FOD 8

32 19 4
                                    

🔞




Aku membuka mataku, hal pertama yang ingin aku tanyakan adalah dimana aku? Aku beranjak duduk, ini terlihat seperti sebuah kamar, tempat tidur yang empuk, jendela yang terbuka menampakkan di luar sana sudah gelap. Di sana juga ada makanan yang tersedia di atas meja, aku membuka selimut yang melekat di tubuhku, aku kembali bingung melihat pakaian ku, di mana pakaian ku tadi? Kenapa aku memakai kemeja putih seorang pria.

Ceklek.


"Kamu sudah bangun?" Tanya seorang pria dengan sangat lembut. Aku menatapnya, dia duduk di sampingku dan ikut menatap ku yang masih bingung.

"Sepertinya kamu masih bingung." Ucapnya sembari membelai rambutku.

"Zion." Ucapku membuat ia tersenyum.

"Dimana aku?"

"Kamu berada di vila kita."

"Vila kita?" Ucapku tidak paham.

"Iya, bila kita. Kita akan tinggal di sini bersama, selamanya." Ucapnya.

Aku kembali memikirkan ucapan Anara, aku menggeleng pelan.

"Tidak apa apa," Zion memegang tanganku sembari tersenyum hangat.

Aku menatap kembali yang aku kenakan saat ini.

"Kamu yang mengganti pakaian ku?" Tanyaku, membuat Erlangga mengangguk.

Aku menatap Erlangga tak percaya. Dia mengganti pakaian ku? Sungguh? Menggantinya? Itu artinya. Pria itu terkekeh melihat reaksi ku yang terkejut.

"Aku memang terobsesi denganmu, ingin memiliki mu, ingin merasakan kehangatan tubuhmu. Tapi aku sama sekali tidak memiliki niat untuk merenggut sesuatu yang kamu jaga, aku tau kamu itu sahabatku, orang yang aku cintai dan aku tidak ingin merusak mu hanya karena nafsuku."

Aku diam menatap matanya, di sana terselip kejujuran entah kenapa kali ini aku percaya dengan ucapannya. Dia berdiri untuk mengambil sepiring makanan yang ada di atas meja, lalu dia kembali duduk di tempat tidur.

"Makanlah, kamu pasti lapar." Aku menggeleng lagi.

"Kelinci yang kamu makan tidak akan membuat mu kenyang." Ucapnya, bagaimana bisa dia tau jika aku tadi makan kelinci.

"Bagaimana kamu tau?"

"Kamu adalah hal berharga dalam hidupku, aku tidak mungkin membiarkan mu berjalan sendirian di hutan ini. Aku tau di mana kamu berlari saat itu untuk menghindari ku, namun aku membiarkan kalian bisa lolos dariku,  aku ingin melihat sampai mana kamu bisa bertahan untuk terus lari dariku."

"Aku selalu mengawasi mu saat kamu berada di desa kanibal itu. Hingga kamu keluar dari sana, ingatlah suatu hal Zia, di mana ada kamu maka di situ akan ada aku."

"Dan akhirnya sekarang, aku memenangkan sebuah permainan. Jika sudah milikku maka akan tetap menjadi milikku."

Sungguh, semua ini seperti mimpi. Bagaimana bisa aku di cintai oleh psikopat mengerikan seperti dia.

"Makanlah." Ucapnya lagi.

"Aku tidak mau."

"Makan."

"Nggak."

"Aku nggak mau, aku butuh waktu sendiri." Ucapku lagi. Pria itu mengangguk lalu pergi dari sana tanpa mengucapkan apa apa lagi.

Aku mengatur pikiran ku agar masih bisa berfikir waras dan tidak gila saat ini. Aku turun dari tempat tidur, melangkah menuju pintu yang terhubung dengan balkon. Di luar sana sangat gelap, sepertinya Vila ini di kelilingi oleh hutan, ada banyak suara burung hantu hingga membuat ku merinding. Aku masih berdiri di sana tapi lagi lagi aku mendengar suara tawa seseorang yang begitu keras. Aku langsung masuk dan menutup pintu, berlari menuju tempat tidur menarik selimut menutupi diriku sendiri.

FOREST OF DEATH  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang