Bab 8. Pertama

112 10 0
                                    

Pernikahan Alisa dan Jevan yang diadakan kemarin, sukses menjadi trending topik di internet. Dengan status mereka yang memang sudah biasa jadi santapan publik itu membawa respons yang cukup baik.

Mungkin pro dan kontra tentu saja ada, namun banyak orang yang merespon dengan positif. Dan tepat pagi ini, Alisa terbangun dari ranjang king size dengan seprai warna putih khas seperti di hotel itu.

Tak lupa dengan sang suami yang sedari tadi masih terlelap. "Aku benar-benar gila, kenapa bisa seseorang yang akan menikah dengan wanita lain, malah menikah denganku? Aku seperti seorang perebut." Gumam Alisa kala melihat wajah tampan suaminya yang masih terlelap itu.

Namun ketika Alisa akan beranjak dari tempat tidur, tangan seseorang menariknya hingga jatuh ke atas pria yang beberapa saat yang lalu masih terlelap.

"Jev, apa yang kau lakukan." Kesal Alisa seraya berusaha melepaskan dekapannya.

"Kau tak merebut siapapun sayang, jangan berpikir seperti itu." Alisa cukup terkejut dengan ucapan dari suaminya, ia pikir Jevan masih tidur.

"Mungkin memang itu yang kau pikirkan, tapi orang lain akan berpikir jika aku disini adalah wanita perebut." Jevan semakin mengeratkan pelukannya.

"Kau lupa siapa aku? Jika kau mau, aku bisa membuat semua orang tunduk padamu." Alisa terkekeh sinis.

"Kau benar-benar pria angkuh, aku membencimu." 

"Aku juga mencintaimu."

Alisa mencoba melepaskan pelukannya, ia benar-benar merasa tak nyaman dengan tubuhnya yang lengket karena pergulatan kemarin malam dengan Jevan.

"Lepas, aku ingin mandi." Bukannya melepaskan Jevan justru malah mengeratkan pelukannya.

"Sebentar saja, apa kau tak lelah?"

"Aku tak nyaman, Jevan lepas dulu ish." Akhirnya dengan terpaksa Jevan melepaskan Alisa, wanita itu segera berlari ke kamar mandi tanpa mengenakkan apa-apa.

Jevan tersenyum melihat istrinya itu yang sangat menggemaskan.

"You always be mine."

....

Saat ini keluarga Alferd tengah memakan sarapan bersama, ini adalah pertama kalinya Jevan makan bersama lagi setelah pernikahan ayahnya dan Liora.

"Ayah senang, kau mau makan bersama lagi." ujar Devan memecah keheningan.

"Aku melakukan ini untuk istriku." Alisa yang memang ikut makan bersama jadi tersenyum kaku.

Ia merasakan jika anak dan ayah itu tampak tak akur sama sekali, entah apa penyebabnya, tapi ia bisa melihat sepertinya masalahnya ada di Liora - ibu tiri Jevan.

"Jevan harus nya kau bersikap sopan terhadap ayahmu, kau bisa menjadi seperti ini karena ayahmu, bukan wanita di sampingmu." ujar Liora melirik sinis ke arah Alisa.

Jevan tersenyum sinis. "Kau juga bisa seperti ini karena belas kasihanku, kau tak ingat?" 

Liora mengepalkan tangannya di bawah meja, ia geram sekali pada anak tirinya ini, apapun itu ia harus memiliki anak dengan Devan, sehingga ia bisa mendapatkan sebagian harta suaminya atau mungkin seluruh hartanya.

"Jangan bermimpi, sampai kapanpun kau tak akan memiliki seorang putra bersama Tuan Devan." Liora cukup terkejut dengan ucapan Jevan, pria ini sangat pintar menebak isi pikirannya.

Devan yang melihat pertengkaran antara istri dan anaknya itu hanya bisa menghela nafas kasar, ia cukup pengecut untuk sekedar memilih antara siapa, jadi ia hanya diam.

Sedangkan Alisa bingung melihat sikap Devan yang hanya diam tak berujar satu kata pun. 

"Jevan jujur saja aku cukup terganggu, ketika aku sedang makan aku lebih suka tenang, aku jadi tidak mau makan lagi jika berisik seperti ini." 

Kalau bisa di bilang, Alisa cukup berani mengatakan hal demikian. Bukan Alisa tak sopan, hanya saja ia merasa iba dengan Devan yang termangu tak bisa berbuat apa-apa.

"Berani sekali kau ! " Gertak Liora marah, wanita itu tampak mengepalkan tangannya kuat. Bahkan Liora sekarang sudah ingin melayangkan tangannya untuk menampar Alisa, Namun seruan seorang menghentikan tangan itu.

"BERHENTI ! " Seru Devan, wajah pria itu sudah memerah menahan amarah. 

"Dev, aku hanya ingin mendisiplinkan wanita ini."

"Diam kau ! " Liora duduk kembali dengan emosi yang masih belum stabil, ia melihat ke arah Alisa yang hanya menampilkan wajah datarnya.

Sedangkan Jevan langsung berdiri menarik tangan Alisa untuk ikut bersamanya. "Kali ini aku tidak akan tinggal diam." 

Jevan kemudian berlalu bersama Alisa. Devan hanya diam melihat kepergian anak dan menantunya, ia melirik ke arah Liora.

"Sepertinya untuk kali ini aku tidak akan bisa membantumu, itu adalah pilihan yang kau ambil, aku sudah mengingatkan dirimu untuk tidak pernah mengusiknya, jadi nikmati saja." 

Setelah mengatakan itu Devan pergi meninggalkan Liora sendiri yang diam dengan perasaan cemas.

"Dia tidak mungkin menyakiti aku, bukankah dulu dia menyukaiku?"

....

"Jevan, seharusnya kau bersikap baik pada ayahmu, aku melihat dia begitu menyayangimu." 

Saat ini Alisa dan Jevan berada di mansion suaminya, saat dengan amarah yang masih tersisa, Alisa terpaksa menyerahkan diri agar suaminya tenang.

Jadi mereka sekarang masih berada di satu selimut tebal tanpa sehelai benang pun.

"Aku tidak mau membahas itu untuk sekarang." Alisa langsung merapatkan mulutnya. Dia sekarang tahu bagaimana sikap pria yang menjadi suaminya itu.

Emosi yang tak bisa dikendalikan, membuatnya hanya diam dengan wajah mengerikan. Alisa dapat melihat sosok iblis dari Jevan, pria itu tak segan untuk menghajar siapa pun yang ada di hadapannya.

Namun, yang aneh adalah tangannya masih menggenggam Alisa dengan lembut, sementara tangan yang lainnya ia gunakan untuk menghajar para pengawal yang berjaga di mansion.

"Mengapa kau bisa mencintaiku? padahal kita baru belum lama saling mengenal, apa yang kau mau dariku?" Alisa akhirnya mengungkapkan isi hatinya yang sudah lama ia simpan.

"Apa kau ragu dengan cintaku?" hanya itu yang Jevan katakan dan Alisa hanya menghembuskan napasnya pelan.

"Semua orang yang ada diposisiku akan melakukan hal yang sama, sepertinya kau salah mengartikan perasaanmu, kau hanya sangat tak mau menikah dengan Ellena, jadi kau memanfaatkan aku." 

"Sudah puas mengarang ceritanya?" Jevan menindih tubuh Alisa membuat wanita itu kaget.

"Aku tak suka di ragukan, jika aku mencintaimu, maka aku benar mencintaimu, dan jika aku membencimu aku tetap akan mencintaimu." Entah mengapa melihat mata Jevan yang tulus itu, membuat jantung Alisa berdetak tak karuan.

"Bisa kau mundur, aku pengap." Hanya itu yang bisa Alisa ucapkan untuk menutupi gelenyar aneh pada dirinya.

Jevan tersenyum miring seraya terus mendekatkan wajahnya.

chuu ~

kecupan singkat Jevan berikan, wajah Alisa langsung memerah, padahal ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, mereka bahkan sudah melakukan hal lebih.

"Aku mencintaimu, dan kau jangan pernah meragukan itu, sekalipun suatu hari nanti aku meninggalkanmu." bisik Jevan. 

"Tapi sepertinya aku tidak akan meninggalkan dan melepaskanmu, sampai kapanpun kau hanya milikku, Alisa." Lanjutnya, kemudian Jevan mencium bibir Alisa dan melakukan hal tadi sekali lagi.

cukurukuk kuk gerunggg


TBC


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang