III | Suara Yang Tak Asing dan Mimpi Buruk

139 43 232
                                    


Happy Reading!

_______________

____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________

"Pertemuan adalah takdir, dan setiap pertemuan selalu membawa kita ke takdir yang lain. Takdir yang terkadang suka mempermainkan perasaan manusia sesuka hati. "

***

Amara sibuk menelisik seisi perpustakaan, mengamati setiap sudutnya. Rak-rak yang berjejer rapi, buku-buku beraroma kayu, bangku yang tertata, dan suasana yang hening adalah surga bagi Amara. Gadis itu menyukai ketenangan yang ia peroleh dari ruangan penuh buku itu.

Langkah kakinya terhenti setelah menemukan sebuah buku yang terletak di pojok rak, "Perjanjian Senja dan Malam" tajuknya. Memutar lagu Summertime Sadness, gadis itu menikmati setiap detik waktu istirahat dengan membaca di pojok perpustakan.

Ia sibuk menelusuri setiap lembar karya tulis itu, hingga seseorang mengambil tempat tepat berhadapan dengan tempat duduknya. Amara mengarahkan pandangannya kedepan, dan manik legam keduanya bertemu. Dia adalah Skara, lelaki yang sangat mirip dengan Kala.

"Gue boleh duduk disini?" Ucap Skara masih menatap Amara yang tampak terpaku. Gadis itu masih dalam posisi yang sama, masih menatap Skara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lo gapapa?" Tanya Skara sekali lagi.

Amara tersadar dari lamunannya "Gue gapapa." Lalu tanpa sadar gadis itu kembali menatap Skara, mengamati setiap inci wajah Skara. Seteliti apapun Amara mencari, tak ada sedikitpun perbedaan antara wajah Skara dan Kala. Gadis itu masih berharap lelaki dihadapannya ini adalah Kala, meskipun nyatanya bukan.

Kala adalah orang yang selalu berada disisinya, orang yang selalu tersenyum untuknya, orang yang akan menerima pekukannya dengan hangat, orang yang selalu menggenggam tangan Amara ketika senja datang dan mencipta keindahan. Kala, tokoh yang akan selalu menjadi favorit Amara dalam cerita hidupnya.

Sedangkan lelaki didepannya ini adalah orang yang jauh berbeda. Skara bahkan tak mengenali dirinya, tidak mungkin mereka adalah orang yang sama.

"Lo kenapa ngeliatin gue kaya gitu?"

"Lo mirip sama seseorang yang gue kenal, tapi kayanya gua salah orang. Sorry kemarin gue peluk lo tanpa ijin."

"It's okay. Mungkin muka gue emang pasaran." Ucap Skara disertai kekehan.

Setelah kalimat itu suasana berubah canggung. Amara hanya menatap bukunya tanpa berniat berbincang lebih jauh. Tak ingin kembali menatap lelaki itu dan membuka kembali ruang-ruang waktu yang telah dilaluinya bersama Kala.

Senja Milik AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang