Pernah mendengar apa itu Beauty Privilege?
Suatu kondisi di mana jika kamu memiliki kondisi fisik yang bagus, terkhusus wajah yang memenuhi standar kecantikan dalam masyarakat setempat, kamu akan mendapatkan banyak keuntungan dari itu.
Entah itu mudah diterima kerja, mudah mendapatkan bantuan dari orang lain, bahkan jika seandainya melakukan kesalahan, pasti akan mendapatkan pembelaan.
Belum lagi diterima baik dalam pergaulan, disukai banyak orang meski sifat yang lain kurang menunjang. Bisa dibilang 'Beauty Privilege' adalah keuntungan cuma-cuma yang didapat oleh orang yang terlahir dengan fisik bagus. Keberuntungan ganda.
Namun, apakah terlahir cantik memang semenguntungkan itu?
Tidak juga. Karena ada yang berpendapat bahwa cantik itu kutukan.Tidak jarang cewek cantik dijadikan bahan taruhan para cowok tentang siapa yang bisa menaklukan. Merasa jika menaklulan cewek cantik adalah bentuk capaian untuk dipamerkan, padahal cewek cantik juga punya perasaan.
Tidak jarang cewek yang cantik membuat cewek lainnya iri sampai menggunjingkan di belakang. Bahkan predikat seperti centil, ganjen, kegatelan diberikan padahal dia hanya diam saja.
Seperti yang Yihana Sabria rasakan.
Berawal ketika dirinya duduk di bangku SMP. Masa di mana remaja mulai menginjak pubertas dan tertarik pada lawan jenis. Bia merupakan anak yang mendapat kasih sayang penuh dari keluarga. Manjadi satu-satunya anak perempuan membuat Bia tak hanya dimanjakan kedua orang tuanya, tapi juga begitu dijaga oleh kakak juga adik laki-lakinya. Meskipun yang lain pamer gandengan, Bia tetap cuek bodoh amat.
Memang, secara psikologi anak perempuan yang kurang kasih sayang dari keluarga cenderung akan mencari di luar, makanya suka berpacaran.
Bia menjalani masa sekolahnya dengan menyenangkan. Hingga ketika pacar temannya mulai mengirimi pesan, atau cowok yang mendekati temannya malah berbelok mendekatinya, Bia mulai merasa tidak beres.
Dari kecil Bia memang sering dipuji cantik. Bia pun merasa itu hal yang biasa dan membalas dengan kata terima kasih saja, tapi di saat teman-temannya mulai mengatai dirinya centil di belakang, Bia baru sadar bahwa dirinya diberi berkah wajah lebih dari orang lain.
Bia senang? Tidak!
Anak-anak cewek semakin banyak menggunjingkannya. Mereka membicarakan hal-hal yang buruk tentang Bia yang sama sekali tidak dirinya lakukan. Pacar-pacar orang semakin banyak menghubunginya. Bia akhirnya sadar, dirinya punya bakat pelakor tanpa harus berusaha menggoda.
Bia terpuruk? Tidak.
Mamanya sedari dulu selalu memuji semangat Bia jika melakukan sesuatu. Dia pantang menyerah dan pastinya punya akal setiap menghadapi permasalahan.
Bakat pelakor yang semula merugikannya itu, kini Bia putar menjadi peluang. Bia membuka perusahaan yang ia beri nama 'Sorry to My Ex.' Itu adalah perusahaan jasa yang mana membantu para cewek yang sudah bosan dengan hubungannya, tetapi segan meminta putus. Alasannya bisa karena si cowoknya memang baik, atau si ceweknya tidak mau dapat citra jelek setelahnya.
Di sinilah kerja Bia, dia memanfaatkan potensinya dengan mendekati cowoknya. Membuat siasat hingga si cowok seolah selingkuh dan si cewek pun memutuskan tanpa segan.
Bia tidak dimusuhi teman-temannya ceweknya lagi, dia malah banyak didekati karena bisa dijadikan pion saat mereka bosan dengan hubungannya nanti. Tak lupa, yang paling penting pundi-pundi uang masuk ke kantongnya. Ia sudah berpenghasilan meskipun masih duduk di bangku sekolah.
Setelah berkecimpung, Bia pun menjadi paham bahwa dibanding cowok brengsek, cewek yang licik ternyata lebih banyak. Tidak melulu cowok yang curang dalam hubungan, cewek pun sama saja, yang pada dasarnya punya sifat jelalatan, susah sekali setianya. Bedanya cewek bisa menutupi dengan sisi lemahnya. Hingga orang berpendapat bahwa cewek yang selalu tersakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus Berbayar
Teen FictionBermula ketika pacar temannya diam-diam nge-chat atau cowok yang PDKT-in temannya berujung nembak ke dia, Bia sadar ternyata dirinya punya bakat menjadi pelakor. Dengan gen enterpreneur yang mengalir di darahnya, Bia pun mengubah kesialan itu menjad...