I | Sebuah Pelukan dari Potongan Memori

250 81 357
                                    


SELAMAT MEMBACA

"Kenangan tak pernah hilang, ia tersimpan didalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenangan tak pernah hilang, ia tersimpan didalam hati."

________________

Skara terburu-buru menuruni tangga. Hari ini adalah hari pertamanya kembali ke Amukti Palapa setelah terbangun dari tidur yang cukup panjang. Skara sudah lengkap dengan seragamnya, rambutnya yang kecoklatan dibiarkan berantakan, dan tak lupa aroma woody bercampur citrus menguar dari tubuh lelaki itu. Aroma khas seorang Skara.

Beberapa pijakan setelahnya ia dapat melihat keberadaan Pradikta, sang papa. Pria itu berada diruang makan, yang seperti biasa sudah terlihat rapi dengan setelan jas nya, sedang memakan nasi goreng buatan Bi Sumi, asisten rumah tangga mereka.

"Pagi pa."

"Pagi Skar."

Skara meraih kursi didepan Pradikta dan mulai menyendok nasi goreng favoritnya. Ayah dan anak itu menikmati sarapannya dengan cukup tenang, hanya diiringi suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruangan. Tak ada perbincangan yang begitu berarti, lebih tepatnya Skara enggan membuka pembicaraan.

Hingga Pradikta menyelesaikan sarapannya dan menatap Skara cukup intens. "Mulai sekarang kamu berangkat kesekolah sama Kalingga. Papa gak ijinin kamu pergi-pergi sendiri! Kalau mau keluar ada Mang Asep siap nganterin kamu kemana pun. Ini semua demi kebaikan kamu, dan kali ini papa harap kamu gak bandel dan berakir koma seperti kemarin."

Skara menghela nafas kasar. Sudah ribuan kali ia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sang papa. Dan yang lebih menyebalkan lagi Skara tak bisa berbuat apa-apa selain menurut.

"Oke pa."

"Kamu habisin sarapannya. Papa ada meeting penting pagi ini." Pradikta bangkit dari tempatnya lalu berjalan meninggalkan ruang makan. Menoleh kearah Skara sebentar, sebelum menghilang dibalik pintu besar kediaman mereka.

Tersisalah Skara dalam keheningan ruang makan dengan pikiran yang berkelana sejak tadi. Ia ingin menanyakan banyak hal pada Pradikta, terlebih lagi setelah pernyataan dokter yang mengatakan bahwa ia kehilangan separuh ingatannya setelah kecelakaan 1 tahun yang lalu.

Skara hanya tinggal bersama papanya serta beberapa ART yang bekerja dirumah mereka. Tentang anggota keluarga lainnya, papanya mengatakan sang mama telah meninggal beberapa tahun lalu, keluarga besarnya berada di Jogja. Dan mengenai saudara, Skara adalah anak tunggal.

Hanya itu, informasi yang dia peroleh dari sang papa. Skara tidak sepenuhnya hilang ingatan, ia hanya mengalami amnesia retrograde. Namun tetap saja banyak peristiwa tersimpan dalam setiap potongan memori yang ia lupakan itu.

Untungnya ada beberapa hal yang masih diingatnya. Skara masih mengingat teman-temannya, para ART yang bekerja dirumahnya, sekolah dan beberapa hal lainnya. Namun ada satu hal yang sama sekali tak dipahami oleh Skara. Lelaki itu sama sekali tak mengingat keluarganya, kecuali sang papa.

Senja Milik AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang