[3] Yang Ketiga

6 3 0
                                    

Berjalan ke kanan lalu berbalik berjalan ke kiri dan berbalik ke kanan lagi. Itu yang dilakukan ayah Ledna sedari 2 jam lalu.

Sedangkan ibu Ledna berubah menjadi murung dan hanya duduk dikursi tunggu sedari Ledna masuk ke dalam IGD.

Seorang laki-laki berlari mendekat dan melihat keadaan yang terlihat kacau. Dengan seragam SMK terkenal, terlihat kusut terdapat bet nama didada sebelah kanannya. 

Caesar Digieal.

Caesar mendekati ibu Ledna, "Ma, Ledna kenapa?" Sambil memasang raut kawatir.

"Ledna kecelakaan" Balas Gieal ayah Ledna.

"Kejadian sebenarnya itu bagaimana?"

"Mama dan Papa baru saja pulang dari kantor dan dalam perjalan ke rumah. Saat pak Sopir mengendarai mobil dipersimpangan ada motor yang melaju dan itu adalah Ledna." Dengan tuntunan Caesar, Gieal bercerita sambil berjalan untuk duduk disamping Ibu Ledna. 

"Sepertinya Ledna melangar rambu lalu lintas. Dan berakhir tertabrak oleh mobil kita." Gieal melanjutkan ucapannya setelah duduk.

"Itu tidak mungkin Gieal, kamu sendiri tahu bagaimana patuhnya anak itu kepada aturan." Balas Elea.

Caesar mengacak rambutnya kasar lalu menempelkan badanya di tembok sebelah pintu, dengan perlahan badannya merosot jatuh ke lantai.

Tidak lama setelah itu pintu IGD terbuka, dengan kecepatan kilat ketiga orang itu berdiri di depan sang dokter yang menangani Ledna.

Semuanya terdiam selama beberapa saat.

"Lukanya sedikit parah dan itu membuat darahnya berkurang cukup banyak. Untungnya korban tidak kekurangan darah. Tetapi ada sedikit benturan di kepalanya." Ujar dokter itu mengambil nafas kemudian melanjutkan,

"Tetapi itu bukan hal yang mengkhawatirkan. Dan korban dapat pulang hari ini juga atau bisa menginap di Rumah sakit untuk perawatan lebih."

"Dirawat di Rumah sakit saja dok." jawab sang ibu.

"Baik bu."

"Sudah boleh dijenguk dok?"

"Boleh, silahkan."

Ketiganya masuk dan mendapati Ledna yang sedang tidur berbaring diatas bangkar.

"Jika Ledna sekolah, bukan berarti dia memakai rok? Dan jam pulang anak SMA itu sorekan? Lantas mengapa Ledna sudah pulang padahal hari masih siang?" Ucapan dari Elea membuat kedua pria itu berfikir.

"Nanti Ayah coba tanyakan kepada pihak sekolah." Mereka bertiga menatap tubuh Ledna dengan prihatin.

Bagian wajahnya tidak terlalu parah karena dia memakai helm. Tetapi di bagian tubuhnya begitu banyak luka goresan memanjang.

"Kesa sekarang kamu melihat Ledna terluka, apa kamu tidak kasihan denagn Ledna? Sudah ayah katakan jika kalian harusnya sekolah bersama!" Gieal berbicara dengan marah kearah Caesar.

"Tetapi dengan egoisnya kamu ingin sekolah di SMK 1 itu, meninggalkan Ledna yang tidak bisa masuk karena nilainya yang dibawah rata-rata"

Caesar yang mendengar kemarahan ayahnya hanya bisa terdiam dan menunduk.

"Kamu sekolah disana hanya karena sebuah  kelompok motor konyol yang hanya bisa menggangu ketenangan masyarakat!" Gieal berbicara dengan nada tinggi.

"Cukup pa, kamu bisa menganggu Ledna jika terus berbicara!" Elea ibu Ledna mendesis tajam membuat Gieal berhenti berbicara.

Semuanya terdiam tidak ada yang ingin memulai percakapan.

Tidak disangka Ledna sudah terbangun dari tadi dan mendengar semuanya. Tetapi dia lebih memilih memejamkan mata berpura-pura tidur.

Lelah memikirkan semua yang terjadi pada dirinya hari ini.

..........

Ledna sedang memakan makanan di kasur rumah sakit. Dia menatap kedua orang tuanya yang juga menatap dia.

Ledna hanya menaikkan satu alisnya karena orang tuanya itu tak kunjung bicara sedari tadi.

"Ehem, kenapa kamu bisa berada di depan mobil ayah Ledna?" Setelah beberapa saat akhirnya ayah Ledna bicara juga.

"Entahlah, aku melamun." Ledna melihat kedua orang tuanya yang menghela nafas kasar.

"Tapi saat itu aku mengendarai motor dengan cukup cepat."

Elea dan Gieal yang mendengar ucapan anaknya terlihat sangat tidak setuju, "Ledna... kami tahu bahwa jika kamu membawa motor dijalan raya tidak lebih cepat daripada seekor siput!"

"Tidak! Aku tidak selambat itu ibu." Dengan menusukkan garpunya ke sepotong buah apel di depannya.

"Bagaimana tidak lambat ha? Ibu tidak pernah melihat kecepatan motor yang kau kendarai melebihi angka 20 saat kau mengantar ibu ke pasar!" Elea kecewa sebenarnya, Ledna tidak sepertinya yang sangat suka melanggar peraturan.

"Aku bilang aku tidak selambat itu ibu! Aku selalu menang saat melawan peserta lain di arena balap! Ibu juga tahu itu kan!" Ucap Ledna dengan menggebu-gebu.

"Kau memang cepat di arena balap, tetapi kau dijalan raya seperti kura-kura yang berjalan, lambat!" Ucap Elea dengan mata melotot ke arah Ledna.

"Sudah-sudahlah kalian berdua bertengkar! Ledna terima saja jika kau memang lambat jika dijalan raya!" Gieal menghentikan pertengkaran anak dan ibu itu.

"Sekarang aku bertanya mengapa kau bisa pulang se awal itu padahal jam pulang mu adalah jam 4 sore?" Gieal lanjut bertanya kepada Ledna.

"Itu karena rok yang kugunakan basah. Saat ingin masuk kelas aku tidak diperbolehkan jadi aku ingin pulang saja." Kedua orang tua itu mendengar dengan seksama penjelasan yang dikeluarkan mulut Ledna.

"Mengapa rok mu bisa basah?" Tanya Elea.

"Ada yang tidak sengaja menumpahkan minumannya ke rok ku saat di kantin." Ledna kembali memakan buah sudah dicincangnya mengunakan garpu.

"Bagaimana bisa? Padahal ini baru hari kedua kamu bersekolah disana!" Elea terlihat sangat kesal saat mengatakan itu.

"Apa kamu mau pindah sekolah saja Ledna?" Tanya Gieal.

"Tidak ayah, tidak perlu."

"Tapi bagaimana jika kejadian seperti ini terus terulang ke depannya!" Gieal cukup menyesal melihat sifat egoisnya yang menurun kepada Ledna.

"Ayah jangan seperti itu! Aku ingin masuk ke sekolah itu. Aku tidak akan pergi dari sana!"

Gieal menghela nafas kasar, tanpa berbicara lagi dia pergi dari ruangan rawat Ledna.

"Kalian berdua ini sama saja." Kata Elea sambil memijat kepalanya.

Ledna yang melihat kedua orang tuanya pusing karenanya merasa cukup bersalah. Tetapi Ledna akan tetap berada di sekolah itu.

LED NATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang