Tidak ada cedera parah di dalam terkait tamparan yang dapatkan oleh Hulya. Namun walaupun begitu, sampai sekarang rasa perih itu masih ada di sekitar bagian pipinya.
Hari ini Hulya Anindita merasa beruntung, Affandy sama sekali tidak keluar kemana-mana hingga sampai malam hari. Bahkan ketika mereka ke rumah sakit tadi, Affandy hanya fokus kepada dirinya.
Hulya pun tidak tau, seperti apa perilaku suaminya sekarang. Affandy membencinya, namun beberapa sikap pria itu membuat Hulya semakin cinta.
Hulya sedang menonton televisi di ruang tamu, sedangkan suaminya berada di dalam kamar sedang bekerja dengan laptop.
Saat sedang asik menonton televisi, Hulya kaget ketika suara gemuruh terdengar cukup keras.
"Mami!"
Teriakan dari seorang laki-laki membuat Hulya semakin kaget.
"Affan," lirihnya.
Hulya baru ingat, jika pria itu sangat takut dengan suara petir. Hulya bergegas menuju kamarnya.
Saat pintu terbuka Hulya melihat Affandy meringkuk di atas ranjang dengan menutup kedua telinganya.
Wanita berkerudung itu berlari dan langsung memeluk suaminya.
"Jangan takut. Aku di sini Affan."
Affandy terdiam, itu adalah salah satu kelemahannya. Takut dengan suara petir.
Tangan Affandy terulur untuk mematikan laptopnya. Takut hal yang tidak-tidak terjadi pada benda elektronik itu.
Sesaat setelah benda pipih itu mulai mati dan hanya terlihat layar hitam. Lagi-lagi gemuruh terdengar membuat Affandy kaget.
"Aw!"
Affandy memeluk Hulya begitu kuat membuat wanita itu merasa remuk dibagian pinggangnya.
"Affan, pinggang aku sakit."
"Aku takut Hulya."
"Jangan keras-keras aku di sini kok."
"Tapi aku takut Hulya."
"Iya tau. Pinggang aku sakit. Lepasin dong."
Affandy melonggarkan pelukannya. "Maaf."
Hulya membulatkan matanya, apa dia tidak salah dengar. Seorang Affandy meminta maaf kepadanya.
"Lepas dulu. Tv-nya masih hidup tau. Nanti meledak."
"Jangan pergi Hulya. Aku takut!"
"Cuma sebentar Affan. Lagian petirnya udah gak ada."
"Aku bilangin mami ya."
"Berarti aku juga bisa bilangin sama papa kalau kamu selingkuh."
"Aku gak selingkuh."
"Gak gimana Affan. Terus Tiffany?" tanya Hulya.
"Kamu tau aku pacaran sama Tiffany. Berarti aku gak selingkuh. Kecuali kamu gak tau."
Hulya bingung, konsep dari mana itu. Perkataan suaminya sungguh tidak masuk akal.
"Awas lepas dulu."
Perlahan pelukan itu terlepas. Hulya membereskan barang-barang pekerjaan Affandy yang ada di atas kasur.
Hulya meletakkan laptop dan buku Affandy di atas nakas. Seketika saja gemuruh kembali terdengar. Disertai hujan deras.
Affandy menarik lengan Hulya dan memeluk tubuh wanita itu. Dia membawa Hulya ke dalam selimut.
"Affandy!" teriak Hulya.
Hujan terus turun mengguyur kota itu. Suasana begitu dingin. Televisi yang ada di dalam rumah itu menyala selama semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Air Mata Surga
Spirituelles"Affan, aku mau nafkah batin," pinta Hulya. "Kalau kamu mau nafkah batin. Aku bisa mencarikan pekerjaan buat kamu sebagai PSK, biar kamu bisa merasakannya." Pernikahan mendadak tanpa adanya pertemuan terlebih dahulu membuat kekacauan tersendiri dala...