🌧️ Weirdos' Things 🌧️

8 2 0
                                    

Rain terbangun dari tidurnya, kini ia tengah mengumpulkan nyawanya sambil duduk bengong dengan muka acak-acakan dan rambut yang semrawutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rain terbangun dari tidurnya, kini ia tengah mengumpulkan nyawanya sambil duduk bengong dengan muka acak-acakan dan rambut yang semrawutan.

Setelah ngebug cukup lama, ia pun bangkit lalu membuka pintu kamar. Nampak langit dengan warna ungu kemerahan yang menyambutnya, pagi yang indah.

Rain menghirup napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Udara pagi itu sungguh segar, sebuah vibes baru bagi Rain. Semoga saja ia dan adiknya bisa betah di rumah keduanya itu.

Rain melirik ke arah Ayana yang masih meringkuk di balik selimutnya, anak itu masih molor. Hati baiknya menolak melihat adiknya itu tertidur dengan pulasnya, akan menyenangkan mengejutkannya dan membuatnya terbangun dengan tidak estetik.

Tapi gak dulu deh, mager.

Rain tahu kalau Ayana menangis semalam. Walaupun ia sudah mencoba untuk menyembunyikannya, tapi harusnya ia tahu kalau mereka berdua mempunyai ikatan batin yang sangat kuat, akan sulit menyembunyikan apapun dari satu sama lain.

Yah, Rain tahu karena jujur saja ia juga merasakan hal yang sama. Ini adalah pengalaman pertama mereka tinggal jauh dari orang tua setelah belasan tahun mereka hidup. Orang tua mereka sangat posesif, bahkan untuk menginap di rumah kakaknya saja tidak diizinkan. Jadi wajar saja kalau ada sedikit rasa sedihnya, ingat ya hanya SEDIKIT.

Hari masih pagi, Ayana masih tidur, tapi Rain gabut gak tahu harus ngapain. Kalau ia mau sebenarnya ia bisa saja lanjut tidur, lagipula tidak ada Emak yang akan toa, tapi Rain kalau sudah bangun tidak bisa tidur lagi. Biasalah penyakit anak rajin.

Jadi Rain memutuskan untuk kembali rebahan sambil main HP scroll tiktok, suatu hal yang sangat impossible untuk bisa dilakukan di rumah.

Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan untuk acara bermalas-malasannya itu. Matahari sudah mulai terang di luar sana. Ayana masih dengan posisi yang sama, tak ada tanda-tanda akan bangun dalam waktu dekat.

Karena sudah merasa sangat bosan, Rain akhirnya memutuskan untuk menjadi kakak yang baik dengan menaikkan volume ponselnya sampai batas maksimal dan mencoba membuat keributan.

Upayanya untuk membuat Ayana bangun nampaknya berhasil. Anak itu sudah membuka matanya perlahan lalu langsung menatap layar ponselnya, kek ada orang yang nyariin aja.

"Eh, katanya hari ni mau ngasihin Si Aishi pisang," ujar Rain yang melihat Ayana sudah menyecroll tiktok walaupun dengan mata yang setengah terpejam akibat tertutup belek.

"Oh iyaya, tapi mager gak sih?"

"Ck! Yok lah keluar, gue juga mau belanja ini, mau beli something."

"Aelah gaya lo."

"APA?! Buru deh sono lu cuci muka. Jigong masih kemana-mana bukannya langsung cuci muka malah langsung scroll tiktok, gue yakin nih Emak pasti bangga sama lo."

Alasanku Memilih DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang