four

47 8 10
                                    

"Ven, buruan prepare, mamah anter ke sekolah baru." Mendengar pernyataan Mamanya, Ziven segera bergegas bangun tanpa rasa mager yang menyelimuti.

Setelah ready dengan setelan seragam sekolahnya, ia memakai jaket kulit polos berwarna hitam dan mendudukkan diri di samping Mamanya.

"Tumben banget Mama mau ngurusin sekolah Ziven,"

"Mama itu sebenernya mau terus, cuman susah nyari waktunya Ven."

"Hmmm, iya-iyaaa berarti mama nepatin janji," balas Ziven seraya mengunyah nasi goreng buatan mamanya, mama jarang memasak. Tapi setiap dia dirumah, meskipun lelah pasti tetap disempatkan memasak.

 
                             🦕🦕🦕

Hari ini pakaian Ziven sangat rapi, berbanding terbalik dengan hari-hari biasa. Pengaruh siapa lagi kalau bukan Mamanya.

Baju dimasukkan, Sepatu Hitam, Dasi terpasang rapi di kerah leher, dan rambut yang tidak acak-acakan.

Auranya begitu memikat gadis yang melihatnya disepanjang koridor SMA Andromeda. Ditambah Mamanya yang terlihat awet muda dan berpakaian modis layaknya masih gadis.

"Eh udah dateng, Nya? Duduk dulu." Terdengar sapaan pria berjabatan yang duduk di ruang kepala sekolah. Tak salah lagi, ini Agra, mantan Anya ketika SMA.

"Iya Gra, Ini kenalin anak gue, Ziven Ferdrrick Bassae."

Ziven hanya diam mengamati interaksi kedua insan didepannya.

"Oke Ziven, kelas kamu ada di 11 MIPA 1. Itu kelas unggulan, saya tau kamu berprestasi. Nah kamu keluar dari sini belok kanan jalan beberapa langkah bakal langsung baca ruang guru. Saya udah suruh wali kelas kamu untuk nganter ke kelas baru kamu." Jelas kepala sekolah itu, ya kalau dilihat dari parasnya mungkin seusia mama Ziven.

"Okay sayang semangat yaa, jangan berulah. Oh iya ini pak Agra temen SMA mama dulu." Anya menjelaskan pada putranya.

"Oh," jawab Ziven benar-benar singkat, tak peduli siapapun kepala sekolah itu. Namun ia tetap menganggukkan kepala.

" Yaudah Gra, gue juga ada meeting sejam lagi. Balik duluan ya, titip anak gue ya, thanks!" Anya menyalami Agra, diikuti juga oleh Ziven. Seburuk-buruknya tabiat Ziven, ia tetap mengerti cara menghormati orang lain.

Seusai keluar dari ruang kepala sekolah Anya mencium pipi putranya sebelum pergi menuju kantornya.

Kini Ziven berjalan menyusuri koridor sepi sendirian, matanya menelisik mencari ruang bertuliskan 'Ruang guru'.

"Nah dapet," celetuk Ziven sebelum mengetuk ruang guru.

Tok tok tok...

"Permisi, saya Ziven," ucapnya datar tanpa ekspresi. Tanpa menunggu lama, berdirilah seorang guru muda ber-name tag Bayu Anjasmara.

"Saya orang yang kamu cari," ujarnya pada Ziven setelah pamit pada beberapa guru yang lain.

Mereka berjalan menuju kelas baru Ziven tanpa sepatah kata pun. Guru muda itu memang dikenal cuek, berwibawa, dan kharismatik.

Mereka memasuki kelas 11 MIPA 1 yang sedang diajar oleh seorang guru berhijab.

Pak Bayu berujar singkat ketika memasuki kelas. "Permisi, saya mau mengantarkan siswa baru."

Guru berhijab itu mempersilahkan seraya tersenyum.

"Oke, silahkan perkenalkan nama kamu!"

"Ziven," hanya itu kata yang terpikirkan oleh Ziven.

Beberapa murid menatap cengo, kedua insan berwajah datar itu. Beberapa murid perempuan cukup terpesona dengan visual tampan Ziven. Tapi, karena mereka anak unggulan, mindsetnya juga high class.

Fatamorgana  [Horrible Dragon serial pertama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang