Jangan mengambil keputusan disaat kamu dalam keadaan kacau, tenangin dirimu sebentar lalu, mulai berpikir kembali untuk mencari cara yang lain. jangan mengambil keputusan yang membuat kamu menjadi dirugikan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suara ricuh di kelas selalu menjadi ciri khas di sekolah, entah itu sedang berdiskuitsi atau juga sedang ada yang bertengkar. seperti halnya yang terjadi di kelas Aeera 11 Ips A1 yang sedang saling menunjuk untuk menjadi perwakilan kelas dalam acara ulang tahun sekolah, Pihak sekolah yang di bantu OSIS menyetujui bahwa memeriahkan ulang tahun sekolah dengan cara melakukan lomba, yang puncak dari acara adalah pemotongan tumpeng yang di lakukan kepala sekolah nantinya.
Ketua kelas_ Fawas Alhamuda sudah sangat kuwalahan melihat kelakuan kelasnya yang sangat tidak tahu di atur. siapakah yang akan menjadi perwakilan dari lomba-lomba tersebut? tidak mungkin dirinya sendiri yang mengikuti perlombaan itu. siapa saja tolong dirinya saat ini.
"Teman-teman sekalian dengarkan saya, jangan memalukan kelas kita untuk saat ini. Bantu saya untuk mengharumkan nama kelas kita, apakah kalian tidak malu dengan kelas sebelah? mereka semua kompak dan saling menolong" Nihil saja semua yang di katakan Fawas sama sekali tidak di dengar oleh teman-temannya.
Sedikit dari mereka yang saling menunjuk dan selainnya menghiraukan perkataan Fawas.
Aeera yang baru saja selesai dari masalah panggilan alam di toilet langsung mengerutkan dahinya ketika melihat ketua kelas yang sudah sangat prustasi.
"Fawas ada apa?" Aeera segera saja menghampiri Fawas yang duduk di meja guru sembari menundukkan kepalanya di atas liapatan tangannya yang berada di atas meja. di bawah tangannya terdapat selembaran yang baru ia dapat dari kumpulan perwakilan kelas yang di adakan para OSIS.
"Semua orang enggak ada yang mau dengerin gue, gue gagal jadi ketua kelas" Ucap Fawas dengan suaranya yang serak masih dengan posisinya yang tadi.
"Itu Apa? Aku liat dong."
Langsung saja Fawas mengangkat kepalanya dan menatap Netra milik Aeera dengan penuh harap.
"Silahkan Ra lu penyelamat gue."
Aeera mengernyitkan keningnya mencerna perkataan yang baru saja di lontarkan oleh Fawas.
Aeera membaca cermat selembar yang di bawa oleh Fawas terdapat beberapa foto sekolah dan juga maksud dari tujuan selembaran tersebut.
Lomba yang akan di adakan seperti Sepak bola, Musikalisasi puisi, bernyanyi dan masih banyak lagi.
Aeera mengambil satu bangku yang berhadapan dengan meja guru dan mendekatkannya ke meja guru yang sedang di duduki oleh Fawas ia berniat untuk membahas tentang perlombaan ini beruda dengannya.
"Kamu tau Was, sebenarnya kelas kita bisa saja ada yang mewakili kelas namun, kata-kata seperti malu, tidak percaya diri, grogi, dan lainnya melingkupi teman-teman makanya mereka tidak mau" Ujar Aeera
"Emm, kamu benar Ra. bukan hanya teman sekelas kita saja tapi sepertinya orang yang berada di luar sana juga sama seperti kita, kurang memiliki rasa percaya diri. terkadang juga ada yang memiliki rasa percaya diri tapi, mereka tidak terlalu suka dengan hal-hal yang membuat mereka melakukannya. menurut mereka itu hanya merepotkan"
"betul, Aku udah ketemu sama orang yang kamu bilang. iya, salah satunya adalah adik aku Raeni. sebenarnya Raeni itu bisa segalanya tapi karena terlalu membuatnya bergerak dan itu justru membuatnya tidak ingin melakukan hal yang menurutnya merepotkan"
"Arghhhh, kalau gitu gimana Ra? kita tidak ada perwakilan kelas gitu? enggak malu-maluin kah?"
"Enggak gitu juga Fawas, aku bisa bantu kamu semampu aku yaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIVE
Ficção AdolescenteKisah Lima gadis yang terlahir dalam keluarga bahagia. Namun, bagaimana jika suatu masalah membuat mereka berpisah dan berubah drastis. Menjadi bahagia di saat bersama namun sebenarnya tidak? apakah sebenarnya yang mereka inginkan? apakah mereka bis...