SM | Trois

1K 74 0
                                    

•°~Happy Reading~°•

"Apa yang kita cari di sini?" ujar Reska malas, laki-laki itu duduk disalah satu meja di bagian depan.

"Tidak ada, hanya melihat-lihat," jawab Ryder.

Reska mendesah malas, laki-laki itu beranjak dan berjalan keluar dari kelas 2-D, tempat di mana korban kedua dibunuh.

"Aku akan ke atas." Reska bergumam sebagai jawaban.

Laki-laki bersurai grey itu berjalan ke arah tangga menuju lantai tiga seraya memasukan kedua tangannya ke saku celana. Dengan mata sayu, dia menatap lorong yang sepi itu merinding kala melihat sesuatu di sudut matanya.

"Aku yakin sekolah ini akan menjadi sekolah horor terelit," gumam Reska setelah sampai di depan kelas 3-E. "Kenapa juga aku mau diajak berpatroli seperti ini olehnya, hah?" decak Reska.

Kening Reska menyerit melihat Alice di dalam ruang kelas 3-E. Gadis itu terlihat menatap langit-langit dan sesuatu di tangannya secara bergantian.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Tubuh Alice tersentak, dia membalikan tubuhnya dengan kaku ke arah Reska. Reska mengangkat sebelah alisnya menangkap gerak-garik aneh dari gadis itu, matanya menatap sebuah kertas di tangan Alice.

Alice yang mengetahui arah pandang Reska dengan cepat menyembunyikannya di balik blazer yang dia pakai. "Tidak apa-apa, hanya lihat-lihat," jawab Alice gugup.

Reska semakin memincing pada gadis itu, jawaban yang diberikan Alice sama dengan jawaban yang diberikan Ryder tadi. Reska mengedikkan bahu acuh, mungkin memang hanya kebetulan atau mungkin juga Alice di sini karena perintah Ryder.

. . .

Ramai-ramai terdengar di telinga Ryder, laki-laki itu menyerit kala melihat kerumunan siswa siswi yang berbondong-bondong mendapatkan sesuatu.

"Ayo di ambil, kalau tidak, tidak bisa masuk pameran!"

Teriakan membahanan itu membentuk seperempat siku-siku di pelipis Ryder. Langkah lebarnya membawa Ryder menerobos kerumunan dan berdiri tepat di belakang Nix yang masih asik membagikan sebuah kertas.

"Nix," tegur Ryder dengan penuh penekanan.

Gadis bernama panjang Nix Grisea Adversario dibuat terkejut olehnya, tubuh gadis itu seketika kaku di tempat. Nix sangat mengenali suara berat penuh kekesalan tersebut.

"Kau taukan, kalau adanya kerumunan di koridor melanggar peraturan?"

"I-iya...? Aku tidak tau," cicit Nix terbata-bata.

"Jadi, kau sudah tau harus diapakan ... kan?"

"Tidak." Nix semakin menegang. Dia harus pergi dari sini, sekarang juga! Nix memutar otaknya mencari sebuah ide. Seperti mendapatkan jekpot, Nix tersenyum lebar saat menatapi kerumunan yang mengerumuni dirinya, dia sampai lupa jika penggemar anak klub seni tidaklah sedikit.

"Nix." Ryder kembali menegur.

"Ya-yaa, sabar, tunggu dulu," ucap Nix. "Beri aku sedikit waktu untuk membubarkan mereka," lanjutnya.

Nix menghela napas, dia meremas kertas di tangannya. Nix merinding kala merasakan hawa dingin dari belakang, jika mata Ryder bisa mengeluarkan laser mungkin punggungnya sudah bocor.

"Satu... dua... tiga!"

Srak!

Nix melempar kertas di tangannya ke udara, mereka bersorak kegirangan. Keadaan semakin kacau karena siswa siswi yang berebut kertas tersebut. Dan rencana Nix berhasil, dia berhasil membuat keributan yang akan meloloskan dirinya dari ketua Scorpion yang sangat galak padanya.

"Hahaha! Aku berhasil membagikan undangan itu dan berhasil terlepas dari Ryder galak," ucap Nix sambil berlari kecil dengan girang.

Sementara di posisi Ryder, laki-laki itu tertekan karena ditabrak dan didorong ke mana-mana.

"Nix! Aku akan mematahkan lehermu!"

•°~TBC~°•

Sab, 4 Februari 2023

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang