Jaehyun

1.1K 85 3
                                    

Part – 3





" Bang jae suka renjun ya?"

" IYA KENAPA MEMANGNYA!!" teriakku tanpa sadar dan berakhir dengan tawa pecah jeno dan mark.

" Santai aja kali bang jawabnya jangan pakai otot gitu." Ledek jeno dengan masih tertawa lebarnya, bahkan jeno sampai menitikan air mata karena kencangnya dia tetawa.

" Kok bisa sih seorang jung jaehyun jatuh cinta? " mark ikut meledek dan aku hanya bisa terdiam dan mengumpat mereka dalam hati.

Aku diam memperhatikan mereka yang masih dengan semangatnya tertawa dibarengi dengan air mata yang jatuh dan jangan lupakan dengan tangan mark yang menepuk-nepuk pundak jeno.

" Sudah puas tertawanya?" aku bertanya dengan nada dingin dan menatap mereka datar. Bukanya berhenti tetawa mereka malah semakin kencang tertawa saat melihat wajahku!

" ASTAGA PERUT KU! " keluh jeno memegangi perutnya dengan masih tertawa. Aku hanya menatapnya malas.

" Jangan sok dingin lah bang jae, telinga merah gitu. Bilang aja malu kan" mark berdiri disampingku dan menepuk-nepuk ku dengan semangat. " Hayoo ngaku baangg."

" Sialan!"

Jeno dan mark serentak menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan kuat. Mereka masih berusaha menahan sisa tawa mereka yang belum habis. Aku hanya diam menunggu mereka sambil menahan rasa kesalku.

" Sorry bang." ujar jeno dengan masih menahan tawanya.

" Habisnya kok bisa sih abang kayak tadi?" lanjutnya dengan senyum lebarnya hingga kedua matanya hilang tertutup.

" Memangnya kenapa? Ada yang salah?" tanyaku kesal.

" Bukan salah sih bang, tapi aneh aja bang. seoarang jung jaehyun bisa kayak tadi" jelas mark dan di angguki oleh jeno.

Mereka benar, seorang jung jaehyun tidak pernah seperti tadi. Aku selalu menjaga harga diri dan wibawaku, tapi ini kasusnya lain. Aku bersikap seperti tadi hanya karena satu orang.

" Sejak kapan abang suka renjun? Ah bukan kok bisa abang suka renjun?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan mark. Pikiranku langsung berkelana ke pertemuan pertamaku dengan renjun, 3 tahun lalu.

3 tahun lalu hari pertama renjun bekerja diperusahaanku.

Saat itu sudah hampir memasuki jam masuk kantor, aku datang agak siang dan keadaan kantor tengah sangat ramai karena banyak karyawan yang berbondong agar tidak telat absen pagi. Aku yang baru memasuki lobby kantor dikejutkan dengan dorongan dari belakangku dan hampir membuatku jatuh tersungkur jika saja aku tidak cepat menahan tubuhku.

Dengan kesal aku membalikan badan dan berniat memaki orang yang menabrakku. Baru saja aku membalikan badan mataku langsung disuguhi dengan sesosok cantik yang terduduk dilantai dengan meringis mengusap punggung dan sikunya.

" Maaf " ujarnya pelan dan mencoba untuk berdiri. Aku hanya mampu diam memperhatikan setiap gerakan yang dilakukannya. Mulai dari berdiri lalu membersihkan celana belakangnya lalu memeriksa tubuhnya yang mungkin terasa sakit. Aku memperhatikan itu semua tanpa melewatkan sedikit pun.

" Maaf kamu nggak apa? Punggungnya sakit ya? Aku menabraknya terlalu kuat ya?" sosok cantik itu mendekat dan menatapku dengan wajah khawatirnya yang terlihat sangat indah sama indahnya dengan suaranya itu.

Aku terpesona pada pandangan pertama oleh sosok didepanku ini, rasanya seperti aku tersihir oleh dirinya.

Aku yang masih terpaku menatapnya dikejutnya dengan sentuhan dilenganku dengan lembut. Bahkan lembutnya sentuhan itu sampai menembus kulitku.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang