09. pendataan bumil

915 79 18
                                    

Alisa bangun lebih awal dari yang lainnya. Sebenarnya ini sebuah keajaiban, karena biasanya Alisa itu susah bangun kalau gak dibangunkan oleh yang lain.

Alisa melirik ke arah jam, ini masih jam lima pagi. Biasanya jam lima ini sudah mulai ribut antri mandi, tapi hari ini berbeda karena kegiatan mereka mulai pukul sembilan pagi. Jadi masih ada waktu untuk tidur lebih lama.

“Loh Al udah bangun?”

Alisa hampir saja menjatuhkan gelas yang ia pegang karena terkejut mendengar suara seseorang yang menyapanya.

“Eh udah hehe.”

“Tumben.” gumam orang itu, “Lo hari ini piket ya? Mau masak apa?”

“Hmm anak-anak minta beli nasi uduk yang deket pasar itu.” jawab Alisa, “Jadi kayaknya gue mau beli nasi uduk di sana deh.”

Cowok itu mengangguk, “Ya udah gue temenin ya.”

“Gak usah Yud, nanti gue sama Marvin aja.”

“Udah gak apa-apa daripada lo bangunin Marvin kan.” kata Yudha.

Akhirnya Alisa mengangguk mengiyakan meski batinnya berperang canggung gak ya keluar berdua sama mantan?

“Ya udah gue mandi dulu deh.” kata Alisa.

Yudha mengangguk sambil tersenyum.

Akhirnya setelah kurang lebih tiga puluh menit siap-siap, Alisa keluar untuk menghampiri Yudha yang sudah menunggunya di depan. Alisa juga sudah pamit pada Mira tadi karena kebetulan Mira sudah bangun.

“Udah Al?”

“Udah.”

“Ya udah ayo berangkat. Btw duit buat beli makannya udah dikasih Jasmine kan?”

“Pake duit gue dulu nanti diganti sama Jasmine kalau dia udah bangun.” jawab Alisa sambil naik ke atas motor Yudha.

“Pegangan Al.”

Sepanjang perjalanan menuju tempat penjual nasi uduk, keduanya hanya diam. Alisa hanya menikmati pemandangan di sisi kanan dan kirinya, serta Yudha yang fokus menyetir sambil sesekali melirik ke arah spion.

Butuh waktu sekitar dua puluh lima menit untuk mereka sampai di pedagang nasi uduk, dekat pasar. Alisa menghela napas saat melihat banyak antrian di sana. Ini pasti akan lama, artinya ia juga akan menghabiskan waktu lebih lama bersama Yudha kan?

“Pesen dulu aja deh Al gak apa-apa kalau agak lama.” kata Yudha.

Alisa mengangguk kemudian memesan nasi uduk sebanyak 17 bungkus. Setelah memesan, ia kembali menghampiri Yudha yang duduk di kursi plastik yang sudah disediakan oleh penjual nasi uduk tersebut.

Keduanya hening, Alisa sengaja diam karena ia tidak tahu harus memulai obrolan seperti apa. Sementara Yudha ia sedang berperang dengan pikirannya sendiri, haruskah ia memulai topik ini?

“Al,”

“Iya?”

Sorry ya.”

Alisa mengernyit heran, “Buat?”

“Ya buat segalanya. Maaf juga selama kita pacaran dulu gue belum bisa bikin lo bahagia.” kata Yudha.

“Kenapa lo tiba-tiba jadi bahas ini?”

“Gue cuma gak mau terus-terusan ngerasa bersalah aja sama lo.”

“Santai aja kali Yud, gue gak apa-apa kok.”

“Hmm maaf juga ya Al atas perlakuan nyokap gue ke lo.” ucap Yudha penuh penyesalan.

“Gak apa-apa Yudha, gue paham kok.” kata Alisa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KKN-97lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang