CHAPTER 02

187 132 205
                                    

Happy Reading!



Michael meregangkan badannya. Memeriksa tali sepatunya dan mengikatnya dengan kencang, pemuda itu memastikan dengan benar, tali sepatunya tak akan terlepas di tengah jalan nanti.

Seperti malam-malam biasanya, Michael akan pergi jogging memutari rumah. Ia memeriksa jam tangannya. Pukul delapan lebih sembilan menit.

Pemuda itu berjalan menuju gerbang depan. Ia lalu menyapa satpam rumahnya, meminta agar gerbangnya dibukakan. Setelahnya, Michael berterimakasih dan mulai berlari kecil begitu ia menginjakkan kaki keluar gerbang.

Malam itu jalanan cukup ramai. Beberapa kali, dirinya dihentikan oleh gerombolan para gadis yang mengenalinya.

"Boleh kami berfoto denganmu, Michael?" pinta salah satu gadis itu.

Pemuda itu mengelap keringat di dahinya. "Tentu," ia menjawab. "Kalau kalian tidak keberatan aku terlihat jelek karena berkeringat," Michael menambahkan dengan nada penuh gurauan.

Para gadis itu tertawa kecil, saling menyahut bahwa mereka tak keberatan, bahkan salah satu dari mereka dengan terang-terangan mengatakan bahwa Michael terlihat jauh lebih keren ketika berkeringat.

"Terima kasih, Michael!"

"Sampai bertemu lagi, Michael!"

Michael melambaikan tangan pada gadis-gadis itu. Ia tersenyum dan berseru, "Hati-hati di jalan, nona-nona!"

Sebelum ia sempat melanjutkan larinya, seorang pria mendekatinya, menahan Michael di tempat. "Permisi. Apa benar kau Michael Davis?" tanya pria itu.

Michael menoleh. Ia mengamati pria asing itu, bertanya-tanya dalam hati, apakah pria tersebut menghampirinya karena memiliki maksud tertentu.

"Ya, itu aku," jawab Michael. "Anda ada perlu denganku?"

"Aku ingin menawarkan sebuah kerja sama denganmu." Pria itu menyodorkan selebaran kertas berisi sebuah iklan tentang servis komputer. "Aku salah satu pengikut akun streaming-mu. Dan setelah menelusuri keaktifan sosial mediamu, aku memutuskan untuk datang dan merekrutmu. Maukah kau menjadi bintang sponsor di tempat kerjaku?"

Michael meneliti lembar kertas itu. Tak ada yang aneh dari isi kertas tersebut, namun Michael tak yakin apakah dirinya bisa menjadi seorang bintang sponsor. Jadi, dia mengembalikan kertas itu kepada si pria asing. "Bukan bermaksud kasar, sir, tapi kurasa aku harus menolaknya." Ia tersenyum, meminta maaf.

Raut pria itu berubah kecewa. Ia kembali menyodorkan kertas tersebut pada Michael. "Maukah kau mempertimbangkannya kembali?" bujuknya. "Aku salah satu penggemarmu dan aku membutuhkan sponsor ini untuk mendongkrak kepopuleran tempat kerjaku. Aku sungguh-sungguh membutuhkannya."

Michael mengangkat sebelah tangan, mendorong kertas itu. "Maaf, sir, aku tidak bisa." Ia tersenyum kikuk, merasa tak nyaman dengan permintaan si pria asing. Tidak ingin singgah terlalu lama, Michael pun berjalan menjauh. "Aku benar-benar minta maaf, sir, tapi aku harus menolak permintaanmu," ujarnya sambil lalu. "Maaf, ya!"

Michael kembali berlari, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan pria asing itu tak mengikutinya.

Tak ingin mengabaikan rasa tak nyaman di dadanya, Michael memutuskan untuk menyudahi aktivitas berlarinya. Jika biasanya ia akan pergi memutari rumah dua kali, malam ini ia hanya berlari satu kali memutari rumah.

Michael tak ingin berpapasan dengan pria asing itu lagi. Ada sesuatu pada pria itu yang membuatnya merasa tidak nyaman.

ㅤㅤ
Pukul sepuluh malam, ketiga sahabat Michael telah datang dan berkumpul di ruang bawah tanah rumah keluarga Davis, di mana keempatnya biasa menghabiskan waktu bersama.

Ghost Of The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang