Part 33

368 17 0
                                    

"Mau tidur sekarang?"

"Iya ..."

"Tapi aku pengen ngobrol."

"Ngobrol apa ha?" tanya Hulya. "Aku ngantuk."

Hulya malah merebahkan tubuhnya di atas sofa.

"Kok tidur di sofa?"

"Terus aku tidur dimana?" tanya Hulya. "Di lantai?"

"Di kasur. Tidur sama aku."

"Aku gak mau." Tolak wanita itu.

"Ya udah deh."

Affandy mengambil bantal dan kembali mendekati Hulya.

"Kamu ngapain?"

"Kamu tidur di sofa. Aku tidur di bawah." Pria itu tersenyum kearah istrinya.

"Kamu lagi sakit. Ngapain tidur di bawah, nanti malah demam."

"Enggak apa-apa. Biar bisa deket sama anak dan istri."

Hulya menghembuskan nafasnya, wanita itu beranjak dari sofa. Tanpa berkata apa-apa, Hulya menarik lengan suaminya dan melangkah menuju ranjang.

"Aku tidur dekat kamu. Tapi jangan apa-apain aku."

"Aku gak mungkin macam-macam sama kamu. Kamu istriku."

Hulya tidak merespon perkataan suaminya, ia langsung merebahkan tubuhnya.

"Kok jilbabnya gak dilepas?"

"Biarin."

Affandy mengulurkan tangannya.

Plak!

Hulya refleks menepis tangan suaminya secara kasar.

"Arghhh!"

"Kamu mau apa ha?"

"Mau pegang wajah kamu. Masak gak boleh," ucap Affandy sambil mengusap tangannya yang ditepis oleh Hulya.

"Kenapa? Sakit?"

"Perih. Kamu kuat banget."

"Tidur cepat. Udah tengah malam ini."

Affandy tersenyum ketika Hulya melepaskan jilbabnya. Namun senyum itu menghilang saat dia di punggungi oleh istrinya.

"Hulya ..."

"Apalagi, Affan."

"Gak baik tau membelakangi suami."

Hulya berdecak kesal, ia pun menghadap pria itu. Affandy segera merebahkan tubuhnya menghadap Hulya. Suasana begitu hening, kedua hanya saling menatap satu sama lain.

"Aku boleh pegang perut kamu?"

Hulya langsung memejamkan matanya, ia belum sepenuhnya ingin mengobrol dengan pria itu. Walaupun tidak ada jawaban dari Hulya, Affandy nekat menyentuh perut wanita itu. Hulya merasakan jika suaminya mengelus perutnya dengan sangat lembut.

"Anak ayah udah tidur ya?"

"Ayah mau ngobrol."

"Soalnya bunda kamu gak mau ngomong sama ayah."

"Tidur Affan. Jangan berisik," lirih Hulya.

"Aku mau ngobrol sama anak kita tau."

Kembali Affandy mengusap-usap perut wanita itu. "Jangan bandel di dalam sana. Baik-baik ya, sayang."

"Hulya ..."

"Hmmm ..."

"Kamu gak mau peluk aku?" tanya Affandy. "Dari tadi aku yang aktif. Kamu sama sekali gak merespon keberadaan ku."

Setulus Hati Hulya [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang