SM | Vingt

513 43 2
                                    

•°~Happy Reading~°•

Maecy memandang dalam ke arah Alice yang terlihat sangat frustrasi sambil membaca sesuatu di handphonenya.

"Kau kenapa Alice? Kau terlihat ... berantakan," ujar Maecy.

"Benar, aku sangat frustrasi karena cerita ini?! Aku yakin dia adalah pembunuh itu! Lihat ... dia bahkan menuliskan lebih rinci adegan pembunuhannya! Dan karena ini pula aku mencurigai seseorang. Eh, lebih tepatnya aku yakin kalau dialah pembunuh itu!" ujar Alice menggebu-gebu pada Maecy.

"Hei-hei, tenang Alice, mungkin itu hanya firasatmu saja," kata Maecy yang gelapan karena mereka sedang berada di perpustakaan kota. "Tapi ngomong-ngomong, siapa yang kau curigai?"

"Flora."

Maecy terlihat tersentak saat Alice menyebut nama Flora. "Ba-bagaimana kau bisa yakin kalau Flora adalah dalangnya?"

"Kau mau bukti? Aku punya semua buktinya, bahkan aku belum berikan kepada Ryder, hanya kepadamu," bisik Alice takut jika seseorang dari Scorpion mendengarnya.

Alice memerintah Maecy untuk mendekat. "Bukti yang pertama, Flora ada seorang pengarang dan juga salah satu anggota klub sastra. Sudah jelas dia yang menusilnya, bagaimana di novel semua adegan ditulis dengan jelas dan rinci. Yang kedua, sebuh tulisan 'FEL'  di tubuh korban yang ditemukan. Apa kau tidak curiga kalau 'FEL' itu adalah Flora Elvina Ladomir? Dan yang terakhir, dalam penglihatan Ryder dia melihat seorang gadis berambut panjang hitam dengan sebuah buku. Itu adalah ciri-ciri Flora!" Maecy tersentak kala Alice menggebrak meja.

"Hei, siapa yang ribu-ribu itu? Mending di luar sana, ini perpustakaan!"

Oh, itu suara Madam Jetta, wanita penjaga perpustakaan yang cukup menakutkan, Alice dan Maecy seketika membatu di tempat.

"Sorry Madam," ujar Alice lirih.

Madam Jetta yang mengintip kedua gadis itu kembali fokus pada bukunya. Alice dan Maecy menghela napas lega.

"Kecilka suaramu Alice," kata Maecy berbisik.

"Aku tau!"

"Tapi aku tidak percaya dengan apa yang kau katakan, Alice. Mungkin saja Flora hanya dijadikan kambing hitam oleh pembunuh itu, kan?"

Sungguh, Maecy tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alice.

"Bagaimana gadis polos nan lugu seperti Flora melakukan itu semua? Jangankan membunuh, masuk ke dalam rumah hantu kemarin takutnya minta ampun."

Alice memincing. "Polos hanyalah tampilan luarnya saja, dalamnya adalah seorang psikopat. Seorang psikopat bisa menyembunyikan jati dirinya dengan baik. Ah, atau mungkin benar katamu, Flora hanyalah kambing hitam, bagaimana jika aku? Aku adalah pembunuh itu dan menyembunyikan jati diriku yang sebenarnya adalah psikopat." Alice berkata dengan raut yang serius.

"Oh, atau mungkin bisa jadi itu dirimu. Di luar kau terlihat sebagai anak baik, peraih medali emas di turnamen taekwondo, membanggakan Scorpius, tapi di dalam sebenarnya kau adalah seorang pemburu nyawa, psikopat." Alice balik menatap lurus ke aras Maecy, cukup lama.

Tiba-tiba Alice menggebrak meja namun tak kuat. "Itu tidak mungkin dirimu, aih, ada-ada saja aku. Ayo pulang, sudah mulai malam."

Maecy sedikit tersentak di sana. "Iya, ayo pulang. Mau mampir sebentar nanti, di rumahku?" ajak Maecy seraya merapikan buku-bukunya.

"Maafkan aku ya, Maecy. Aku punya PR penting dari Ryder," tolak Alice sambil tersenyum. "Mungkin lain kali?"

"Ah, aku oke."

"Oh ya Maecy, bagaimana dengan cctv? Apa kau mendapatkan sesuatu?" tanya Alice seraya menyusun buku-buku di rak.

"Cctv? Aku tidak mendapatkan apapun selama ini, aku bahkan mantaunya 24 jam," jawabnya.

"Kau tidak lelah apa?"

"Apa boleh buat? Aku harus melakukannya, jika kita tidak menangkap si pembunuh itu maka mungkin kita yang akan menjadi korban selanjutnya."

"Ah~ aku ingin pindah sekolah saja, ini melelahkan."

"Aish, kau tidak boleh melakukan itu, Scorpius dan Scorpion membutuhkanmu, Alice."

°~TBC~°•

Rab, 26 April 2023

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang