Merangkum Rindu

9 1 0
                                    

Cukup lama aku hanya memusatkan diri untuk memandang sosok perempuan yang tengah mengisi spidol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama aku hanya memusatkan diri untuk memandang sosok perempuan yang tengah mengisi spidol. Tubuhnya tinggi semampai, pahatan wajahnya tampak sempurna dengan sepasang mata lebar, hidung bangir serta bibir tipis nan merah. Parasnya berhasil mencuri perhatianku beberapa saat walau tak ada riasan apapun yang menghiasi wajahnya yang terang. Ia tampak begitu cantik walau tampil sesederhana itu.

Keelokan wanita nyaris berhasil menjadi faktor pertama yang melatar belakangi alasan seorang lelaki untuk jatuh tertarik. Itulah yang aku alami saat kali pertama berjumpa dengan sosok siswi bernama Kamila.

"Siapa dia Fir?" rasa ingin tahuku menerabas begitu saja saat Safira baru saja berbincang singkat dengan Kamila.

"Dia Kamila, ketua di kelas yang aku sertai. Kenapa?" jawaban yang diberikan Safira berhasil mengeksposisikan bahwasanya Kamila adalah siswi kelas X.

"Tidak apa-apa. Hanya ingin bertanya saja!" terangku yang lebih tepat jika disebut dengan klarifikasi.

"Kenapa? Dia cantik ya?" celetuk Safira dengan liarnya. Untung saja ia tidak memasang wajah curiga yang membuatku berekspresi lebih.

"Memang cantik, tapi selain itu ia juga sangat santun!" jawabku dengan arah pandangan yang masih terus menyimak pergerakan Kamila diluar.

"Kayaknya ada yang suka sama muridnya sendiri nih!" ledek Safira di iringi tawa kecutnya yang sontak menghijrahkan kefokusanku. Aku lalu memberikan tatapan berlagak sinis padanya.

Percakapan itu terjadi tiga tahun lalu, saat Kamila belum menjadi anak didikku secara langsung. Beberapa waktu setelah itu bukan hanya elok parasnya yang berhasil memikat hati, tapi keindahan dan kelembutan perangainya tak bisa ku pungkiri berhasil merogoh rasa tanpa definisi yang sebelumnya tak pernah aku alami. Ternyata prediksi Safira benar, sepanjang itu Kamila berhasil menjadikanku sebagai sosok pemuja, pecinta, serta pemuda yang ingin segera melepas masa kesendiriannya.

߷߷߷

Selain menjadi pengajar di Madrasah Aliyah, aku juga merangkap menjadi mahasiswa postgraduate di fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Usai melakukan check lock, aku kembali menuju ke tempat aku memarkir mobil dan segera beranjak menuju kampus. Namun sebelum aku memasuki mobil, kebetulan sekali aku berjumpa dengan Dr. Iskandar yang tak lain adalah salah satu dosen mata kuliahku. Entah ini benar-benar kebetulan atau justru keberuntungan, karena ternyata Kamila tak lain dan tak bukan adalah putri sematawayang Dr. Iskandar.

"Ternyata kamu juga ngajar di sini Sal, berarti kamu dan Kamila sudah saling kenal ya!" tanya Dr. Iskandar sebagai first impression ketika mengetahui aku adalah staf pengajar.

Dalam pandangan yang ditundukkan Kamila menggelengkan kepala. Mungkin sebagai isyarat bahwasanya ia tak mengenaliku.

"Kenalkan Sal, ini putri sematawayang saya Kamila. Dan Kamila, Pak Akhsal ini salah satu mahasiswa Abi."

Patah Hati TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang