Kenalin, gue Mela. Gue hidup sebagai cewek cantik yang seksi dan gemesin tanpa dibuat-buat . Kerjaan? Ngehalu dan bucinin cowok kpop. Selain itu, kerjaan gue cuma adu bacot sama wibu nggak jelas bernama Rahul.
Sekarang udah tahun berapa sih? Masa masih ada makhluk yang ngatain cowok Korea itu plastik. Tapi, karena tingkat kepercayaan gue terlalu tinggi seperti Soobin, gue yakin sih Rahul naksir gue. Gue cantik, body kek gitar Spanyol, ditambah manis. Walau percaya diri kek gitu, gue tetap berusaha buat nggak sekelompok mata pelajaran manapun sama dia sejak kelas sepuluh. Untung semuanya berjalan lancar sampai hari ini tiba.
Mata pelajaran sejarah yang super duper bikin dongkol. Gurunya wali kelas, semua murid dia bagi sama rata. Kelompok cuma sepasang dan harus menetap khusus mapel ini. Gue malah kebagian sama Rahul yang kini melebarkan senyumnya seolah-olah ngejek gue, "Gue bakal bikin lu repot."
Gue sempat protes tapi keputusan gurunya tidak bisa diganggu gugat.
Walau gue sekelas sama Rahul, gue cuma tahu kalau nih anak pecinta jejepangan banget. Dibilang ganteng keknya nggak, modelannya aja kek gembel. Mana tatapannya kek om-om mesum. Ke sekolah mau itu cuaca dingin atau panas dia tetap pakai hoodie hitam kesayangannya. Walau gambarnya kadang berbeda.
Beda jauh banget sama gue. Gue wangi dan rapi, terus berpenampilan modis dan wangi udah kek kembang tujuh rupa. Jangan salah, gue menjalani dunia fangirl sambil kerja dan jadi bos di kafe bokap gue. Makanya, saat kelas sepuluh gue mutusin buat tinggal sendiri.
Gue nengok ke Rahul yang fokus dengerin tugas sementara gue udah loyo jiwa karena harus sekelompok sama manusia ini.
"Mau kerjain tugasnya dimana?" tanyanya. Gue baru sadar kalau guru sudah selesai menerangkan tugas. Gue dengan perasaan dongkol jatuhin kepala gue ke meja.
"Terserah lu aja, gue cuma ngikut." Dia hari ini kelihatan lebih rapi sih. Rambutnya dicukur karena kebijakan sekolah, masker juga udah jarang dia pakai.
"Di rumah lu aja, katanya lu tinggal sendiri," sahutnya membuat diri ini terkamchagiya. Sungguh diluar nalar, kirain dia nggak tahu soal gue yang mandiri ini.
Rahul ikut rebahin kepalanya dimeja sambil hadap-hadapan sama gue.
"Iya, gue sendiri di rumah," dia mengangguk seolah-olah sudah tahu maunya gue gimana. Ya, kalau soal kepekaan gue acungin jempol deh buat dia. Banyak testimoni kepekaan Rahul, salah satunya ini.
"Gue datangnya sabtu," gue cuma mengiyakan saja. Soalnya terlanjur malas menanggapi.
***
Hari sabtu pagi untuk anak SMA yang kelelahan memang paling bagus untuk nonton drakoran sambil sarapan omelat dan jus buah. Gue kerjain apa yang mau gue lakuin setiap harinya, tapi sambil masak gue merasa lupa sesuatu.
Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Gue kaget pas buka pintu ternyata Rahul. Penampilannya hari ini ok banget. Cuma kosan hitam, celana jeans, sama ... tas?
"Lu selalu kek gitu bukain pintu?" celetuknya. Gue sampai lupa kalau gue punya kebiasaan buka pintu tanpa merhatiin pakaian. Gue cuma pakai tanktop tipis dan hotpants ketat tanpa celana dalam. Rambut cuma diikat dua karena gue benar-benar lupa ada apa dengan hari ini.
"Kenapa, Hul?" bukannya jawab pertanyaan, dia malah noyor gue.
"Kerjain tugas bego, masa gue sendiri yang kerjain tugas segaban? Jangan jadi beban!" katanya. Akhirnya gue ingat, hari ini kan gue ngajak Rahul kerja kelompok.
"Aduh, gue lupa banget gilak. Ayo masuk, gue buatin makan dulu ya soalnya lapar," kata gue cengengesan nggak jelas.
Rahul ngelewatin gue, behh baunya yang ini menggoda banget. Nih anak aslinya dua orang apa gimana? Malah gue yang kek gembel sekarang. Bodoamat, gue buru-buru masakin Rahul sarapan dan jus buah sekalian. Pagi gini sambil nugas bagusnya ya sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R I V A T
Random🔞🔞🔞 HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN! WARNING: CERITA INI MENGANDUNG BANYAK HAL NEGATIF, SEKSUALITAS, KEKERASAN, DAN ADEGAN DEWASA. *** -SHORT STORY-