Part 2

201 31 0
                                    

Setelah pertemuan yang gagal tadi. Alisa dan Maya kini berada di apartemen. Maya yang tengah pusing itu menangis sejadi-jadinya, karena usaha nya untuk membuat Alisa terkenal lebih jauh lagi gagal.

"Sudahlah kau jangan menangis, masih banyak yang mau membuatku jadi model mereka. " Ujar Alisa kasihan melihat maya yang matanya bengkak akibat menangis yang tak kunjung berhenti.

"K-kau bilang apa hah?" ujar Maya seraya sesegukan. Ia tak habis pikir dengan temannya itu bagaimana bisa, dia tenang.

"Kau tau jika mereka membatalkan kerjasama kita, maka semua orang yang dulunya ingin menggaetmu sebagai model juga akan membatalkan. Alfred Corp itu adalah perusahaan terbesar Lisaaa. Oh ya Tuhan. " Maya rasanya ingin menjatuhkan diri saja kejurang.

"Lalu kita harus bagaimana sekarang? " tanya Alisa.

"Hanya ada satu cara. " jawab Maya misterius. Membuat Alisa mengerutkan Alisnya seraya mengatakan. "Apa? "

"Memohon. " Alisa melotot tak terima

"Tidak, aku tidak mau ! "

"Lalu apa mau mu hah? Karir yang sudah kau bangun tinggi ini harus runtuh?" kesal Maya membuat Alisa diam.

"P-pasti ada cara lain." ujar Alisa terbata-bata.

"Apalagi Alisaaa, itu cara terampuh. "

Alisa menghela nafas kasar. Apa iya dia harus memohon pada pria itu untuk membuat dirinya di terima sebagai model perusahaan Alfred Corp.

"Baikl-"

Tringggg ~

Suara nyaring dari handphone Maya berdering membuat ucapan Alisa terhenti.

"Halo. "

"Benarkah?"

"Oh baiklah kalau begitu."

"Terimakasih banyak. "

"Omg! Alisaaaaa, kau tau tadi itu sekertaris Tuan Jevan. Dan kau di beri kesempatan untuk menjadi model mereka kau bisa langsung pergi ke pemotretan besok. " Teriak Maya senang.

Alisa hanya melongo. "Jadi aku tak perlu memohon?"

"Tentu saja! "

"Syukurlahh. "

~•~

"Bagaimana?" Tanya Jevan kala melihat jika sekertarisnya itu sudah menutup telponnya.

"Sepertinya mereka senang dengan berita ini. " ujar Milan.

"Baguslah." ujar Jevan seraya tersenyum miring.

"Tuan, ayah anda menyuruh anda untuk menemuinya di mansion. " ujar Milan membuat Jevan menunjukan wajah datarnya lagi.

"Tsk! Siapkan mobil kita ke mansion sekarang. "

~•~

Jevan tiba di kediaman Alfred. Ia kemudian di sambut beberapa pelayan yang memang di tugaskan untuk mengurus mansion mewah itu.

Saat memasuki ruang tengah. Jevan menatap jengah pada pria yang sekarang berjalan menuju kearahnya.

"Kau kemana saja Jev, ayah sudah menghubungi mu berkali-kali tapi kau tak pernah menjawabnya. " Ujar pria paruh baya yang sudah menginjak kepala Lima itu. Namun, wajah yang masih tampan, dan tubuh nya yang masih bugar itu tampak seperti umur 25 tahun.

Always Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang