FOD 6

24 19 4
                                    

Jika kalian membaca ada salah kata dalam cerita di bawah ini mohon di maafkan.


Terdengar samar samar seperti sedang terjadi keributan, aku membuka mataku pelan terasa sangat pusing dan bingung. Di mana aku? Ini bukan hutan tapi lebih tepatnya seperti di sebuah rumah kayu, namun dari bentuknya tidak terlihat seperti rumah.

"Kalau saja kamu nggak ngajak Erlangga pasti semuanya akan baik baik aja." Aku sangat amat mengenal suara itu, suara itu pasti berasal dari Danu.

"Kamu jangan nyalahin aku aja dong. Kan kamu sendiri juga yang setuju kalau Erlangga ikut." Dan itu suara Anara.

"Udah udah..."

Aku bangun, menatap teman temanku dengan penuh kebingungan. Di sana ada Anara, Danu, dan Radit tapi di mana Nayla dan Kalisa?

"Key, kamu nggapapa?" Tanya Anara.

Aku memegang kepalaku yang terasa nyeri, aku merasakan ada yang aneh ternyata itu adalah kain yang melilit di kepalaku.

"Tempat apa ini?" Tanyaku bingung.

"Kita di sini di kurung wanita wanita gila itu." Ucap Anara.

"Gimana keadaan kepala kamu?" Tanya Radit menatapku cemas.

"Sudah agak membaik, walaupun masih sakit."

Aku menoleh menatap teman temanku ku.

"Di mana Nayla dan Kalisa?" Tanyaku, pertanyaan yang ingin sekali aku tanyakan dari tadi.

"Kamu lupa kalau Nayla meninggalkan kita tadi?" Ucap Danu.

"Lalu Kalisa?"

Anara terlihat diam, ia menunduk lalu berucap pelan.

"Aku meninggalkan nya... di...."

"Apa? Meninggalkannya?" Aku terkejut.

"Key, dengarkan aku dulu. Saat kami berlari untuk mengindari kejaran Erlangga, dia menginjak jebakan yang di buat Erlangga. Dia jatuh ke dalam lubang itu, pahanya terluka parah dia juga tidak bisa berlari, kami bersembunyi tapi keadaan Kalisa tidak memungkinkan. Aku menyembunyikan kalisa di semak semak dan menutupinya dengan dedaunan lalu aku mencari bantuan, aku berharap bisa bertemu kalian tapi saat di pertengahan jalan aku menemukan desa yang isinya cewek semua, aku berfikir jika mereka itu orang normal tapi hiks...hiks mereka akan memakan kita di sini."

Tuhan, kenapa? Masalah terus datang bertubi-tubi, aku tidak tau harus apa. Apa mungkin kami akan pasrah dan mati konyol di sini? Jika kami tau bahwa hutan kematian ini akan membawa kami pada kematian, kami tidak akan pernah memasuki hutan terkutuk ini.

"Aku minta maaf..." Ucap Anara sembari menunduk.

"Semua ini salahku." Lanjutnya.

Aku memeluk Anara, menangis bersama. Ini bukan sepenuhnya salah Anara, tapi salah ku juga tidak seharusnya aku membawa teman temanku ke dalam masalahku.

"Kita terjebak di sini karena aku hiks hiks..."

Kami menoleh secara bersamaan ke arah pintu, di luar sana sudah ada beberapa wanita gila dengan tongkat di tangan mereka masing masing. Setelah pintu terbuka, salah satu dari mereka tanpa berucap sepatah kata langsung menarik Radit keluar.

"Lepasin!!!" Ucap Radit.

Danu mencoba menolong Radit, aku dan Anara juga ikut menarik Radit namun mereka mendorong kami hingga membuat kami terjatuh, sial! Mereka berhasil membawa Radit. Aku berdiri untuk mengejar Radit namun ada satu wanita langsung langsung menyodorkan tongkat nya kepadaku. Aku diam, dan dia kembali menutup pintunya.

FOREST OF DEATH  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang