FOD 5

23 19 9
                                    







Aku berlari menelusuri hutan mencari jalan menuju tenda, aku tidak punya banyak waktu, kami harus bisa keluar dari hutan ini sebelum Erlangga benar benar melakukan aksi gilanya. Aku bingung harus lewat mana saat mendapatkan sebuah jalan simpang tiga di sana.

"Ayo berfikir Key, kamu tidak punya banyak waktu." Aku berusaha membujuk otakku untuk menunjukkan di mana jalan menuju tenda.

Aku memutuskan untuk lurus ke depan, aku terus berlari walaupun sudah lelah aku tetap memaksa, nyawa kami dalam bahaya sekarang Erlangga sungguh tidak waras. Aku berhenti sejenak untuk mengambil nafas, akhirnya aku sudah hampir sampai tinggal sedikit lagi. Aku kembali berlari, di sana teman teman sedang berkumpul membahas sesuatu.

Kalisa terkejut melihat keadaan ku, lidahku terasa kaku untuk berbicara di tambah aku sangat lelah.

"Key, kamu kenapa?" Tanya Kalisa menghampiri ku.

"Kita...kita harus pergi dari sini." Ucapku sembari mengatur nafas.

"Apa maksudmu?" Ucap Anara.

"Kenapa tiba tiba? Kita di sini baru dua hari Key." Ucap Danu lagi.

"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan. Pokonya kita harus pergi dari tempat ini!!" Ucapku sedikit berteriak.

"Nggak usah aneh aneh deh Key." Ucap Anara lagi.

"Kita dalam bahaya! Kita harus pergi dari sini." Aku melangkah masuk ke dalam tenda, memasukkan beberapa pakaian ku ke dalam tas.

Anara, Kalisa dan Nayla ikut masuk. "Key, jelasin dulu ke kita apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap Anara.

"Erlangga akan membunuh kita semua." Ucapku sembari menatap Anara.

"Ahahaha, nggak usah bercanda deh Key." Anara masih belum percaya.

"Apa kamu pernah melihatku bercanda seperti ini? Nyawa kita dalam bahaya Ra!!"

"Tuh kan, feeling aku dari awal itu emang nggak enak." Ucap Nayla makin cemas.

Aku kembali mengemasi barang-barang ku lalu keluar dari tenda. Anara, Nayla dan Kalisa ikut mengemasi barang barang mereka, untungnya mereka mau mendengarkan aku walaupun dalam hati mereka mungkin masih tidak percaya dengan ucapan ku.

"Danu, Radit, apa yang kalian tunggu cepat kemasi barang barang kalian." Ucapku.

"Aldo? Aldo mana?" Aku menyadari sesuatu, di sana tidak ada Aldo.

"Loh bukannya Aldo nyusul kamu?" Ucap Danu.

Aku bingung harus apa, Aldo tidak ada di sini sementara kami harus segera meninggalkan hutan ini.

"Tadi saat Anara ke danau untuk cari kamu, di sana kamu nggak ada jadinya Aldo berniat untuk cari kamu."

"Oke, kemasi barang barang kalian sekarang juga, kita akan cari jalan keluar sekalian memacari Aldo." Ucapku.

"Key...i-itu." ucap Danu gelagapan.

Aku menoleh menatap apa sebenarnya yang di lihat pria itu sampai sampai ia terlihat sangat gemetar. Kami semua terkejut menyaksikan Erlangga datang dengan menyeret mayat seorang pria.

"ALDO!!!" Teriak Nayla yang baru keluar dari tenda, gadis itu ingin berlari menghampiri Aldo namun aku segera menahannya.

"Kalian tidak perlu repot repot untuk mencarinya, aku sudah membawanya." Ucap pria gila itu.

"Erlangga apa yang kamu lakukan?" Tanya Anara.

"Membunuhnya, apa lagi?"

Ia menatap ku lalu tersenyum. "Bagaimana Zia? Apa kamu menyukainya? Aku sudah menyingkirkan penghalang untuk kita bersatu." Aku geram menatap pria gila itu.

FOREST OF DEATH  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang