One to Cell 12

2K 57 0
                                    

Kini, Ducan maupun Regulus sudah sama-sama tidak berpakaian. Ketika dua jari tangan kiri Regulus sibuk bermain di dalam lubang kenikmatan Ducan, mulut laki-laki itu asyik melumat puting lawan sex-nya yang kini sudah mendesah keenakan.

Meskipun belum disentuh sama sekali, Ducan tiba-tiba mengerang ketika penisnya yang sudah mengeras menyemburkan sperma cukup tinggi, hingga mengenai dada Regulus. Namun permainan tidak berhenti sampai di situ, Regulus mengeluarkan jaringan dari dalam hole Ducan, begitu juga dengan mulutnya yang menjauh dari puting mungil laki-laki itu.

Kini, Regulus menunduk di antara kedua paha Ducan, kemudian mulutnya menyambar penis yang sudah tampak lemas di depan matanya.  Saat itu, Ducan tak pernah berhenti mendesah, tak pernah berhenti menyebutkan nama Regulus seolah menyampaikan ucapan terima kasih atas kenikmatan yang telah diberikan kepadanya.

Di dalam mulut Regulus, penis Ducan kembali mengeras. Anehnya, sex kali ini tidak semenakutkan sex pertamanya dengan Regulus, Ducan benar-benar menikmatinya. Pun Regulus tidak berprilaku kasar, malahan dia seperti memprioritaskan kenikmatan Ducan lebih dulu sebelum memuaskan dirinya sendiri.

Kedua tangan Ducan yang bebas meremas kasur saat untuk kedua kalinya, penisnya kembali menyemburkan sperma. Kali ini, spermanya menyembur di wajah tampan Regulus yang berada di antara kedua pahanya. Meskipun dia sendiri sudah agak lelah, Regulus masih belum mencapai kenikmatannya.

Sebelum melakukan sesuatu yang mungkin saja membuat Ducan takut, Regulus mendekat dan mengecup segala sisi wajah Ducan, melumat bibirnya dengan lembut dan saling menukar air liur.

Ketika Regulus mundur dan siap memasukan penis besarnya ke dalam lubang Ducan, Ducan sendiri menatap mata Regulus yang jauh dari kata kejam. Hari ini, dia sungguh-sungguh berbeda. Kelembutan terpatri di wajah laki-laki yang pelan-pelan mulai menusukkan penisnya ke dalam hole Ducan yang tetap terasa sempit.

Ducan membekap mulutnya sendiri saat dengan sadar ia merasakan sesuatu yang besar mulai memasuki lubangnya. Rasanya benar-benar menyakitinya, seolah hole-nya akan robek jika terus dipaksa menerima penis besar itu.

Namun Ducan tidak bisa protes seperti yang telah Regulus pinta tadi. Ia harus menerima ini jika ingin permintaan bantuannya dijalankan. Sekarang, penis Regulus betulan utuh berada di dalam lubangnya. Ducan masih tidak percaya.

Saat Regulus mulai mundur secara perlahan, dan kemudian maju kembali, rasa sakit yang sebelumnya Ducan terima telah berubah menjadi kenikmatan yang tiada tara.

Mulut Ducan yang mendesah dibuat bungkam dengan bibir Regulus yang kembali melumat bibirnya. Sementara kedua tangan Ducan memeluk leher Regulus, sesekali mencengkeram rambutnya saat entakan laki-laki itu makin terasa cepat.

Sekitar 10 menit mereka berada pada pose yang sama, sampai Regulus mengeluarkan penisnya dan meminta Ducan untuk membalik badan. Kini Ducan menungging di depan Regulus selagi bokongnya diremas kuat.

Lagi, penis besar Regulus memasuki lubang Ducan. Untuk kali ini, rasanya tidak sesakit saat pertama tadi. Lebih nikmat, terlebih ketika Regulus mulai mengatur ritmenya dengan sesuai.

Ducan mengambil bantal yang ada di depannya, kemudian menggigit benda itu sehingga desahannya teredam. Sementara Regulus membungkuk untuk menghisap punggung Ducan yang sangat wangi, membuatnya tambah bergairah.

"A-aku--mphm--akan, keluar lagi, akhh!" Untuk ketiga kalinya, Ducan menghadapi klimaks yang sangat nikmat.

Regulus tidak berhenti, lidahnya kini menelisik telinga Ducan dan menjilatinya seperti orang kelaparan. Kemudian makin lama, penis Regulus makin cepat bermain di dalam lubang kenikmatan itu. Sampai tiba-tiba, dia menghentak keluar penisnya dan sperma langsung menyebar ke punggung Ducan.

