BAGIAN 3 : SUAMI

16.1K 152 2
                                    

"Siapa yang izinin lo pegang suami gue sembarangan?" tanya Putri dingin tanpa sadar melanggar aturan yang Putra buat.

"A-apa?" Adel dan semua orang menatap heran keduanya. Bertanya melalui mata, punya hubungan apa mereka.

"Lo jangan nuduh orang sembarangan. Emang punya bukti kalau gue apa-apain Putra?!" dalih Putri, berusaha tetap tenang walau harus memperlihatkan sisi kasarnya pada sang suami.

"Putri, aku tahu kalau kamu suka rendahin anak-anak kayak kami. Pasti kamu manfaatin kekayaan Putra," marah Adel. Putri memutar bola matanya malas. Putri bukanlah Putra yang memiliki kesabaran yang besar, dia hanya memiliki kesabaran setipis tisu yang ditetesi air.

Dengan berani, Putri mencium bibir Putra di depan semua orang. Bodoamat dengan ucapan atau teguran guru nantinya, dia sedang kesal karena ada wanita ular ini.

"Kalau dia jadi budak gue, kenapa emangnya? Mau marah?" tantang Putri. Gadis itu terlihat percaya diri padahal jantungnya seperti ingin turun ke area usus.

"Adel, dengerin ya. Gue tahu lo naksir Putra, tapi dengan lo nuduh gue pengen milikin kekayaan dia apa nggak aneh?" pancing Putri. Dia memeluk lengan suaminya, mencoba memanas-manasi Adel dan memancing gosip.

"Apa anak bos toko emas dan berlian terbesar di kota ini butuh duit sampai ngemis-ngemis? Atau malah...." Putri tersenyum menatap Adel dari atas sampai bawah.

"Atau malah lo yang deketin Putra demi dapatin kekayaan dia," ejeknya. Kini siswa dan siswi yang mendengar penuturan Putri langsung menyetujui pendapat gadis itu. Sungguh Adel mencurigakan.

"Aduh, sorry banget nih ya Adel yang paling pintar. Bentar lagi bel masuk dan gue harus lakuin hal menyenangkan bareng budak gue," Putri menarik Putra pergi dari sana secepat mungkin. Dia tidak bisa memperlihatkan jiwa prianya pada suami yang baru akrab dengannya.

***

Putri menarik Putra ke bagian paling belakang sekolah, tempat yang hanya ada pohon besar saja dan pagar yang rusak. Dia menggigit bibirnya, merasa bersalah mengatakan bahwa Putra adalah budak. Bukankah dia istri durhaka?

"Pu-Putra.... Maafin Putri," cicitnya. Gadis cantik itu meremas ujung baju Putra dan menunduk takut. Namun, dia merasa kepalanya dielus lembut dan pasti itu Putra.

"Iya nggak apa-apa, wajar. Adel juga keterlaluan, maafin dia ya," ujar Putra. Entah Putri harus senang atau sedih dengan penuturan suaminya itu. Bukankah Putra melihat kelakuan Adel terhadapnya? Atau bagi Putra, dia hanya istri rahasia.

"Hmm." Putri cuma merunduk sedih, kepalanya seolah enggan menatap Putra karena terlalu kesal. Yah, mereka baru akrab, Putra pasti tidak akan membela dia. Benar, ini hal wajar.

"Ayo ke kelas," ajak Putri. Kali ini dia berjalan dahulu, padahal sebelumnya dia akan terus berada di belakang Putra walau sekedar menatap punggung suaminya. Namun, dia sedikit pesimis untuk menatap punggung itu.

***

Hati Putri hari ini sangat kacau, sudah lupa mengerjakan tugas karena melakukan hubungan suami istri dengan Putra, pagi tadi bertengkar dengan Adel, dan terakhir Putra sama sekali tidak menunggunya untuk pulang bersama. Tidak ada yang bisa dia harapkan.

Dia menatap jenuh meja penuh buku miliknya, jika diingat-ingat. Ini kali pertama Putri tidak mengerjakan tugas sekolah. Dia selalu tepat waktu walaupun sakit. Yah, ini karena kegiatan semalam.

"Masih belum selesai?" tanya seseorang. Putri menoleh, ternyata Putra.

"Kamu nggak pulang?" tanya Putri lesuh, tidak semangat untuk pertama kalinya menyapa Putra.

P R I V A T Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang