-O2. Cerita

8 1 0
                                    

Laju motor dikendarai dengan pelan, jalanan terlihat ramai karna memang mungkin hari weekend jadi banyak yg menikmati malam ini untuk jalan-jalan.

Anandara fokus menikmati pemandangan kendaraan2 yg ada disamping kanan kirinya, sedangkan Hanan terlihat tenang mengendarai motor miliknya. Memang sudah direncanakan bahwa malam ini mereka akan jalan-jalan mengelilingi kota Malang, kota tempat tinggal mereka. Jalanan terlihat indah bagi Anandara, tapi bagi Hanan yg indah adalah perempuan yg berada dibelakangnya. Hanan sesekali melihat ke arah spion motornya untuk melihat wajah cantik Anandara. "Indah ndaa" Batinnya.

"Mau ke alun-alun?" Tanya Hanan pada Anandara.

"Mauuu" Anandara menjawab dan tersenyum ke arah spion yg disana terlihat Hanan yg melihat nya dari pantulan kaca spion.

Motor mereka pun berenti di Alun-alun Batu Malang. Terlihat sangat ramai pengunjung yg sekedar duduk2 maupun bermain wahana yg ada disana.

"Rame banget yaa" ucap Anandara saat turun dri motor milik Hanan. Hanan membukakan helm milik Anandara. Gadis itu tetap fokus ke arah orang-orang yg lalu lalang didepannya, tak melihat ke Hanan yg sekarang ada dihadapannya.

Hanan tersenyum kagum dengan wanita yg sekarang ada dihadapannya. Lucu rasanya melihat dia takjub dengan hal-hal yg ada didekatnya. "Fokus bngt liat orang-orang disana" Anandara memutar bola matanya dan melihat ke arah Hanan. "Indah banget soalnya, liat tu lampu2 yg nyala bagus banget" Jarinya menunjuk sana sini lampu2 yg ada dihadapan ia.

"Naik bianglala lo mau ga? nnti bisa liat dri atas lebih bagus"

"GASSSS!!!" Anandara berlari begitu saja dan pergi meninggalkan pria yg datang bersamanya ke alun-alun. Sedangkan pria itu hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis yg ia sukai itu. "Lucuu amat jdi cwe, gw nya ditinggal".

Mereka berdua sekarang sudah ada diantrian orang-orang yg akan naik ke wahana bianglala. Anandara berbaris didepan Hanan. "Lo seneng?" Anandara membalikkan badannya kebelakang dan menatap Hanan. "Seneng banget, gue lupa terakhir main ke alun-alun Batu tu kapan."

"Gw seneng klo lo seneng, puas'in lo main disini"

"Iyaa, thanks lo udh ngajak gue kesini" Hanan hanya menganguk mengiyakan.


Indah, pemandangan dri atas sangat indah. Anandara melihat ke bawah, dimana terlihat lampu-lampu gedung dan rumah-rumah yg berwarna-warni, dan dibawah terlihat banyak orang-orang yg berlalu lalang kesana kemari.


"Cantik bngt klo diliat dari atas kek gini" ucap Anandara yg terus fokus dengan pemandangan dari atas.


"Iya cantik banget" cantik yg diartikan Hanan bukanlah cantiknya pemandangan, tapi kecantikan milik perempuan yg ada dihadapannya.


Tak terasa hari semakin larut, jam sudah menunjukkan pukul 10.11 malam. Anandara dan Hanan memutuskan untuk pulang. Sepanjang jalan mereka hanya diam menikmati pemandangan disekeliling mereka. Anandara memang anak yg suka sekali dengan langit malam, begitu sebaliknya dengan Hanan.


Hanan tiba-tiba memberhentikan motornya dipinggir jalan, membuat Anandara heran mengapa Hanan berenti ditengah jalan, sedangkan rumah dia masih jauh. "Dingin hawanya, nih lo pake jaket gue ya" Hanan melepaskan jaketnya dan memasangkan di bahu Anandara untuk ia pakai. Anandara menurut, ia memakai jaket milik Hanan. Memang boleh jujur hawanya sangat dingin, jadi ia tak menolak jaket milik Hanan.


Pukul 10.31 malam Anandara sampai di rumahnya. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya, membersihkan tubuhnya lalu berbaring di ranjang miliknya. Ia melihat ke langit-langit warna biru muda kamarnya, seketika dia teringat Wilson, pasalnya dari tdi siang setelah Anandara pulang sekolah, Wilson hilang kabar, sampai sekarang dia tak menelfon maupun memberi pesan. Anandara melihat ponselnya, membaca kembali pesan-pesan mereka dulu. Jika merindukan Wilson, ia akan selalu seperti ini, menghilang rasa rindunya dengan membaca ulang pesan yg lalu. Ia tersenyum bahagia, betapa dia bahagia hanya membahas hal-hal kecil bersama Wilson lewat room chat nya.


Saat hendak melangkahkan kakinya ke rumah, suara pertama yg Hanan dengar adalah suara perdebatan kedua orang tuanya. "Again?" batin pemuda itu. Ini bukan sekali dua kali kedua orang tuanya bertengkar seperti ini. Hanan muak dengan semuanya, tidak bisakah sehari saja orang tuanya itu damai di rumah? Hanan kehilangan niatnya untuk pulang. Akhirnya dia kembali menaiki motornya dan pergi dari sana. Orang yg pertama kali ia hubungi adalah Anandara. Dia pergi ke rumah Anandara dengan perasaan yg berantakan. Saat pintu rumah Anandara terbuka, pemandangan pertama yg laki-laki itu liat adalah Anandara dengan baju piyama biru warna favorit nya. Hanan tersenyum pilu, menahan tangisnya agar tidak pecah dihadapan gadis didepannya.


"Capek." Pertahanan Hanan untuk tidak menangis pun runtuh, detik ini dia menangis.



                        Rahanan Adhipati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahanan Adhipati.






Mohon dukungan kalian ya! Jangan lupa komen sama vote nya.. Happy Reading all.

ostensible (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang