CHAPTER 14

76 54 73
                                    

Happy Reading!



"Grey, honey! Ada temanmu di sini, sayang!"

Pemuda berambut pirang gelap itu mengernyit bingung. Meletakkan pulpennya, lelaki itu bangkit dari kursi belajarnya dan berjalan keluar kamar. Temannya? Yang mana? Greyson tak ingat dirinya punya teman.

Lagipula, orang tak waras mana yang berkunjung ketika hujan deras?

Ia pun menuruni tangga. "Siapa, Mom?" ia bertanya. Pasti orang itu salah alamat, atau ada murid satu sekolahnya yang hendak mengerjainya. Ya, itu alasan yang lebih masuk akal.

Lelaki itu menoleh ke arah yang ditunjuk sang ibu. Matanya sontak membelalak kaget mendapati keberadaan seorang pemuda yang kini berdiri di ambang pintu rumahnya.

"Hei," sapa laki-laki itu sambil tersenyum samar.

Grey menganga melihat pemuda tersebut berdiri di sana dengan tubuh basah kuyub. Ia juga menyadari lelaki itu bergemetar, giginya bergemeletuk.

"Michael?"

Grey menyadari sebuah tas yang tersampir di salah satu pundaknya. Ibunya datang dengan tergesa membawa dua buah handuk tebal. Grey menerimanya dan segera memberikan handuk itu pada Michael yang tampak menggigil kedinginan.

"Kau pasti sudah gila, Michael Davis," gerutu Grey sambil menggelengkan kepala tak percaya. Ia mengambil alih tas Michael yang basah dan membawanya ke ruang laundry untuk dikeringkan.

"Kau harus mengganti bajumu, Nak," ujar ibu Grey. Wanita itu terlihat cemas, membuat Michael tersenyum tanpa sadar. "Grey pasti mau meminjamimu pakaiannya. Ayo, ikut aku."

Ibu Grey mengantarnya ke kamar mandi di lantai bawah, menyuruh Michael untuk melepas pakaiannya seraya Greyson mengambilkan pakaian kering untuk pemuda itu.

Michael keluar dari kamar mandi setelah berganti baju. Dia menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Ibu Greyson mendekatinya, meneliti pakaian yang kini dikenakan Michael.

"Apa pakaian itu cukup? Apakah terlalu sempit? Atau terlalu besar, mungkin?"

"Pakaian ini pas, Mrs. Schofield," balas Michael. Sebenarnya pakaian itu agak sempit, namun ia tak kuasa untuk mengatakannya. "Terima kasih. Maaf sudah merepotkan Anda. Aku tidak tahu kalau malam ini akan hujan deras."

Wanita itu mengibaskan tangan. "Bukan apa-apa, Nak. Semua teman Grey akan kami sambut dengan senang hati." Mrs. Schofield menyadari putranya berjalan mendekat kemudian tersenyum lembut. "Kami senang dia mendapatkan seorang teman."

"Mom," peringat Grey.

Wanita baya itu mengabaikan putranya. Ia tersenyum ramah pada Michael. "Biar kuambilkan minuman hangat dan camilan untuk kalian."

"Terima kasih sekali lagi, Mrs. Schofield, Anda baik sekali padaku." Michael tersenyum tulus. "Aku menghargainya."

"Kita bisa bicara di kamarku," ajak Grey. "Ayo."

Michael membiarkan Grey membimbingnya ke kamar pemuda itu. Kamar Grey terletak di lantai dua, pintu pertama sebelah kiri. Alis Michael terangkat selagi ia menilai betapa rapinya kamar tersebut.

Kamar miliknya berukuran tiga kali lebih luas dari kamar Grey, tapi kamar tersebut terasa nyaman dan tidak terasa sesak meski dipenuhi cukup banyak perabotan untuk kamar sekecil itu. Dindingnya di cat berwarna krem. Ada sebuah rak susun yang ditaruh menempel di dinding, sebuah lemari kayu diletakkan di sampingnya, dan sebuah meja belajar diletakkan di dekat pintu.

Ghost Of The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang