09

1.1K 100 12
                                    

Ponsel terus berdering, sang pemilik ponsel tersebut hanya mematikan telepon masuk tanpa enggan untuk mengangkatnya.

Gerna yang melihat Bian yang selalu mematikan telepon tersebut tanpa melihat siapa yang menelepon hanya bisa menghela napas. Ia kesal dengan sang penelepon dan ia juga kesal dengan Bian yang mengabaikan telepon tersebut dan mematikannya secara langsung.

"Kamu kenapa sih? Dimatiin terus teleponnya.. kalo penting gimana?" Kesal Gerna.

Bian yang masih fokus bermain game, ia hanya menjawab, "nanti." Dan lanjut fokus bermain gamenya.

"Kalo nanti nelepon lagi, aku bakal angkat!"

"Kata gue nanti ya nanti. Orang gue juga udah bilang sama orang yang telepon kalo gue lagi sibuk juga, dia aja yang ngebet banget pengen nelepon gue." Ujar Bian menjelaskannya.

"Akh! Mati kan jadinya.." ujar Bian sedikit frustasi dan ia menatap Gerna yang dapat diartikan bahwa Gerna lah penyebab ia kalah dalam turnamen gamenya.

Gerna yang paham ia pun membuat ekspresi wajah datar, "kamu mau nyalahin aku?"

Bian menggeleng kuat, "enggak kok, lo hari ini cantik banget. Kalo gitu gue mau nelepon balik orang yang tadi terus-terusan nelepon."

Bian pun mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja, berjalan menjauh dari Gerna untuk menelepon kembali.

Gerna menyipitkan matanya dan menatap Bian sinis saat Bian menjauhi darinya. Ia berdecak pelan kemudian berjalan menduduki salah satu sofa dan mengambil stik ps yang sebelumnya Bian gunakan, ia memutuskan melanjutkan game yang sempat dimainkan oleh Bian sebelumnya.

Tidak berselang lama, Bian pun kembali dari ia menelepon kembali penelepon sebelumnya. Ia terduduk di sebelah Gerna, menonton Gerna yang asik bermain gamenya.

"Siapa?" tanya Gerna.

Bian terdiam sejenak sebelum ia menjawab pertanyaan dari Gerna.

"Temen, dia cewek."

Hening sejenak, "Ada urusan apa dia nelepon kamu terus-terusan gitu?" tanya Gerna menghilangkan rasa hening tersebut.

"Dia ternyata cuman mau ngajak gue jalan dan dia nyuruh gue buat jemput dia. Ngeselin anjing, gue kira penting ternyata sepele urusannya." ucap Bian menjelaskan kepada Gerna.

Gerna mengangguk, "bisa gitu ya? Dia kayaknya suka deh sama kamu, kamu gak mau sama dia?"

Bian seketika menengok kearah Gerna, Gerna hanya memasang wajah datar fokus terhadap layar yang menunjukan animasi game nya.

"Orang gila, gak lah ngapain gue suka sama orang yang gak ngerti waktu?" bantah Bian mentah-mentah.

"Haha, cantik loh orangnya."

"Tau dari mana?" tanya Bian heran.

Menoleh kearah Bian sejenak dan fokus kembali kearah layar, "aku sempet lihat profilnya. Cantik banget."

"Enggak lah, selera gue itu lo ngapain juga gue suka sama dia? Gak ada gunanya juga gue suka sama dia. Cuman modal cantik, gak bikin bahagia." ucap Bian menjelaskan kenapa ia tidak menyukai temen wanitanya kepada Gerna.

Gerna tersenyum kemudian ia tertawa, "haha, mang eak?"

"Eak lah! Gue udah punya pasangan secantik ini ngapain juga ngincer yang kalo ada levelnya dia yang paling rendah dan lo levelnya udah paling max 9999 lah pokoknya levelnya."

Gerna tertawa dengan ucapan Bian, "aduh.. bisa gitu ya? Makasih ya.."

"Sama-sama sayang, beruntung gue punya lo." ujar Bian setelahnya ia meluk pinggang Gerna dari samping dan menaruh kepalanya pada pundak milik Gerna.

"APA SIH? MATIKAN AKU!!!" teriak Gerna yang tepat di telinga Bian.

Bian seketika menutup telinganya, "ampun dah telinga gue.." ucapnya seraya melepaskan pelukannya.

"Kamu ih! Kan kalah aku.." Gerna menatap Bian memelas.

Bian yang sedang ditatap, ia memekik kecil, "ampun! Gemes banget sih lo?! Gue kokop sini." Bian langsung memeluk kembali tubuh Gerna dan mengigit pipi milik Gerna.

"SAKIT!!!" protes Gerna dan ia mencubit pinggang Bian yang membuat Bian berteriak kesakitan.

"AKH! SAYANG AMPUN! IYA IYA ENGGAK LAGI GIGIT! TOLONG SAYANG!!!" teriak Bian mencoba melepas cubitan Gerna dengan menepuk pelan punggung tangan milik Gerna.

Cubitan pun terlepas, Bian mengelus area yang dicubit oleh Gerna.

"Dah lah ngambek aku! Jangan ngomong sama aku!" marah Gerna ia bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya dan tidak lupa menguncinya dari dalam.

Bian panik, ia langsung menyusul Gerna, saat ia sudah hampir mencapai dan menahan pintu kamarnya, namun sayangnya ia tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Pintu pun telah tertutup dengan sangat rapat.

Bian terus mengendor pintu kamar, "sayang Gerna tolong dong jangan dikunci.. sayang? Halo? Anybody here? Please sayang jangan bikin gue kayak gini dong.."

"Ngomong aja sama pintu!" ucap Gerna yang masih marah.

"SAYANG!!!!!" teriak Bian mencoba memanggil Gerna.






END

hai? Agak canggung ya, hehe.

Jadi di sini aku memutuskan untuk menamatkan book jeongharu yang berjudul kan young dad S2 secara cepat.

Sebenarnya aku gak mau menamatkan ini book, cuman karena aku udah terkena writer's block, mau gak mau ku tamatkan saja ini book daripada tidak ada kejelasan untuk kedepannya. (Kemungkinan bakal ada spesial chapter yang akan datang)

Maafkan aku jika ada salah kata, terima kasih sudah membaca book ini! Terima kasih sudah votmen, komentar kalian ku baca kok dan komentar kalian mood banget!

Oh iya bukan berarti aku berhenti membuat book, aku masih bikin kok cuman nunggu aja tanggal mainnya haha, so see you in next book!

[√]young dad S2 || jeongharu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang