Tarik napas dulu sebelum bacanya 🫶
Sudah?
Oke lanjut 👇
HAPPY READING 🔥🔥
***
"—mau mencobanya dengan saya?"
Seorang Arash Al Faruk menawarkan bantuan pada Lily? Yah, Arash memang sering membantunya, tapi ini bukan bantuan yang bisa dikatakan normal.
"Sama Mas?" ulangnya setengah tak percaya.
Arash mengangguk. "Heem." Sedetik tatapannya turun ke bibir merah muda Lily, sebelum kemudian kembali memandangi wajah istrinya tersebut. "Saya ga bisa bantu kamu buat diskripsiin gimana rasanya ciuman, karna saya belum pernah, tapi saya bisa bantu kamu ngerasain gimana rasanya ciuman. Nanti kamu diskrpsikan sendiri bagaimana rasanya."
Lily mati-matian mempertahankan ekspresinya supaya tampak biasa-biasa saja. Bisa-bisanya Arash mengatakan hal seperti itu dengan enteng? Apakah ia tak tahu bagaimana efek perkataannya untuk orang baperan seperti Lily.
Otak hobi mengkhayalnya bahkan sudah membayangkan yang iya-iya.
Eits, jangan salah. Walau kentang begini, Lily khatam soal teori, tapi praktiknya nol besar. Ia pernah pacaran, tapi mentok cuman sampai pegangan tangan.
Ia sempat berpikir, apakah setelah menikah ia akan mengalami malam panas setiap hari? Ternyata tidak, ia dan Arash hanya sekedar tidur. Lily yang awalnya deg degan selama sebulan pertama pernikahan mereka, perlahan biasa-biasa saja. Ia mulai nyaman tidur di samping Arash. Mulai berani membuka obrolan lebih dulu hingga mereka bisa menjadi dekat seperti sekarang, selayaknya teman, tapi dalam ikatan pernikahan.
"Boleh." Satu kata itu akhirnya meluncur setelah terdiam untuk waktu yang lama. "Mas ga keberatan, kan?"
Alis Arash mengerut heran. "Ga kebalik? Seharusnya saya yang nanya kamu. Kamu ga keberatan kan minta tolong sama saya?"
"Engga tuh. Mas kan suami aku." Dari pada Lily nyari gigolo, sudah keluar duit, dapat dosa pula. Nah ini, ada yang halal dan gratis di depan mata, masa di sia-siakan?
"Benar." Arash tersenyum lebar. "Saya suami kamu."
Lalu masih dengan wajah berseri-seri, Arash memperbaiki bantal dan merebahkan diri. Lily yang melihat hal itu sampai terheran-heran. Percakapan mereka belum selesai, masa Lily ditinggal tidur?
"Mas mau tidur?" tanyanya tak habis pikir.
Arash mengangguk, ia menepuk bantal yang di jadikan Lily sandaran. "Kamu harus istirahat, Ly. Ayo tidur."
"Ciumannya?" tanya Lily polos.
Kontan saja, tawa langka Arash mengudara. "Kondisi kamu ga mendukung Ly. Kita pending dulu sampai kamu baikan. Tapi kalau kamu maunya sekarang, saya sih tidak masalah."
Saat Arash siap bangkit dari tidurannya, Lily cepat-cepat merebahkan diri. Ia ingin tidur membelakangi Arash karna malu, tapi berhubung pelipis kanannya tak mendukung situasi, ia mau tak mau bertelentang atau miring menghadap Arash. Tentu saja Lily pilih opsi pertama.
"Selamat, tidur Mas." Lily sempat melirik Arash sesaat sebelum memejamkan mata.
"Selamat tidur, Ly."
Beberapa saat berlalu, Lily yang awalnya berpikir tak bisa tidur, ternyata tidur lebih dulu dibanding Arash. Dengkur halus itu membuat Arash yang semula memejamkan mata, membuka matanya kembali dan berbaring miring menghadap Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband (21+) [REVISI]
Romance"Kamu kan sudah nikah Ly, masa nulis adegan begini doang ga ada kemajuannya?" Berawal dari pertanyaan nyelekit sang editor itulah, Lily akhirnya memutuskan untuk menerobos dinding tak kasat mata antara dirinya dan Arash. Ia bersumpah akan menjadikan...