02

1.7K 191 2
                                    

Di tengah malam, Gerna dibangunkan oleh suara tangisan Jino yang cukup kencang. Mau tidak mau, Gerna harus bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju kamar Jino.

Berjalan dengan sedikit oleng karena rasa kantuk masih terasa. Ia bahkan harus berpegangan pada tembok agar dirinya tidak terjatuh.

Sesampainya di kamar Jino, Gerna segera menurunkan penghalang pada ranjang Jino dan menggendongnya.

Gerna hanya menimang-nimang Jino, sebab Gerna sedikit malas untuk turun untuk mengambil asi didalam freezer.

Hanya di timang-timang saja, tangisan Jino sedikit mereda namun, tangisan tersebut berlangsung cukup lama. Membuatnya harus membangunkan Bian untuk turun mengambil asi.

Duduk pada tepi kasur, menggoyangkan tubuh Bian pelan, berharap Bian cepat bangun dan membantunya untuk meredakan tangisan Jino.

"Bian bangun! Tolong ambilkan susu Jino." Ujarnya seraya menggoyangkan tubuh Bian.

"Hm? Kenapa?" Tanya Bian yang baru saja terbangun. Mendudukkan diri pada atas kasur, sesekali ia menguap karena rasa kantuk yang menyerang.

"Tolong ambilkan susu Jino dong, aku males turun. Jino dari tadi gak mau berhenti nangis." Jawab Gerna seraya melihat Jino yang masih menangis.

"Oh, bentar kalo gitu." Bian segera bangun dari tempat tidurnya dan berjalan turun menuju dapur.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Bian kembali dengan botol yang berisikan susu. Bian segera memberikan botol tersebut pada Gerna yang sedang bersandar pada kepala kasur. Bian tebak, Gerna sempat tertidur seraya menunggunya. Ia pun menawarkan untuk bergantian, biar dirinya yang mengurus Jino dan membiarkan Gerna beristirahat kembali.

"Gak usah, ini udah kewajiban ku kok. Makasih udah ambil susu Jino, kamu tidur lagi sana." Tolak Gerna.

"Ini juga kewajiban gue juga, bukan lo doang. Udah lah biar gue aja yang ambil ahli, lo tidur aja. Dari tadi lo nahan-nahan ngantuk kan? Gue udah gak ngantuk, gue aja sini yang ngemong Jino." Ujar Bian tidak terima.

'Helloo dikira gue gak mau ngurusin Jino gitu? Gue mau lah gila. Gue bukan orang brengsek ya. Se-brengsek brengseknya gue dulu, sekalinya gue punya anak, gue gak akan ngelantarin anak gue.' batin Bian.

Gerna pasrah, Gerna pun memberikan Jino pada Bian. Perkataan Bian benar. Ia benar-benar ngantuk. Sangat. Sebenarnya sembari tadi pagi hingga sekarang ia tidak diberi waktu istirahat oleh Jino maupun pekerjaan rumahnya. Rasanya tubuhnya sangatlah lelah. Apalagi sekarang, Jino menangis kembali. Setiap hari dan setiap tengah malam, Jino selalu menangis cukup kencang. Rasanya ingin menangis tapi apa gunanya menangis? Jika ia menangis, tangisannya juga tidak akan membuahi hasil. Jadi percuma juga kan?

"Hey, jangan bengong. Cepet tidur." Ujar Bian, menyadarkan Gerna.

"Ah maaf." Ujar Gerna secara tidak sengaja. Ia refleks mengucapkan kata maaf. Membuat Bian menatapnya bingung.

"Tidur. Jangan ngomong lagi."

Gerna mengangguk. Sebelum ia membaringkan tubuhnya, Gerna mendekati Bian untuk sekedar mencium pipi kanan Bian.

Bian mengerjapkan mata bingung. Ia mendapatkan ciuman?? Di pipi???

Bian menatap kearah Gerna, ternyata Gerna sudah menutupi keseluruhan tubuhnya selimut. Bian tersenyum, dalam hatinya rasanya berbunga-bunga. Sedangkan Gerna, ia bersemu merah. Ia malu dengan apa yang ia lakukan.

Setelah Jino sudah kembali tertidur, Bian pun mengembalikan Jino pada kamarnya agar Jino dapat tertidur dengan nyaman.

Setelah meletakkan Jino pada kamarnya. Bian segera kembali ke kamarnya, menutup kamarnya dan segera berbaring pada sebelah kiri Gerna. Memeluk tubuh Gerna yang sudah terbungkus selimut, memeluk dengan erat. Sebelum memutuskan untuk tidur, Bian mencium pipi kiri Gerna beberapa kali. Ia cukup gemas dengan pipi Gerna yang sedikit tembam tersebut.

"Bian.."

"Eh? Kok belum tidur?!" Kaget Bian. Ia kira Gerna sudah tertidur.

Gerna membalikan arah tidurnya ke arah Bian. Ia dan Bian saling bertatap-tatapan.

"Aku kebangun gara-gara kamu." Kesal Gerna.

Bukannya apa nih tapi sekarang jantung Bian berdetak cukup kencang, ia merasakan gugup saat bertatapan dengan Gerna.

"O-oh maaf. Lanjut tidur aja kalo gitu. Ayo tidur, udah mau pagi lagi ini." Ujar Bian, memeluk tubuh Gerna kembali dan menenggelamkan wajah Gerna pada dadanya.

"Good night, Bian."

"G-good night too."




TBC

[√]young dad S2 || jeongharu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang