Waktu menunjukkan pukul 9 malam, hari ini Arjuna pulang cepat. Ya, pukul 9 malam masih dikatakan 'cepat' untuk Arjuna yang berprofesi sebagai dokter. ini merupakan momen yang langka, karena akhir-akhir ini ia selalu pulang hampir tengah malam.
Ia melangkah memasuki rumah dan mendapati Nuansa yang tertidur di sofa dengan kondisi televisi masih menyala. Laki-laki itu tersenyum, sudah beberapa hari ini Nuansa tertidur di sofa. Biasanya Arjuna akan menggendongnya ke kamar, dan Nuansa tidak akan terbangun mengingat sifat gadis itu yang kalau tidur seperti orang koma.
Arjuna berjongkok di depan Nuansa, memandangi wajah istrinya cukup lama, bahkan kini Arjuna duduk bersila sambil meletakkan kedua tangannya di sisi sofa.
Nuansa mengernyit dalam tidurnya, seperti orang yang sedang berfikir, membuat Arjuna terkekeh.
"Lagi tidur aja masih mikir" gumam Arjuna. Ia menyibakkan beberapa helai rambut istrinya tersebut ke belakang telinganya, dan mengelus pipi Nuansa.
"Sampai kapan Sa?" Ucapnya tersenyum sedih. Ya, hati Nuansa masih terkunci untuknya. Ia mencoba bersabar, dan akan selalu bersabar. Tapi sebagai laki-laki, ada saatnya dia menginginkan hal yang lebih dari Nuansa.
Arjuna menggeleng cepat, ia tidak pantas menanyakan hal itu, ia harus menunggu yang entah sampai kapan waktu itu akan tiba.
Air mata Nuansa mengalir, ia sesenggukan dalam tidurnya. Ini kali kedua Arjuna melihat Nuansa menangis dalam tidurnya. Terakhir dia melihat Nuansa menangis saat tertidur di tepi pantai, ketika ia terbangun, ia langsung membuang cincinnya yang paling berharga ke tengah lautan. Dan sampai sekarang, Arjuna tidak berani menanyakan mimpi apa yang dialami Nuansa waktu itu.
"Sa..." Arjuna mengguncang pelan bahu Nuansa. Gadis itu masih sesenggukan, membuat Arjuna menepuk-nepuk pipi Nuansa hingga dia terbangun.
Nuansa membuka matanya, ia menatap Arjuna, namun airmatanya masih mengalir. "Kak Juna..." Panggilnya lirih.
"Makanya kalau ngantuk langsung masuk ke kamar. Mimpi yang aneh-aneh kan jadinya."
"Kak Juna..." Nuansa kembali memanggilnya.
"Iya Sa. Yok aku anter sampai ke kamar" Arjuna lalu berdiri dan menarik tangan Nuansa supaya ikut berdiri, tapi gadis itu menarik tangannya, tidak mau beranjak dari sofa. Ia duduk dan menghapus airmatanya, pandangannya kosong. Sepertinya Nuansa mengingat mimpi yang baru saja ia alami.
Arjuna menatap Nuansa lalu menghela nafas. "Kalau gitu aku mandi dulu ya" ucapnya sambil mengelus kepala Nuansa.
.
.
.
.Setelah selesai mandi, Arjuna kembali ke ruang tengah. Televisi kembali menyala, sedangkan Nuansa terlihat bersandar di sofa sambil memejamkan matanya. Dan lagi-lagi airmatanya mengalir.
Arjuna paling membenci pemandangan ini, dan dia juga tidak ingin menanyakan mengapa wanita yang paling dicintainya ini menangis karena ia tahu, hanya satu penyebabnya, dan Arjuna tidak mempunyai kuasa untuk mewujudkan keinginan Nuansa.
Ia duduk di samping Nuansa, merangkulnya lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Laki-laki itu mengelus kepala Nuansa dalam diam. Dia tidak ingin mengucapkan sepatah katapun karena itu hanya akan menyakiti hati mereka berdua dengan alasan yang tidak sama.
Nuansa masih sesenggukan di dekapan Arjuna. "Kak Juna..." Panggilnya.
"Hm?"
"Maafin aku"
"Buat apa?"
"Semuanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mimpi (One Shot from Catatan Mimpi)
RomanceAND THEIR LOVE STORIES STILL GOING ON WARNING!! 🔞 SEBENARNYA TIDAK ADA ADEGAN YANG VULGAR HANYA SAJA TIDAK COCOK UNTUK USIA DI BAWAH 18TH YA.. JADI BIJAKLAH DALAM MEMBACA! Kisah Cinta tiga pasangan remaja yang mencoba meyakinkan diri bahwa cinta me...