Eighth Live!
“Sialan!” Mondy mengumpat seraya melompat turun dari kasurnya. Tadi ketika membuka mata, hal yang pertama kali dia lihat adalah jam bekernya yang sudah menunjukkan angka 6.20.
Hari ini adalah hari dimulainya ujian semester pertama. Yang terlambat wajib mengerjakan ujian di ruang guru. Dengan diawasi mata elang setiap guru yang tidak mendapat jatah mengawas. Membayangkannya saja sudah membuat Mondy bergidik ngeri.
Setelah mandi dengan gerakan kilat. Cowok itu memakai seragam sambil turun. Jemarinya sibuk mengancingkan kemeja putihnya. Kakinya menuruni anak tangga dengan cepat.
“Bunda kenapa gak bangunin Mondy sih?!” teriaknya kesal. Dia tidak akan terlambat jika sang bunda membangunkannya.
Mendengar tidak ada jawaban, Mondy berbelok ke ruang makan yang terhubung dengan dapur. Sepi. Tidak ada siapa pun di sana.
“Sialan!” Mondy kembali mengumpat ketika baru ingat kalau semalam bundanya mengabari tidak bisa pulang karena neneknya kembali drop.
Mondy yang saat itu sudah tertidur nyenyak, terbangun karena mendengar nada dering hapenya yang tak kunjung berhenti. Melihat sang bunda yang menelepon, cowok itu segera mengangkatnya dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Mungkin karena terlalu mengantuk dia jadi tidak mendengarkan. Mengakibatkan dirinya kesiangan di hari pertama ujian ini.
Lantas Mondy melangkah menuju kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Roti dan susu segera menyambutnya ketika pintu kulkas dibuka. Cowok berseragam putih abu-abu itu mengambil asal. Melemparkan sekotak susu ke dalam tas, ia berjalan ke depan. Dengan roti yang berada di gigitannya, Mondy memakai dasi sembari mengambil kunci motor yang tergeletak manis di meja ruang tamu.
Setelah memastikan rumahnya sudah terkunci, cowok itu segera menarik gas dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan kota pagi itu yang sudah agak ramai.
*
“Lo mau ke mana Mon?”
Pertanyaan Freya membuat langkah kaki Mondy terhenti. Cowok itu memutar badannya sebentar, menatap Freya yang kini tengah mengerutkan keningnya.
“Hari Senin waktunya gue siaran kan?”
Freya agak bingung tetapi dengan cepat menganggukkan kepala.
“Nah, gue mau siaran sekarang.”
“Eh, tapi mulai hari ini kan ujian.”
Mondy mengangguk, bibirnya tertarik sedikit ke atas. “Dah, gue mau siaran dulu.”
Bangkit dari duduknya, Freya mencoba menggapai Mondy yang sudah menghilang di balik pintu. Ingin mencegah tapi tidak bisa. Mondy terlihat bersemangat sekali untuk melakukan siaran. Padahal ketika ujian semua ekstrakurikuler akan diberhentikan sementara.
Yah, terserahlah. Mungkin Mondy ingin melampiaskan rasa stresnya pada siaran.
*
Pintu ruang klub radio terbuka, Mondy pelakunya. Ketika melangkahkan kaki ke dalam, hawa dingin segera menyerang. Ruangan yang gelap gulita itu membuat Mondy tidak dapat melihat apa pun.
Bermodal ingatannya, Mondy meraba-raba sekitar untuk menemukan letak saklar lampu berada.
Tak!
Perlahan ruangan yang semula gelap gulita itu kini tampak terang. Kondisi ruangan yang acak-acakan membuat Mondy menelan ludah. Siapa sih yang terakhir kali memakai ruang siaran? Bisa-bisanya sangat berantakan.
Tidak mau membereskan, Mondy memilih menuju satu-satunya lemari yang digunakan untuk menyimpan barang-barang. Mengeluarkan PS dari dalam sana, ia segera menyalakan tv dan mikrofon.
Setelah menunggu beberapa saat agar tv menyala, Mondy memasukkan kaset milik Freya dan kembali menunggu agar game tersebut dimulai.
“Selamat siang warga SMA 2 Maret, bagaimana kabar kalian hari ini?” Mondy menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan, “lega karena habis nyelesain ujian pertama? Takut sama nilai yang akan keluar nanti? Atau justru nyesel karena harusnya milih jawaban A bukan B?”
Mondy diam sejenak memberi jeda. Matanya melirik pada jam dinding yang berada dalam ruangan. Masih ada waktu lima belas menit untuk siaran. Dia harus melakukan yang terbaik.
“Tenang aja, gue Mondy. Gue bakal hilangin stres kalian akibat ujian hari pertama dengan siaran radio gue. Sama seperti sebelumnya, gue akan mainin game yang lagi viral itu sambil siaran. Biar gak stres-stres banget, yuk dengerin radionya D’day Kidz.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mondy Live Radio
Novela JuvenilMondy seorang siswa kelas 11 yang tidak menonjol tiba-tiba ditarik masuk ke klub radio oleh Freya. Awalnya canggung dan gugup karena tidak tahu harus bagaimana. Kemudian Freya menyarankan untuk bermain game yang sedang populer sambil menyiarkannya d...