Kelas 12 IIS-4 berada di lantai atas. Posisinya ada di tengah, dekat tangga dan akses mudah untuk lihat ke arah lapangan di bawah sana. Maka tak heran jika depan kelasnya sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak kelas lain. Khususnya yang mencari view bagus atau ngincar adek kelas di bawah sana.
"Pagi Bi," sapa Leon yang duduk di samping Firly. Dia terlihat cengengesan sementara tangannya menggenggam erat tangan Firly.
"Wah Fir, mulai jelalatan tuh," ucap Bia yang diiringi tawa. Dulu mungkin dia akan panik, takut disalah pahami. Namun, karena sekarang sebagian besar anak cewek sudah tahu profesinya, mereka tak menganggap Bia ancaman lagi.
"Iya butuh yang fresh-fresh nih," canda Leon yang langsung mendapatkan geplakan dari Firly. Cowok itu hanya tergelak kian keras.
"Mau jadi yang kedua nggak, Bi. Galaknya udah mirip-mirip istri tua nih." Leon merangkul Firly gemas. Membuat cewek itu memekik-mekik kesal.
Bia hanya terkekeh kecil kemudian memasuki kelasnya. Leon dan Firly terkenal sebagai couple goals. Dari awal pacaran hubungan mereka sangat sehat. Setiap hari pasti terlihat bahagia. Kalau lihat mereka kadang Bia iri, maksudnya seandainya punya pacar Bia mau yang sifatnya sepengertian Leon, se-effort Leon--bukan Leonnya ya.
"Wah cerah banget nih mukanya, udah tau kita dapet 2 SS ya?" tanya Kintan, teman sebangku sekaligus sahabat dekat Bia.
"Enggak, happy aja sih," jawab Bia seraya duduk dan menyimpan tasnya. "Gue belum liat e-mail. SS dari siapa?"
SS atau Say Sorry adalah sebutan untuk adanya order pada 'bisnis' Bia. Karena ramai, Bia memang mempekerjakan Kintan sebagai adminnya. Dia yang bertugas menghadapi klien sebelum diskusi dengan Bia secara langsung.
"Satu dari luar, satu dari sekolah kita."
"Dari sekolah kita? Siapa?" tanya Bia. Karena orang dekat, sepertinya yang lebih mudah untuk dijalankan.
"Firly."
Raut cerah Bia seketika luntur, terganti dengan mulut yang sedikit menganga. Tangannya pun secara refleks menunjuk ke arah luar untuk memastikan apa yang barusan dirinya dengar.
"Iya, Firly yang itu."
Bia menutup mulutnya agar tidak mengumpat. Bibirnya yang memuji pasangan itu bahkan masih basah.
oOo
"Sumpah nggak habis pikir gue, Tan. Leon kurang apa coba?"
Bia memasukkan potongan bakso ke dalam mulutnya. Giginya mengunyah sementata kepalanya menggeleng-geleng tidak percaya. Bahkan sampai waktu istirahat pun dia masih memikirkan itu.
"Kita kan liat luarnya, siapa tau mungkin aslinya Leon nggak sebaik itu."
Bia berdecak tidak terima. "Tapi lo tau kan Leon itu baik banget, maksudnya entah ke gue atau yang lainnya. Meskipun tanpa memikirkan hubungan dia sama Firly, gue segan lah buat jadiin dia target. Gila aja."
Kintan meminum lemon tea-nya dengan santai. "Baru kali ini gue liat lo nggak bersemangat dapet SS bahkan misuh-misuh."
"Ya karena ini tuh nggak bisa gue lakuin. Gue nggak bisa rusak nama Leon."
Kintan menghela napas. "Iya-iya gue tolak SS-nya, nggak usah cemberut, jelek lo," ucapnya lalu mulai menggerakkan sendok lagi.
"Gue selalu cantik dalam kondisi apa pun. Bahkan saat tidur mangap dan ngiler pun gue tetep cantik."
Bibir Kintan merapat dengan mata yang kini menatap lurus. "Iya-iya anjir, lo selalu cantik!" pekiknya dengan kesal.
Masalahnya Kintan pernah lihat Bia tidur dengan mulut terbuka juga ngiler. Waktu itu mereka habis penjelajahan kemah, tenaga diperas habis hingga akhirnya Bia tumbang begitu saja. Di posisi seperti itu pun, memang benar Bia tetap cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus Berbayar
Teen FictionBermula ketika pacar temannya diam-diam nge-chat atau cowok yang PDKT-in temannya berujung nembak ke dia, Bia sadar ternyata dirinya punya bakat menjadi pelakor. Dengan gen enterpreneur yang mengalir di darahnya, Bia pun mengubah kesialan itu menjad...