Kini jam menunjukan pukul sepuluh pagi, Haekal sudah siap dengan Mia yang sudah mengkilap juga.
Linda keluar memakai sweater abu dan celana jeans berwarna hitam, rambutnya yang berwarna soft blue di kuncir kuda dan poninya di biarkan tergerai menutup keningnya.
"Les dimana dek?" tanya Haekal menanyakan tempat les adiknya.
"Di perumahan Adarlan." Haekal mengangguk dan setelah Linda menaiki Mia, Haekal langsung tancap gas menuju perumahan Adarlan.
Jarak perumahan Adarlan dengan perumahan wingston -perumahan tempat Haekal- lumayan jauh, jika di tempuh menggunakan motor akan memakan waktu 20 menit, itupun jika tidak macet.
Jalanan hari ini cukup ramai mengingat hari ini adalah cuti bersama jadi sudah di pastikan mereka yang selalu sibuk akan meluangkan waktu untuk hari ini. Sebenarnya Haekal cukup aneh dengan adiknya ini, hari ini hari libur tapi kenapa les adiknya tidak ikut libur?
Macet cukup panjang hari ini, di belakang Linda terlihat cemas karena takut telat padahal dia sudah berangkat 30 menit sebelum les di mulai.
Haekal melihat adiknya dari kaca spion, sepertinya hari ini akan memakan waktu lebih lama mengingat macet sangat panjang dan cuaca juga lumayan mendung hari ini.
"Dek, gak usah les aja gimana? Ini udah mendung, macetnya juga panjang banget, kayanya gak bakal keburu deh," ucap Haekal lumayan kencang karena takut adiknya tidak mendengar.
"Tapi nanti papah marah." Gumam Linda dengan suara yang penuh akan ketakutan.
Linda di suruh les oleh papahnya, mamahnya tidak terlalu memperdulikan akan nilai, yang penting anaknya naik kelas mamahnya tidak masalah. Berbeda dengan papahnya yang selalu mengagungkan nilai, nilai adalah segalanya.
Haekal mendengar gumaman Linda lantas menjawab, "papah gak bakal marah, nanti aa bantu bilangin ke papah biar kamu gak di marahin."
Dari kaca spion Haekal bisa melihat Linda yang mengangguk kemudian mengambil ponsel, mungkin untuk menghubungi guru les nya, pikir Haekal.
"Mau jalan gak dek? Udah tanggung di jalan." Linda terlihat berfikir sebelum menjawab ajakannya.
"Mendung, emang mau kemana?" tanya Linda.
"Ke Cat Playground gimana?" Haekal ingat, Naren pernah merekomendasikan tempat itu jika bermain bersama sang adik.
"Boleh!" Senyum terukir dari bibir Haekal, hari ini akan menjadi hari terindah bagi Haekal.
Haekal putar balik karena untuk menuju kesana harus mengambil jalur kiri sedangkan mereka tadi jalan di jalur sebelah kanan.
Haekal sesekali melihat ke arah spion dan melihat antusias Linda, diam-diam Haekal bertanya, apakah adiknya ini suka kucing? Dia terlihat antusias saat di ajak melihat kucing.
°><°
Naren sekarang sedang di kamar sambil rebahan, dari tadi dia hanya melihat media sosial miliknya yang tidak menarik.
Hari ini dia sangat bosan sekali rasanya, ingin keluar tapi bingung mau kemana. Tadi dia sudah mengajak Haekal main tapi Haekal tidak bisa karena mau nganter adiknya ke tempat les.
"Abang! Ayok main! Aji bosen!" Aji membuka kamar sang Kaka dan berteriak langsung.
Naren dengan malas melihat adiknya yang sudah rapih dengan pakaiannya kemudian dia berkata, "mau main kemana sih dek? Rapih bener lo."
"Ih kita udah lama nggak ke Cat Playground, ayok kesana!" dengan antusian Aji menarik tangan Naren.
Mau tak mau Naren menerima ajakan tersebut karena dirinya juga bosan berada di rumah terus menerus.
Kini Naren dengan Aji sedang di perjalanan menuju taman bermain. Di belakang Aji tidak berhenti mengoceh segala yang dia alami saat di sekolah.
Aji juga menceritakan jika dia memikiki gebetan alias crush yang lebih muda dari dia, tapi dia memutuskan untuk berhenti menyukainya karena Aji ingin fokus untuk ujian kelulusannya.
Sebenarnya Naren agak kasian dengan adiknya tapi mengingat Naren tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang, jadi Naren hanya bisa diam tanpa memberikan solusi.
