Sunwoo terbangun di kegelapan. Menjelajah tempat yang asing dan hampa, begitu sesak. Tubuhnya secara ajaib menjadi kecil, tangannya juga terasa kasar. Seolah ribuan alasan menjadikan dirinya begitu menyedihkan seperti ini.Ia berjalan mendekati cahaya di depan dengan langkah ragu. Seseorang berteriak memanggil namanya di depan sana.
"Sunwoo!"
"Ibu?" suaranya bergema.
"Ibu!" teriaknya keras ketika melihat seorang wanita berdiri tepat di depan kobaran api. "Ibu!"
Sunwoo terus berlari sekencang mungkin, mengejar waktu tersisa sebelum terlambat. "Jangan pergi!"
Yang dipanggil ibu menatap Sunwoo di tengah kobaran api yang menyala. Semua orang membawa obor di sekitarnya, mereka juga meneriaki ibunya sambil meludah.
"Dia harus dibunuh!" kata mereka.
"Seorang pengkhianat!"
"Mati!"
"TIDAK!" Sunwoo berteriak, namun sayang tubuh kecilnya tak mampu menyelamatkan ibunya karena mereka mencengkram kedua lengannya. "Jangan sakiti ibuku! Dia tidak bersalah!"
Ramai-ramai mereka berteriak, memaki dengan amarah yang terus membesar. Api berkobar hingga asapnya mengepul, naik ke atas dan hilang tak pernah kembali. Bulan purnama ketika itu bersinar terang di atas, begitu juga ribuan bintang yang seolah berputar di sekitarnya. Sunwoo hanya bisa menangis ketika melihat ibu kandungnya sendiri dibakar hidup-hidup. Tak mampu dirinya berdiri bahkan untuk melihat semua ini sendiri.
Wanita itu disalib di sebuah tiang tertinggi, seolah sengaja sebagai hiburan orang-orang di bawahnya. Sunwoo melihat tubuh ibunya terbakar perlahan-dimulai dari kaki hingga kepala, wanita itu menangis melihat Sunwoo yang tak berdaya.
"Maafkan ibu," kalimat itu menusuk Sunwoo.
"Tidak! Aku mohon..." Sunwoo mencoba menggapai namun saat itu mereka menusuk perut Sunwoo dengan sebuah pisau. Anak itu terjatuh ke tanah, merintih kesakitan sambil memegang perutnya yang terluka.
"Kubur dia hidup-hidup!" teriak salah satu mereka.
Mereka menjatuhkan tubuh Sunwoo di bawah tanah lalu menimbunnya dengan tanah.
Hal terakhir yang Sunwoo ingat saat itu hanyalah satu, bulan purnama yang bersinar terang di atasnya dengan kumpulan asap abu dari mayat ibunya.
***
Air mata jatuh ke pipinya. Sunwoo terbangun dari tidur kemudian berjalan menuju cermin. Dibukanya perlahan kaos itu hingga mencapai perut, dia meraba benang merah yang terukir di sana. Itu adalah tempat yang sama dimana dia terluka ketika menyelamatkan ibunya dulu.
Kim Sunwoo, dahulu adalah seorang manusia.
***
"Kau sudah pulang?" kata Chaeri yang sedang menyiapkan sesuatu di dapur.
Sunwoo yang baru saja berolahraga di luar, duduk di bangku dan menatap Chaeri yang sedang menghidangkan makanan. Sebuah sandwich isi daging yang terlihat enak dan segelas susu hangat.
"Aku tidak tahu seleramu," kata Chaeri sambil duduk dan mulai mengigit makanannya. "Apakah kau menyukai makanan manusia?"
"Aku suka sandwich," Sunwoo mulai memakan makanannya.
"Bagaimana rasanya?" kata Chaeri penasaran.
"Enak," kata Sunwoo membuat Chaeri tersenyum. "Meski dagingnya kurang matang, rotinya terlalu kering, dan terlalu asin...tapi masih bisa kumakan. Ah ya, kalau kau memotong kulit rotinya pasti sangat lembut. Aku mencium aroma gosong...apa ini? Kau menambahkan bawang putih? Terlalu gosong!"

KAMU SEDANG MEMBACA
🔞 Detective Kim | Kim Sunwoo (on going for Case #2)
Fanfiction"Jung Chaeri, can I bite you?" *** Detektif Sunwoo adalah lelaki yang sulit ditebak, sementara Agen Jung Chaeri adalah wanita tangguh yang mempesona. Pertemuan keduanya malam itu membuat kenangan membekas yang sulit untuk dilupakan. Dimana saat itu...