"Kak Soobin... Sabar ya.. Junie pasti sudah bahagia disana.."
Kai mengelus bahuku pelan. Hari ini adalah hari dimana tepat 1 bulan aku ditinggalkan kesayanganku. Bukannya membaik dan berusaha ikhlas seperti perkataanku hari itu, aku malah ingkar. Aku semakin terpuruk. Makan susah, tidur susah, tertawa susah. Yang ku lakukan setiap hari hanyalah menangis.
Jika beberapa waktu lalu rutinitasku adalah menyayangi Yeonjun sebelum bekerja maka sekarang diganti dengan menangis sebelum bekerja. Bahkan teman-teman di kantorku heran mengapa setiap hari mataku sembab. Aku sempat mengambil cuti kerja karena tidak kuat menghadapi kondisi tubuhku. Ditambah sekarang aku sering menangis dan tidak nafsu makan. Itu memperburuk kondisiku.
Kai datang pagi ini. Ia membawa satu rantang berisi makanan yang telah dimasakkan oleh ibunya. Ibu Kai khawatir denganku mengingat aku adalah sepupu Kai. Bahkan keluarga Kai berniat untuk mengajakku tinggal di rumah mereka. Aku menolak, jelas.
Rumah ini adalah kenangan terakhir yang ditinggalkan oleh Yeonjun. Aku dan dia selalu berbagi suka dan duka disini. Jika ditinggalkan maka tidak ada yang akan merawat. Dahulu aku yang merawat jiwa dan raga Yeonjun, maka sekarang aku akan merawat kenangan yang ditinggalkan Yeonjun.
Penyakit yang ku derita tidak serta-merta membaik. Bahkan aku sudah tidak merasakan apa itu sehat bugar. Tubuhku semakin ringkih, tapi aku masih menolak semua bantuan yang datang dari orang terdekatku.
Tapi bukan berarti tidak ada yang datang setelah ku tolak semua, terkadang Beomgyu dan Taehyun datang berkunjung. Entah itu sekedar membantuku membersihkan rumah, membantuku makan dengan baik atau hal-hal kecil lainnya. Rumah yang lumayan besar ini hanya berisi aku seorang. Aku tidak takut, kok. Karena aku merasakan kehadiran Yeonjun.
Entah kenapa aku selalu merasakan kehadirannya. Di setiap malam aku merasakan ada orang yang mengelus rambutku. Aku merasa jika itu adalah Yeonjun. Atau mungkin hanya halusinasi saja?
Aku juga rutin memeriksakan diriku ke dokter. Aku harus tetap menjaga diriku, meskipun aku ingin cepat menjemput Yeonjun keatas sana. Aku hanya... Ingin bertemu kesayanganku.
Tapi aku ingat pesan Beomgyu tempo hari,
"Kak, tetaplah bertahan untuk mereka yang tidak bisa. Tetaplah semangat! Kami ada bersamamu!"
Ya, kalian ada bersamaku. Tapi...Yeonjun tidak.
Belahan jiwaku sudah hilang, aku tidak bisa mencarinya dimanapun. Meskipun ke ujung dunia.
Bahkan semua persiapanku agar Yeonjun tetap aman, sama sekali tidak berguna. Karena dia mengambil finish duluan.
Ngomong-ngomong soal orang yang menabrak Yeonjun, dia sudah mendapat hukuman yang setimpal.
◈ ━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━ ◈
Saat ini aku sedang duduk sendirian di kursi meja makan. Hanya mengaduk main-main secangkir susu vanilla yang baru saja ku buat. Aku tak berniat meminumnya, hanya membuatnya karena Yeonjun suka sekali minum ini di siang hari. Sebelum tidur, Yeonjun memiliki kebiasaan untuk minum susu. Aku terkekeh mengingat tingkahnya yang buru-buru menarik kaosku guna membuatkannya dia susu.
••••••
"SOOBINIE! AYO! AYO! BUATKAN AKU SUSU!"Yeonjun terlihat gelisah. Ini sudah jadwalnya membuat susu tapi aku malah sibuk mengotak-atik laptop. Kebetulan sekarang adalah hari libur jadi aku yang membuatkannya susu. Biasanya Taehyun yang membuatnya untuk Yeonjun.
"SOOBINIE! AYO AYO AYOO!"
Yeonjun semakin brutal menarik bajuku. Jika dibiarkan maka itu akan sobek. Kainnya tidak begitu tebal, karena aku membelinya di online shop.
Lama kelamaan Yeonjun semakin tidak terkendali. Dirinya seperti anak kecil yang tantrum hebat. Ya seperti inilah yang dikatakan kesabaran ekstra.
"Iyaa Juniee, sekarang bisa tolong tenang?"
Aku berbalik kemudian memegang kedua bahunya. Ku tatap matanya dan berucap demikian.
Aku berusaha untuk menahan setiap pukulan kecil yang dia lakukan. Mulutnya tak henti merengek, suaranya semakin besar. Aku takut jika Yeonjun akan mengganggu tetangga.
Ya sedikit informasi, selama seminggu pasti aku akan ditegur tetangga sebanyak 4 kali. Bayangkan SETIAP MINGGU DALAM SEBULAN.
"Soobinie jahat! Soobinie tidak buat susu! Jahat! Junie mau marah!"
Tangannya terus bergerak memukulku. Begitu pula kakinya yang melompat-lompat.
(Ya bayangin anak tantrum hebat tuh gimana, itu Yeonjun)
••••••Hari ini aku sengaja membuatnya sedikit telat. Kenapa Yeonjun tidak menegurku?
Aku menangis, lagi. Sudah tak terhitung berapa kali aku menangis. Meskipun sudah ditinggal selama sebulan, tapi bayang-bayang Yeonjun masih ada. Rasanya tanpa Yeonjun, rumah ini begitu dingin, sunyi dan sepi. Aku tak pernah merasakan perasaan ini sekalipun.
Bahkan saat aku sedang lelah selepas pulang dari kantor, aku akan langsung disambut dengan pelukan mendadak Yeonjun. Sekarang... Tidak ada hehe.
Kebiasaan baruku sekarang adalah menulis diary jika ada waktu senggang dan mengunjungi makam Yeonjun setiap hari Sabtu.
Sedikit info saja, makam Yeonjun seperti lautan bunga. Banyak sekali yang menyayanginya. Semoga Yeonjun tidak berguling-guling diatasnya karena pasti akan gatal jika terkena kulit.
Aku tahu, Yeonjun suka bunga. Aku tersenyum lebar. Lalu menangis.
Oh jika orang asing melihatku maka aku akan disangka orang gila olehnya. Aku gila karena mencintai terlalu dalam dan tidak siap kehilangan. Gila karena Yeonjun.
Dan ini adalah akhir ceritaku. Aku akan berhenti bercerita habis ini. Aku hanya akan menunggu waktuku habis. Aku tidak akan banyak berceloteh, biarkan sisa kenangan lainnya ada di pikiranku tanpa semua orang tau.
Terimakasih semuanya, ini tulisan terakhirku. Aku mencintaimu, Yeonjun.
Diary Soobin
5 Desember◈ ━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━ ◈
[author's note]
Halo SEMUANYA, chapter ini aslinya gamau di publish krna ku pikir udh end gitu aja. Tapi kayanya ada yang kurang, jadi ya... ku tambah:DJangan lupa vote komen! Big love buat yg udh vote dan komen, cinta besar!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL [soobjun]
RomanceSoobin harus menjadi pendamping hidup seorang Choi Yeonjun. Ya bisa dibilang menjaga Yeonjun harus sedikit tenaga ekstra, karena... Yeonjun sedikit berbeda.