Part – 10
" Renjun kamu dimana?"
" Maafkan aku, kamu salah paham renjun, yang terjadi tidak seperti yang kamu lihat. Aku bisa jelasin semua dengan kamu"
"Kamu maukan memberi aku kesempatan untuk menjelaskan semua?"
" Tidak apa saat ini kamu marah dan tidak mau menemuiku, tapi nanti saat kamu sudah tanang tolong untuk menghubungiku. Aku mohon."
" Aku menunggumu."
Ku pandang ponselku dengan kesal setelah membaca rentetan pesan yang dikirim oleh pak jae. Bukan hanya pesan dari pak jae tapi juga dari jaemin haechan dan juga chenle. Mereka menanyai keberadaanku dan mengatakan kalau pak jae juga menyakan keberadaanku pada mereka.
Perasaanku masih belum membaik sejak kejadian tadi. Bahkan semakin memburuk saat aku tersadar akan sikapku, kenapa aku harus marah dengan pak jae pasal kejadian yang aku lihat dikantornya. Aku tidak ada hak untuk marah dengan pak jae, aku hanya pacar pura - puranya bukan pacar sungguhannya.
" Tapi aku terlanjur cinta pak jae. Bagaimana ini " isakku lirih. ku benamkan wajahku pada kedua kakiku yang terlipat.
Benar, aku sudah jatuh cinta dengan pak jae. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan seorang jung jaehyun? Apa lagi perlakuan pak jae terhadapku sejak kami pacaran pura-pura sangat manis.
Sial! Aku terlanjur baper dengan perlakuan pak jae terhadapku.
Aku melangkah dengan lesu menuju pintu apart ku. Aku memutuskan untuk pulang setelah menghabiskan waktu hampir 2 jam menangis sendirian di tengah taman dengan cuaca yang sangat terik.
Aku sengaja tidak kembali ke kantor karena aku masih malu atas tindakan bodohku yang tiba-tiba marah dan cemburu dengan pak jae. Pasti pak jae menganggapku orang bodoh. Jelas - jelas hubungan kami hanya sebatas atasan dan bawahan serta hubungan pura-pura. Biarkan saja aku terkena sangki karena bolos di jam kerja. Saat ini aku hanya ingin menengkan hati dan pikiranku yang mendadak kacau.
" Semua salah pak jae. Kenapa sikap pak jae menjadi sangat manis saat kami hanya berdua "
=========================================================================
Aku menatap bangunan tinggi menjulang didepanku. Cukup lama aku berdiri didepan gedung tinggi menjulang ini. Ah perasaanku kembali gusar.
" Apa aku harus masuk atauaku tiitpkan saja pada haechan ya?" cicit ku lemah. Kutarik nafas dalam dan menghembuskan kuat untuk menguatkan tekatku.
Baru saja kakiku melangkah, tiba-tiba aku dikejutkan dengan rangkulan di pinggangku. Belum sempat aku melihat siapa orang yang memelukku, badanku sudah ditarik - lebih tepatnya diseret untuk memasuki gedung kantorku
Pak jaehyun.
Iya orang yang tiba-tiba merangkul pinggangku dan menyeretku itu pak jaehyun.
" Pak lepas " Aku mencoba melepaskan rangkulan pak jae yang malah semakin kuat saat aku mencoba melepaskannya.
" Pak lepas, malu dilihat karyawan lain." ku tatap sekeliling dan benar saja memang banyak karyawan yang melihat kami berdua dan mulali berbisik. Seolah tuli pak jae tetap menulikan pendengarannya dan terus menyeretku menuju lift.
Pak jae tetap diam dan tidak melepaskan rangkulannya saat kami di dalam lift hingga kami kini sudah didalam kantor pak jae barulah dia melepaskannya.
" Duduk renjun " ujar pak jae saat melihatku tetap berdiri dan tidak mengikutinya duduk di sofa ruangannya.
Aku mendekati pak jae tapi aku tidak duduk seperti perintahnya tadi.
" Kenapa masih berdiri? " tanya pak jae lagi.
Aku kembali mengabaikan ucapan pak jae dan mencoba untuk fokus dengan tujuan utamaku untuk ke kantor pagi ini. Aku merogoh tas jinjing yang sedari tadi ku pegang dan mengeluarkan sebuah map dan meletakkannya didepan meja yang diduduki pak jae.
" Maaf pak ini saya ingin mengajukan resign dan ini surat pengunduran diri saya. " setelah meletakan map tersebut aku melangkah mundur dan memberi jarak sedikit dengan sofa yang diduduki oleh pak jae dan menunggu reaksi apa yang akan diberikan oleh pak jae.
Hening sesaat Tidak ada reaksi apapun dari pak jae.
Ku angkat kepalaku yang sedari tadi menunduk dan mencoba menatap pak jae yang juga sedari tadi diam. Kedua mata kami bertemu pandang saat aku baru mencoba melihat ke arah pak jae. Apa sedari tadi pak menatapku?
TIba - tiba saja pak jae menarik lengan kananku dan membuatku berakhir jatuh terduduk menyamping di pangkuanya.
" Astaga pak! Bapak mengejutkanku. " pekik ku begitu saja. Demi tuhan aku benar-benar terkejut.
Mataku kembali bertemu tatap dengan kedua mata pak jae yang menatapku dengan tajam. Seketika nyaliku menciut. Baru kali ini aku melihat pak jae menatapku tajam sejak aku menjadi sekretarisnya. Mendadak perasaanku kembali tidak suka. Aku tidak suka pak jae menatapku tajam.
Tanpa sadar tanganku dengan tidak tahu dirinya bergerak menuju rahang pak jae yang masih mengeras seperti tatapannya.
Sebut saja aku gila karena sudah berani lancang, tapi aku hanya ingin menghilangkan tatapan tajam yang diberikan pak jae padaku. Aku benar - benar tidak menyukai tatapan tajam yang pak jae berikan.
Tanganku masih mengusap lembut pipi pak jae, bahkan kini kedua tangan ku sudah menangkup kedua pipinya. Jari-jariku terus bergerak lembut mengusap pipinya. Sepertinya usahaku berhasil, kini pak jae menghela nafasyna kuat dan menutup matanya. Kedua tangannya yang sedari awal berada di pinggangku kini semakan mengerat dan menarikku semakin erat padanya dan membuatku kedua tanganku lepas dari wajahnya. Kemudian pak jae menyurukan wajahnya ke arah dadaku. Semoga saja pak jae tidak menyadari detak jantungku yang semakin menggila.
Cukup lama kami berdiam pada posisi ini. Pak jae sepertinya masih betah menyurukan wajahnya pada dadaku.
" Pak jae ... "
" Jangan tinggalkan aku " potong pak jae tiba-tiba. Dilonggarkannya pelukan pada pinggangku dan menarik wajahnya dari dadaku lalu menatap lekat mataku dengan wajah memelas.
" Jangan tinggalkan aku sayang. " Ulangnya lagi dengan tangan kanannya yang kini sudah berada di pipiku, diusapnya lebut dengan ibu jarinya.
" Pak... "
Jari jempol pak jae bergerak menyentuh bibirku dan menghentikan ucapanku. Matanya juga mengikuti gerak jarinya yang berada di bibirku. Ditatapnya lekat bibir ku.
Mendadak suasana menjadi panas seiring usapan jari pak jae pada bibirku dan matanya yang semakin dalam menatap bibirku. Sekujur tubuhku mendari merinding karena tatapannya.
" Pak... " Lagi, jari pak jae kembali menahan bibirku yang ingin berucap. Bahkan dengan beraninya jari pak jae menekan-nekan bibirku.
Benar-benar panas.
Tidak tahu sejak kapan kini bibir pak jae sudah berada diatas bibirku. Hanya sesaat tapi bebar-benar mampu membuat sekujur tubuhku terbakar.
Pak jae menciumku. Mengecup bibirku. Benar-benar hanya kecupan ringan.
" Aku cinta kamu renjun "
" Aku benar - benar mencintai kamu "
Tbc~
yeyy up juga nih😘
ini up bonus karena kalian masih setia nunggu aku up. Untuk hari rabu nanti tetap aku up juga yaa 😚terima kasih banyak yaa untuk dukungan dan semangat kalian untuk cerita ini dan semoga kalian suka dengan cerita inii
Byeee~~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss
FanfictionRenjun yang tiba-tiba naik jabatan dan menjadi sekretaris jaehyun. Ceo muda yang terkenal dengan sifat dingin dan tegasnya. Renjun sangat tidak menyukai ceo nya itu karena jaehyun selalu menatapnya dengan tajam dan itu menakutkan untuk renjun.