Regulus mengerang, mengocok penis besarnya yang masih saja mengeras.

"Aku masih belum puas," kata Regulus dengan napas agak ngos-ngosan. Namun dia kelihatan masih sangat kuat. "Kali ini aku akan diam saja, kamu bebas berbuat apa pun dengan tubuhku."

Meskipun paham apa yang disampaikan Regulus, Ducan tetap tidak mengerti bagaimana caranya memuaskan seseorang. Sebab sex adalah hal baru baginya---terlebih dengan sesama jenis, dan Regulus adalah orang pertama yang menjadi pasangan bermainnya.

Saat Regulus memutuskan untuk terlentang di atas tempat tidur dengan penis besarnya yang senantiasa mengeras, Ducan duduk di atas perut six pack laki-laki itu, kemudian merapatkan wajah dan mulai melumat bibirnya. Sesaat Ducan dapat merasakan kalau Regulus sedang tersenyum, tetapi sayangnya hanya bertahan kurang dari satu detik sebelum kemudian bibirnya balas melumat bibir Ducan.

Dalam posisinya, Ducan memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Saat mengingat apa saja yang Regulus perbuat sampai membuatnya keenakan, akhirnya Ducan memilih untuk menghisap puting laki-laki itu sembari tangannya meremas dada Regulus yang bebas. Terbukti, kini Regulus tampak menikmati setiap permainannya dengan mendesah pelan.

Sebelum berpindah ke anggota tubuh lain, Ducan mengecup dada Regulus beberapa kali, kemudian menjilat setiap inci perut sixpack laki-laki yang sedang bermain bersamanya ini dengan sedikit kaku. Sejujurnya, Ducan tidak tahu lagi harus berbuat apa setelah ini. Jadi ketika puas melahap perut Regulus yang mirip roti sobek, Ducan langsung turun, menggenggam penis besar yang berdiri tegak seperti sebuah balok.

Ducan memegang penis itu dengan kedua tangan, mengocoknya dari tempo sangat lembut sampai ke yang sangat cepat. Regulus terlihat menikmatinya. Lalu beberapa menit kemudian, Regulus mencapai klimaks untuk yang kedua kali. Spermanya muncrat hingga memenuhi tangan Ducan. Seperti dugaannya, Regulus masih belum puas jika dilihat dari penisnya yang belum kunjung lemas. Tanpa disuruh, Ducan langsung duduk di atas benda besar itu, kemudian pelan-pelan memasukkannya ke dalam lubangnya dengan mulut terbuka menahan sakit dan nikmat yang berpadu menjadi satu.

"Ahh ... nikmat sekali, Ducan." Ducan bergerak naik turun diatasi tubuh Regulus, membuatkan penis besar yang masih berlumuran dengan sperma itu menguasai hole-nya habis-habisan.

Ducan mengerang, rasa pegal, sakit dan nikmat menguasai dirinya. Saat yang ia harapkan Regulus mencapai puncak kenikmatan terakhirnya, justru malah dia sendiri yang lagi-lagi mencapai klimaks. Kini, spermanya sudah menyatu dengan keringat di dada Regulus, akan tetapi Ducan tetap melanjutkan permainannya.

Sampai akhirnya dia merasakan sesuatu menyembur di dalam lubangnya. Ducan yang kelelahan hanya bisa duduk diam sambil mengatur napas sementara Regulus hanya menatap Ducan.

Ducan beranjak dari atas tubuh Regulus, mengeluarkan penis besar yang berlumuran sperma itu. Ducan berharap ini yang terakhir, sebab tubuhnya sudah benar-benar sangat lelah. Dia tidak sanggup lagi jika Regulus harus kembali mengucapkan kata belum puas.

Tapi untungnya Regulus hanya diam, memejamkan mata dengan tubuh masih telanjang bulat. Ducan menunggu sekitar 10 menit, karena tidak ada perintah apa-apa, akhirnya Ducan memakai bajunya kembali. Kemudian mencari selimut dan menutupi tubuh Regulus dari ujung kaki hingga ke perut. Setelahnya, Ducan keluar dari dalam ruangan itu. Dengan tubuh pegal, lelah, serta harapan bahwa Regulus yang saat ini sedang tertidur tidak akan membohonginya.[]

---

Jangan lupa follow pyn_id, vote dan komen cerita ini.

Story of Ducan [BXB 21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang