29. Terimakasih Pahlawan

233 36 10
                                    

"Biarkan aku memelukmu lewat doa. Biarkan aku hanya mengagumimu dari jauh. Biarkan aku mencintaimu dengan caraku"
-Nakula Kafka Cakrawala


Jangan lupa tekan ⭐ dan komen sebanyak banyaknya supaya aku semangat update


Happy Reading ❤️


Alora mengerjapkan matanya. Ia merasakan pusing yang amat sangat menusuk di kepalanya.

"Hai cantik," sapa Teja kepada Alora.

Alora tak mengenal siapa laki-laki ini. Ia berusaha mencari tau di dalam ingatannya, namun tetap tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Siapa Lo?" tanya Alora.

Teja tersenyum miring. Ia kemudian mendekati Alora dan mengelus rahangnya, "gue Teja, calon pacar Lo."

"Cuih!" Alora meludahi wajah Teja. Ia menatap Teja tanpa takut sedikitpun.

Teja mengelap wajahnya yang terkena ludah Alora, "kalau Lo nggak cantik, udah gue habisin detik ini juga!"

"Muka Lo yang burik itu juga pengen gue pukul!"

"Nyali Lo ternyata gede juga Alora."

"Thea?" Alora terkejut saat mendapati Thea juga berada disini.

Thea menatap Alora dengan bersedekap dada, "kenapa? Lo kaget? Hahaha jangan kaget gitu dong. Ini semua adalah rencana gue. Sebentar lagi Lo akan menghilang dari dunia ini dan Vero akan jadi milik gue seutuhnya!"

"Beli tomat di Bali. Bodoh amat nggak peduli!" balas Alora ketus.

Plak!

Thea menampar Alora hingga kepala cewek itu berpaling.

"Nggak usah sok deh Lo. Gue bakalan habisin Lo sekarang!" Thea maju lalu mencekik Alora hingga gadis itu mulai terbatuk karena kekurangan nafas.

"Thea lepas!" Teja mendorong Thea hingga cekikan nya pada Alora terlepas.

"Lo apa-apaan sih Teja!"

"Lo mau bunuh dia dengan ninggalin sidik jari? Gue nggak mau ikut terseret gara-gara Lo anjing! Diam atau Lo yang bakal gue habisin duluan!" Teja kemudian menarik tangan Thea keluar dari sana, meninggalkan Alora sendirian.

"Anjir banget tuh cewek! Untung gue laki-laki yang penuh rasa sabar dan baik hati. Kalau nggak udah gue pisahin tuh kepala sama badan!"

Alora memperhatikan ruangan sekelilingnya. Ternyata ada sebuah ventilasi dengan ukuran cukup besar. Apa mereka bodoh dengan membiarkan tawanan sendirian dengan sebuah ventilasi hampir sebesar jendela?

Alora menekan sesuatu di jam tangan miliknya yang kemudian mengeluarkan sebuah pisau kecil. Ini adalah jam tangan pemberian Raja. Cowok itu memang sengaja mendesain jam tangan ini untuk Alora agar jika terjadi sesuatu ia bisa melindungi dirinya. Yah meskipun di dalamnya adalah jiwa Lio, tapi tetap saja di luarnya adalah tubuh seorang perempuan. Oh yah! di dalam jam ini juga ada GPS yang terhubung dengan ponsel Raja dan Arenza.

"Akhirnya ini tali lepas juga. Sekarang gue harus cepat-cepat pergi dari sini sebelum mereka datang."

Alora mulai menaiki ventilasi dengan bantuan kursi. Ia dengan mudah memanjat dan segera meloncat keluar.

Bahagia Untuk Alora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang