Patah Hati Terindah

10 1 0
                                    

Memanglah benar lagu Bang Haji Rhoma Irama, bahwa hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memanglah benar lagu Bang Haji Rhoma Irama, bahwa hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga.

Mata pelajaran Qurdist mendadak menjelma seminar pranikah. Membahas masalah cinta, Pak Akhsal memandu seisi kelas sekejab berkelana ke dimensi masa depan. Terkecuali aku. Sepasang mataku mengarahkan pandangan ke arah Pak Akhsal, namun fikiranku justru gentayangan menyusuri manisnya kenangan masa pacaranku dengan Kartika yang berhasil kandas dengan tragis kemarin sore bersamaan dengan kekalahanku dalam pertandingan taekwondo tingkat nasional. Sudah jatuh tertimpa tangga, kiranya itu adalah pribahasa yang cocok dengan keadaanku saat ini.

"Suatu hari seorang ayah memerintah anak laki-lakinya untuk mencari kayu. Anak itu harus terlebih dahulu menyusuri lebatnya hutan agar bisa mendapatkan kayu terbaik untuk dibawa pulang, dengan syarat ia hanya boleh mengambil satu kayu dan tidak boleh berbalik kebelakang. Sejurus kemudian anak laki-laki itu pun mulai memasuki hutan." Terang Pak Akhsal dengan paras teduh nan kharismatiknya yang berhasil menghipnotis perhatian seisi kelas untuk tertuju hanya padanya.

"Di pinggir hutan, anak laki-laki itu menjumpai sebuah kayu yang bagus. Namun ia masih berada di tepi hutan. Ia berpikir pasti di depan akan ada kayu lain yang lebih bagus daripada kayu yang dilihatnya. Akhirnya, ia memilih untuk meninggalkan kayu yang pertama dan berjalan lagi."

"Beberapa menit setelahnya, anak laki-laki itu mendapati kayu yang lebih bagus dari kayu yang pertama. Namun ia masih belum mencapai tengah hutan. Ia berpikiran sama, yakni akan ada kayu yang lebih bagus lagi di depan. Ia pun meninggalkan kayu kedua dan berjalan lagi."

"Beberapa menit setelahnya anak laki-laki itu mendapati bahwa prediksinya tepat. Di tengah hutan ia menemukan kayu yang amat bagus. Terbesit di benaknya untuk mengambil kayu tersebut. Namun sedari awal berjalan, ia tak menjumpai kayu kecuali kayu yang semakin bagus. Maka lagi-lagi ia memutuskan untuk meninggalkan kayu ketiga, dengan sebuah pertimbangan bahwa di depan ia akan mendapatkan kayu yang lebih bagus daripada kayu yang ia telah ia tinggalkan."

"Anak laki-laki itu terus berjalan hingga tak terasa hampir sampai di ujung hutan. Disana, ia mendapati sebuah kayu, namun kayu itu tak sebagus seperti yang ia temukan di tengah hutan tadi. Maka laki-laki itu untuk sekian kalinya kembali meninggalkan kayu yang ke empat, dan mencam-kan pada dirinya, bahwa ia hanya akan mengambil kayu apabila ia menemukan yang sebagus kayu yang berada di tengah hutan tadi."

"Anak laki-laki itu berjalan lagi hingga akhirnya ia benar-benar telah keluar dari hutan. Seperti syarat yang ia terima di awal, ia tak bisa berbalik ke belakang, padahal ia tak membawa satupun kayu untuk diberikan kepada ayahnya."

Masih dengan pandangan dan pikiran kosong, Pak Akhsal dengan kacamata yang menghiasinya lalu mendaratkan pandangan kearahku dan menamatiku yang jiwanya masih belum kembali dari kelana yang parahnya malah menyenderkan kepala di penyangga kursi.

"Rudi!" panggil Pak Akhsal yang suaranya seperti tak sampai di gendang telingaku.

"Rudii.." ulang Pak Akhsal dengan suara naik satu oktaf.

Patah Hati TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang