Sorryy bingiitttts aku telat 😭😭
Bab ini aku revisi bolak balik, ga tahu, ga srek aja.Ini baru nemu yang disuka, Happy reading 🔥🔥
***
.
."Boleh, nanti malam ya?"
Bisikan lembut itu entah kenapa terdengar mengundang di telinga Lily. Hingga tangannya tak kuasa untuk tak menahan kemeja depan Arash saat lelaki itu ingin menarik diri darinya.
"Kenapa harus nanti malam?" tanyanya lirih. "Bukannya sama aja, ya?"
Kenapa Arash harus menunda-nunda hal yang seharusnya bisa dilakukan sekarang? Mereka masih punya banyak waktu, dan Lily tidak ingin berada di momen yang mengharuskan jantungnya berdetak tak terkendali hanya karna menunggu malam tiba. Ia bisa frustrasi.
Sorot mata Arash mendadak berubah, dan alarm tanda bahaya di otak Lily langsung berdering nyaring. Namun, pantang bagi Lily menarik ucapannya, ia tak ingin Arash mengatakannya plin plan.
"Kamu tak keberatan kita melakukannya sekarang? Di sini?"
Pertanyaan dari Arash entah kenapa terdengar ambigu. Atau, hanya Lily saja yang berpikir begitu?
Lily ingin mundur, tapi belakangnya sudah sempurna terpojok di sandaran sofa.
Arash kian mempersempit jarak. "Kamu tidak keberatan?" desaknya saat Lily tak kunjung memberi jawaban.
Dan anggukan singkat Lily cukup untuk Arash meraih rahang perempuan itu dan kembali menyatukan bibir mereka. Lembutnya bibir Lily membuat Arash mengumpat dalam hati, sebelah tangannya yang bebas mencengkeram sandaran sofa, mencoba menahan diri agar tak mencium Lily dengan menggebu-gebu.
Mata Lily terpejam, tangannya mengalung di leher Arash saat lelaki itu mulai melumat lembut bibirnya. Gerakannya penuh hati-hati, seakan-akan membimbing Lily untuk bergerak bersamanya, membalasnya dan ikut andil dalam ciuman mereka.
Oh, God! Ternyata rasa bibir Arash seperti ini.
Lily awalnya berpikir ciuman mereka akan canggung karna sama-sama tak berpengalaman, tapi Lily ternyata salah. Dari ciumannya, Arash jelas berpengalaman. Jangan-jangan Arash berbohong padanya?
"Fokus, Ly." Arash tiba-tiba menghentikan ciuman mereka. Iris kecokelatan itu menyorot Lily tajam.
Bagaimana mungkin Lily sempat memikirkan hal lain di saat Arash menciumnya? Apakah ia terlalu lembut?
"Jangan pikirkan apa pun selain saya." Saya tak suka. Jempol Arash mengusap bibir bawah Lily yang basah, Arash ingin melahapnya lagi, ia ingin membuat bibir itu bengkak karna ulahnya. "Fokus pada saya, Ly. Hanya saya."
Setelah itu, Arash kembali menyatukan bibir mereka. Tangannya menyelinap di antara rambut panjang Lily kemudian menariknya, membuat Lily terkesiap hingga lidah Arash dapat dengan mudah melesak masuk ke dalam mulut Lily.
Lily melenguh, pikirannya kosong, yang tersisa hanya suara deru napas mereka yang kian memberat dan panas. Jemarinya tanpa daya mencengkeram punggung Arash saat lidah lelaki itu bergerak liar dalam mulutnya.
Lily tak tahu apa yang harus ia lakukan, semuanya baru bagi Lily. Jalinan lidah, napas yang menderu dan tubuh mereka yang kini sempurna saling menempel. Perempuan itu terengah-engah, nyaris kehabisan napas kalau saja Arash tak melepaskan bibirnya.
Jantung Lily menggila saat Arash melepaskan tiga kancing kemeja teratasnya. Lelaki itu mengusap pelipis Lily yang berkeringat sebelum kemudian mendorong perempuan itu untuk rebah di atas sofa dan menindihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband (21+) [REVISI]
Любовные романы"Kamu kan sudah nikah Ly, masa nulis adegan begini doang ga ada kemajuannya?" Berawal dari pertanyaan nyelekit sang editor itulah, Lily akhirnya memutuskan untuk menerobos dinding tak kasat mata antara dirinya dan Arash. Ia bersumpah akan menjadikan...