pantat gue, menekan-nekan erat sambil terus menggesekan ke kedua penis kami. Kedua lidah kami kembali saling bertautan. Pak Suhan menyedot kuat bibir gue, memberi aliran hawa birahi masuk ke hati sanubari gue. Gua sangat bahagia karenanya. Ternyata dia mengetahui kalau gue pun sudah kembali terangsang, penis gue sudah tegang maksimal. Dia pun menggenggam penis gue, dan mengocok-ngocoknya.
Desakan emosi mulai menghantam dada dan jantung gue. Gue ingin memuaskannya, seutuhnya, dan dia pun ternyata juga ingin berbuat yang sama. Gue pun meresapi kocokannya. Kali ini gue tidak menahan kenikmatan yang tercipta. Gue tertelungkup di atas tubuhnya, sementara penis gue semakin berdenyut-denyut. Oooh, kenikmatan kembali menjalar. Tubuh gue kembali mengejang. Gue mengalami ejakulasi yang kedua dalam pelukan Pak Suhan. Tubuh gue menggelinjang sementara air mani gue muncrat dan meleleh ke perut Pak Suhan. Beberapa saat gue terkulai di pelukannya. Namun gue ingat, gue masih harus melayani Pak Suhan.
Kini gue bergerak kembali ke bawah, ke kepala penisnya. Uuh..aroma kejantanan yang tajam masuk ke hidung gue, membuat dada gue semakin sesak karena birahi. Dengan rakus gue kulum, jilat-jilat precumnya. Terasa manis asin...agak licin di mulut gue. Yeeah..gue hisap dengan kuat segala inti sari kejantannya. Kepala gue naik turun, membabi buta dengan hisapan-hisapan gue, begitu gue lakukan sampai beberapa saat. Terdengar suara Pak Suhan seperti orang kepedasan. Sedotan gue semakin kuat.
"Oooh, Diit...oooh enaaak..yeeahh.." Tubuh Pak Suhan menggeliat-geliat, pinggulnya naik turun denga cepat, mengiringi hisapan dan sedotan gue di penisnya, suara derik tempat tidur semakin keras. Kini terasa penisnya mulai berdenyut-denyut, tanda bahwa dia akan sampai ke puncak birahi.
"Oooh...sayaaangg...aaarrgh..." Hisapan gue lepas, tapi gue mengocok kuat-kuat penisnya sambil gue remas-remas bagian di bagian ujungnya. Kini seluruh tubuh Pak Suhan mengejang. Kedua tangannya meremas seprai hingga lepas. Pinggulnya terangkat ke atas. Kedua pahanya menegang. Inilah saatnya....Penisnya semakin kuat berdenyut, kepala penisnya semakin gelap. Kocokan gue semakin kuat.
"Oooh... Diiit..,aaargh...AAAARRGHH!!" Erangannya sungguh keras, membahana ke diding kamar. Dengan penuh takjub gue saksikan cairan putih kental menyembur dari penisnya. Croot...creet...sreet...berkali-kali terbang ke udara, dengan indahnya mendarat di dada Pak Suhan yang basah berkeringat. Ayunan pinggul Pak Suhan seirama dengan muncratan air maninya. Berkali-kali, dipadu dengan erangannya. Oooh, hebat..sungguh sexy...menggairahkan..!
Semakin lama semprotannya semakin lemah, begitu pula dengan pinggulnya kini turun kembali. Tubuhnya yang tegang mulai mengendur. Kini kepala Pak Suhan terkulai, terpuaskan...wajahnya yang merah padam kembali normal. Peluh mengalir di seluruh tubuhnya, bagaikan habis mandi sauna. Sisa cairan sprema masih meleleh keluar dari ujung lubang penisnya. Gue kulum lagi, gue hisap seluruh inti sari lelakinya. Sungguh nikmat. Gue sedot tanpa menyisakan lagi cairan yang keluar, semua gue telan.
Hmm... Pak Suhan menggelinjang karena penisnya yang masih sensitif kembali gue sedot. Gue naik kembali ke tubuhnya, gue tindih penisnya. Dia pun membuka matanya, tersenyum puas kepada gue, tangannya membelai-belai paha gue. Gue pun tersenyum kepadanya. Kedua tangan gue membelai dada dan perutnya, mencampur air maninya yang kental dengan keringatnya. Membaluri ke sekujur dadanya hingga terasa lengket. Lalu gue menunduk, gue jilati semuanya, gue telan sedikit demi sedikit. Lalu gue merendahkan tubuh gue, berbaring kembali di pelukannya. Oooh...terasa hangat kembali menjalari tubuh gue. Gue kecup lembut pipi dan bibirnya.
Gue berbisik,
"Pak, gimana rasanya...mungkin tidak senikmat sama Ibu ya?"
"Dit, indah sekali...saya bener-bener puas...jangan berpikir begitu, bapak sayang kamu apa adanya, kamu betul-betul bisa memuaskan bapak, itu tandanya kamu sangat sayang sama bapak", Pak Suhan menjawab sambil mengecup kening gue lembut. Ooh... emosi gue sudah tak terbendung lagi. Rasa sayang gue kepadanya sungguh besar, membuat gue meneteskan air mata di dadanya. Betapa tidak, gue menyayangi seseorang yang enggak mungkin gue miliki. Seperti memahami apa yang gue pikirkan, kembali Pak Suhan berbisik,
"Dit, bapak janji enggak akan ninggalin kamu, kita akan selalu bersama...kamu tetap 'anak' bapak.." Ooh, gue bahagia sekali,
"Pak, saya selalu menganggap bapak sebagai bapak ayah saya..." Kami pun kembali berciuman dan gue kembali menelusup di pelukannya. Tak lama kami pun tertidur, saling berpelukan dan telanjang, hanya selimut tebal yang menghangati kami di malam yang dingin itu.