Perjalanan menuju taman bermain itu tidak jauh, jika dari rumah Naren hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit saja.
Saat tiba taman bermain tersebut tidak sepi tapi juga tidak ramai, kebanyakan dari mereka pecinta kucing karena di dalam taman ini banyak sekali kucing.
Tiket masuknya juga terbilang murah, hanya Rp.20.000,00 untuk orang dewasa, dan Rp.15.000,00 untuk anak dibawah delapan tahun.
Setelah mengantri untuk membeli tiket akhirnya Naren dan Aji sudah bisa masuk ke dalam. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah pengunjung yang sedang bermain dengan kucing, ada juga yang sedang memberi kucing makan. Tidak sembarang makanan yang bisa diberikan kepada kucing yang ada disana, jika ingin memberi makan kucing akan ada biaya tambahan.
Aji tentu saja membawa makanan yang akan diberikan kepada kucing disana. Aji dan Naren berkeliling sebelum menemukan kucing yang dicari mereka, kucing tersebut memiliki bulu putih bersih dan di lehernya ada kalung yang menjadi penanda nama mereka.
Kucing yang di hadapannya memiliki nama 'moli', dia adalah kucing kesayangan Kaka beradik tersebut.
Aji mulai menunduk untuk memberikan Moli makan, Naren ikut menunduk untuk mengelus bulu halus kucing tersebut.
Tiba-tiba Moli berlari meninggalkan mereka berdua menuju kucing yang sedang berkumpul di dekat pohon. Disana terlihat seorang gadis yang sedang memberi mereka makan sambil berbicara dengan kucing-kucing itu, beberapa kucing ada di atas pangkuan gadis tersebut.
Naren sepertinya mengetahui siapa gadis itu, jika tidak salah, dia adalah gadis yang ada di moon cafe yang di akui Haekal sebagai adiknya tapi dia tidak mengakui kakanya balik.
Disana juga ada Haekal yang sedang memangku beberapa kucing lainnya, dia terlihat tertawa sekali-kali.
"Abang! Ayok kesana! Disana ada Kaka cantik!" belum sempat Naren menolak, Aji sudah menarik tangannya menuju tempat Haekal dan adiknya duduk.
"Halo Kaka cantik! Halo Abang Haekal!" Haekal yang mendengar suara Aji langsung melihat ke arah mereka berdua.
"Halo Aji, udah lama ya gak ketemu. Makin gede aja," ujar Haekal dengan nada jenaka.
"Baru juga gak ketemu dua Minggu bang. Kaka cantik namanya siapa?" Aji memusatkan pandanganya kepada gadis yang ada di samping Haekal.
"Linda," jawaban Linda membuat Aji menganggukan kepalanya.
"Halo Kaka Linda! Kenalin aku Aji!" Linda mengangguk dan kembali fokus kepada kucing di depannya.
Naren dan Aji ikut duduk di sebelah mereka karena menurut mereka ini adalah tempat yang nyaman, anginnya juga sepoi-sepoi membuat panas matahari tertutupi.
"Udah lama disini kal?" tanya Naren memecah keheningan.
Haekal menjawab dengan anggukan kemudian berkata, "Iya, udah lumayan lama sih kita, dari setengah jam yang lalu."
"Kaka cantik! Kaka suka kucing? Suka banget banget banget?"
"Iya, saya suka kucing," pandangannya tak lepas dari kucing di pangkuannya yang terdapat nama 'Ben' disana.
"Kucing aja sayang sama dia na, gimana gue gak makin sayang sama adik gue sendiri." Naren mengangguk saja.
"Makanya lo jaga kelakuan kal, jangan bikin malu." Haekal menatap heran Naren, yang di tatap hanya menatap balik.
"Maksut maneh naon?!" Tanya Haekal dengan galak.
"Adik maneh malu sama maneh kal, makanya kalo betingkah tuh jangan bikin malu orang lain." tanpa Naren sadari Haekal langsung mengepalkan tangannya disamping.
'maaf aa belum bisa jadi aa yang bisa kamu banggain..'
KAMU SEDANG MEMBACA
NAREN & HAEKAL
Novela Juvenil"Bagaimana rasanya menjadi seorang kaka?" Pertanyaan yang sering didapat oleh anak pertama. Menjadi anak pertama itu menyenangkan tentu saja anak pertama bisa dengan puas menjahili adiknya dan bisa menyuruh adiknya dengan sesuka hati. Tapi hidup s...