Bab 19. Pawangnya Arash Al Faruk

139K 4.9K 619
                                    

Aku ga tahu mau ngasih bab ini judulnya apa, jadi ini saja 😭

***

“Be a good girl, Ly, atau saya ikat kaki kamu.”

Benar, Arash pernah mengatakan hal tersebut padanya. Bagaimana mungkin Lily lupa? Bahkan Lily masih ingat kuatnya tangan Arash menahan kakinya saat itu. Lelaki ini ..

“Boleh?” Tangan kekar itu memeluknya posesif. “Saya janji tidak akan menyakiti kamu.”

... pasti telah berimajinasi yang tidak-tidak terhadap Lily kan? Ya, tidak masalah sih, toh Lily istri Arash. Hanya saja, bukankah fantasi Arash sedikit berlebihan? Lily merinding hanya dengan memikirkan apa yang Arash bayangkan tentang ranjang empat tiang dan dirinya yang terikat di sana. 

Arash dengan sabar menunggu jawaban Lily, lelaki itu kali ini menjatuhkan kepalanya di bahu sang istri yang masih terdiam kaku dalam pelukannya. Entah apa yang Lily pikirkan. “Tidak mau ya?” tanyanya pelan.

Meski leher Lily teramat sangat menggoda untuk digigit, Arash mencoba menahan diri. Sial, ia ingin sekali membuat banyak tanda di sana.

Sebenarnya Arash tak ingin meminta izin terang-terangan seperti ini pada Lily, tapi berhubung Lily mencurigai maksud terselubungnya, tak ada pilihan lain selain jujur. Toh, cepat atau lambat Lily pasti akan tahu.

“Mas ...” 

Akhirnya suara yang dinanti Arash terdengar, diiringi sentuhan lembut di punggung tangannya yang melingkari pinggang Lily. 

Wanita itu menunduk, telunjuknya menyentuh urat-urat tangan Arash yang tampak menonjol. “Mas suka sex keras kaya BDSM, ya?”

“Tidak juga.” Arash memejamkan mata. Menghirup dalam aroma sabun bercampur sampo dari tubuh Lily. “Saya akan menyakiti kamu kalau begitu. Saya hanya ... “ untuk sesaat ucapan Arash menggantung, hanya beberapa detik, lelaki itu kembali melanjutkan dengan suara lebih kecil. “... punya fantasi liar tentang kita.”

Kadang Arash merasa dirinya seperti binatang. Ia merasa bersalah pada Lily, tapi semakin Arash mencoba menahan dirinya, pikiran liar itu kian menjadi-jadi. Terlebih setelah malam-malam panas mereka, pikiran liar itu kian tak terbendung. Sulit dikendalikan.

“Seliar apa?”

Lily yakin menanyakan itu padanya? 

Kepala Arash tertoleh hanya untuk bersitatap dengan kepala Lily yang masih tertunduk. Wanitanya ini sepertinya suka sekali dengan urat-urat tangan Arash. Lelaki itu mendadak penasaran, kira-kira Lily suka tidak ya dengan urat-urat di sana? 

Arash menelan ludah, sebelah tangannya menyingkap rambut terurai Lily yang mengganggu pemandangannya dari leher jenjang tersebut. Kepala Arash mendekat hingga Lily dapat merasakan jelas napas Arash yang menerpa lehernya.

“Seliar apa? Saya yakin kamu tidak akan bisa membayangkannya, bahkan dalam pikiran terliar kamu sekali pun.” Sebelum Lily membalas kata-katanya, Arash lebih dulu melanjutkan. “Kamu tahu? Saya memikirkan satu hal saat ini.” 

Jantung Lily tanpa dikomando langsung berdetak tak terkendali. Ia memberanikan diri menoleh pada Arash yang masih setia meletakkan kepala di bahunya. Mata mereka bersitatap, Lily dapat merasakan jelas tatapan penuh hasrat Arash yang berlabuh ke bibirnya.

Apa yang Arash pikirkan saat ini? Apakah Arash ingin mereka bercinta di dapur? 

Sudut bibir Arash tertarik mendapati tatapan bertanya Lily. Kalau Lily tak memilih mundur, maka Arash akan melanjutkan ini sampai akhir.

Oh My Husband (21+) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang