Prolog

388K 7K 222
                                    

"Kamu kan sudah nikah Ly, masa nulis adegan begini doang ga ada kemajuannya?" Terpujilah ibu editor dengan segala kata-kata nyelekitnya. "Coba bayangin yang ngelakuin ini kamu sama Arash, emang kamu ga panas begitu? Jujur ya, tulisan kamu di adegan yang seharusnya membuat pembaca gigit jari, malah ga ada rasanya. Hambar."

Mata elang itu menatap Liliy lurus-lurus. Meski kata-katanya berpotensi menyakiti hati lawan bicara, tapi demi kebaikan bersama, Hanin akan mengatakan semuanya terus terang.

"Buku kamu yang ke lima ini ga akan naik terbit kalau kamu ga bisa ngasih 'rasa' di sini. Katanya mau keluar dari angst dan nulis cerita romance yang berbunga-bunga, happy, dan ngebuat pembaca iri setengah mati sama tokoh wanita di cerita kamu. Tapi, kalau liat tulisan kamu yang sekarang-" Hanin menghela napas, menggeleng. "Kamu gagal. Mending kamu balik ke zona aman kamu aja. Nulis angst."

Wajah Liliy meredup. Meski sudah berpengalaman disemprot editor, tapi perkataan Hanin yang mengatainya gagal, menusuk tepat ke relung hatinya.

"Masalahnya, Ly." Hanin mengetuk telunjuknya ke atas meja, meminta atensi Lily sepenuhnya. "Pembaca kamu capek, mereka ingin hal yang baru. Dan kamu juga ingin keluar dari zona nyaman. Kamu ingin membuat pembaca kamu happy, tapi maaf Ly, kamu belum siap untuk itu."

Lily terdiam, sebagian hatinya mengakui apa yang Hanin katakan.

Melihat reaksi Liliy, Hanin memundurkan tubuh, helaan napas kembali terdengar. Untuk sejenak tak ada yang bersuara di antara mereka, Hanin kembali menyeruput tehnya dan Liliy sibuk dengan perang dikepalanya.

"Tapi Mba ..." Suara Lily terdengar pelan. "Aku ga mau putar balik dan ngerubah genre di cerita ini jadi angst."

"Aku ga minta kamu putar baik." Hanin meletakkan cangkir tehnya. "Aku minta kamu revisi ulang dari bab enam. Engga harus kamu rombak semuanya, engga. Cukup buat chemisry antara Mira dan Axel ini dapet. Ploting alurnya sudah keren, tapi ga ada rasanya. Hambar. Masa adegan kissing orang saling jatuh cinta begini? Axel ini cinta mati loh sana Mira, cinta mati! Seharusnya ini bisa boom! Itu hanya soal kissing, Ly. Belum lagi adegan ranjangnya, kacau."

Kalau seperti ini ceritanya, Liliy mungkin akan botak dini. "Tapi kan adegan seintim itu harus diperhalus, Mba."

"Memang, tapi meskipun diperhalus seharusnya kamu bisa membuat adegan itu tetap sensual, Ly. Kamu pernah loh buat adegan pembunuhan dengan kata-kata yang halus tapi kesan ngerinya ga berkurang sedikit pun. Masa ini ga bisa? Kamu seharusnya sudah pernah pengalami ini dan paham bagaimana rasanya. Kamu sudah menikah."

Lily menahan napas. Iya sih, dia sudah menikah, tapi kan ...

"Jangan bilang kamu ga pernah begini begitu sama suami kamu?" tanya Hanin sekilas lalu. Hanya bercanda, tapi tak menyangka Lily akan terdiam dibuatnya.

Wanita awal tiga puluhan itu terkekeh hambar dengan tangan mengibas didepan wajah. Menolak percaya dengan asumsi otaknya. "Ga mungkin, mustahil. Kamu nikah hampir satu tahun, kan?"

"Delapan bulan." Lily mengoreksi.

"Ya, ya delapan bulan. Tapi, masa kamu ga pernah begitu? Mentok mentok, kissing misal."

Lily menggeleng. "Terakhir dicium Mas Arash itu waktu akad, setelah itu ga pernah lagi," kakunya kelewat enteng.

Hanin menutup mulut syok. "Sumpah?" lirihnya masih tak percaya.

Lagi, Lily mengangguk.

"Sumpah?! Demi?" Hanin masih tak percaya, sekelebat bayangan Arash mampir di ingatannya, mana mungkin suami Lily yang sekeren itu ... "Ah, bercanda kamu."

Oh My Husband (21+) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang